Hindari Fatalitas, Satgas Imbau Masyarakat Tak Menolak Dites COVID-19

Yudistira Perdana Imandiar | Insertlive
Senin, 23 Nov 2020 11:26 WIB
Poster Hindari Fatalitas, Satgas Imbau Masyarakat Tak Menolak Dites COVID-19/Foto: Edi Wahyono
Jakarta, Insertlive -

Agar risiko fatalitas bisa dihindari, pasien COVID-19 mesti mendapatkan perawatan sejak dini. Oleh sebab itu, upaya 3T (Testing, Tracing, Treatment) terus digalakkan pemerintah.
Hindari Fatalitas, Satgas Imbau Masyarakat Tak Menolak Dites COVID-19

Berdasarkan data yang dihimpun Satgas Penanganan COVID-19 dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, ditemukan pasien dengan kategori ringan memiliki risiko kematian 0%, pasien dengan kategori sedang mencapai 2,6%, pasien kategori berat 5,5% dan pasien kategori kritis memiliki risiko kematian 67,4%.

Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo menerangkan kategori kritis adalah pasien dengan komplikasi infeksi berat yang mengancam kematian, pneumonia berat, serta gagal oksigenasi dan ventilasi. Tak sedikit pasien memasuki fase kritis karena sebelumnya memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, ginjal, dan gangguan paru.

ADVERTISEMENT

"Jadi tidak ada alasan bagi masyarakat untuk menolak pelacakan kontak, penanganan kesehatan adalah sebuah kerja kemanusiaan. Tenaga kesehatan hendak memastikan gejala sakit dikenali lebih awal dan demikian juga dengan riwayat kontak pasien. Semakin cepat diketahui, penularan lebih luas bisa dicegah karena memang mayoritas penderita COVID-19 adalah orang tanpa gejala," tutur Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo, dalam keterangan tertulis, Senin (23/11/2020).

Doni menambahkan salah satu cara memutus mata rantai penularan adalah dengan melakukan pemeriksaan, pelacakan dan perawatan yang tepat kepada pasien yang tertular. Namun, di lapangan masih banyak ditemukan orang yang enggan diperiksa karena berbagai alasan. Ia menduga kondisi tersebut timbul karena masih berkembang stigma negatif bagi penderita COVID-19, sehingga masyarakat takut jika kedapatan positif COVID-19 akan mendapatkan pandangan miring.

"Padahal, masyarakat tak perlu takut karena mayoritas penderita COVID-19 sembuh. Di Indonesia sekarang angka kesembuhan telah menembus 83,9% dari kasus aktif, jauh di atas kesembuhan dunia yang di level 69%," ungkap Doni.

Saat ini, lanjut Doni, Satgas Penanganan COVID-19 bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Daerah telah menurunkan lebih dari 5.000 relawan pelacak kontak (tracer) untuk melakukan deteksi awal penularan di 10 daerah prioritas. Namun upaya melakukan pelacakan ternyata tidak mudah karena sebagian masyarakat menolak untuk diperiksa.

Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19 Alexander K Ginting menambahkan timnya saat ini sedang berada di lapangan untuk melakukan penelusuran kontak erat pasien.


"Para pelacak kontak ini yang kini tengah mengalami persinggungan dengan masyarakat untuk memutus rantai penularan," jelasnya.

Dia menegaskan gerakan kesehatan untuk menanggulangi COVID-19 adalah sebuah gerakan kemasyarakatan nonpartisan, untuk kemanusiaan, nondiskriminatif dan pro terhadap kehidupan.

"Ini yang perlu ditanamkan sehingga masyarakat tidak perlu resisten agar anggota di lapangan bekerja aman dan nyaman dan tidak dicurigai," imbau Alex.

Alex menambahkan pihaknya berjuang memutuskan rantai penularan dengan menerapkan protokol Kesehatan. Namun, diperlukan tim pendukung yaitu tim pelacak kontak dari dinas Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dan Satgas Penanganan COVID-19 untuk membantu tugas pelacakan.

"Jadi tim pelacak kontak adalah sahabat masyarakat yang menolong saya, keluarga, dan sahabat-sahabat semua dari rantai penularan COVID-19," tandasnya.

Upaya 3T oleh pemerintah juga harus didukung dengan kedisiplinan masyarakat menerapkan prinsip 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan seperti yang dikampanyekan Satgas COVID-19.

[Gambas:Video Insertlive]



(dis/syf)
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER