Home Hot Gossip Berita Hot Gossip
Esai

MUNIR: Mati Diracun di Udara, Dalangnya Menguap ke Angkasa

Komario Bahar | Insertlive
Kamis, 26 Oct 2023 13:10 WIB
Munir Seharusnya Dibahas Lebih Berisik dari Mirna yang sama-sama Diracun I Foto: Esai Komario Bahar / Managing Editor InsertLive
Jakarta, Insertlive -

Hari-hari jelang pemilu, wajah Munir Said Thalib selalu terbayang-bayang. De javu 'pemilu dan racun' menemui algoritmanya lagi di tahun ini meski tidak secara langsung. Film Ice Cold Netflix berdampak pada berisiknya reaksi orang-orang di internet. Sementara dua dekade lalu, Munir tewas diracun, dan itu juga jelang Pemilu 2004.

Ia terbunuh pada ketinggian 35 ribu kaki di langit Rumania karena racun arsenik yang dicurigai masuk ke jus jeruk atau kopinya —makin kuat ke arah kopi seperti kasus Mirna--. Sementara itu dalang pembunuhannya masih hidup bebas.

Mirna cuma salah satu contoh kasus kematian akibat diracun. Ada kasus kematian diracun di Indonesia yang saya rasa paling memilukan dan masih butuh kejelasan. Kasus itu tak lain ialah Munir Said Thalib. Sayangnya Netflix lebih memilih mengangkat cerita Mirna Salihin-Jessica Wongso saja, tidak sekalian Munir.


---------------------

Awal September 2004, Munir yang gampang dikenali dari dengan kumis tebal dan tubuh kurusnya pamit dari bibir pintu rumah yang ditunggui sang istri, Suciwati. Pria berambut coklat kemerahan itu memilih menunggangi motor kesayangannya, Honda Grand Astrea hitam untuk ke kantor KontraS, rumah keduanya mengurusi ketidakadilan dan orang hilang.

Di hari yang sama, ponsel Munir yang ditinggal di rumahnya berdering. Suciwati mengangkat telepon tersebut yang ternyata adalah Pollycarpus, pilot Garuda yang menanyakan kapan Munir ke Belanda. Sambungan telepon yang dirasa Suciwati aneh, apalagi Munir pernah bilang ke istrinya bahwa Pollycarpus Budihari Priyanto adalah kenalan yang sok akrab-sok dekat.

Dalam pertanyaan keberangkatan di sambungan telepon itu, Munir seolah 'digambar'. Perlu digarisbawahi, Polly bukanlah pilot GA-974 yang jadi lokasi Munir merenggang nyawa, namun ia lolos terpilih menjadi pengawas keamanan penerbangan. Soal ia bisa jadi pengawas penerbangan di sana, jelas karena Pollycarpus bersiasat dan bersekongkol dengan dalang sebenarnya dari pembunuhan aktivis asal Malang. Karena sebenarnya, jika tidak kongkalikong, Pollycarpus harusnya bertugas sebagai pengawas penerbangan untuk rute Garuda lainnya, GA-330 bertujuan ke Peking --kini bernama Beijing--.

Hal ini juga yang menyeret dua pejabat Garuda, Rohainil Aini dan Indra Setiawan masuk bui. Keduanya dipenjara masing-masing setahun karena terbukti mengatur dan mengizinkan Pollycarpus berada di penerbangan yang sama dengan Munir.

Munir Said Thalib semasa hidup (dok keluarga)/ Foto: Munir Said Thalib (dok keluarga)

Munir sang aktivis HAM ini adalah pihak yang banyak tahu suramnya hukum Indonesia saat itu, dan lantang bersuara soal ketimpangan, ketidakadilan dan orang hilang yang diabaikan negara. Di masanya ia pun turut vokal terkait kasus orang hilang oleh tim Mawar, pasukan khusus Kopassus yang dibentuk untuk menculik aktivis-aktivis yang kelewat 'berisik' melawan pemerintah --pada masa itu adalah Orba--. Selain Prabowo, ada mantan Danjen Muchdi Purwoprandjono alias Muchdi Pr. Nama terakhir begitu lekat dengan perkara Munir sampai sekarang.

Kasus lainnya yang tak kalah besar dan pernah dibela Munir adalah Marsinah, aktivis buruh yang sama vokalnya dengan dia dalam menyuarakan ketidakadilan era Orba. Marsinah diculik, dipersekusi, diperkosa lantas dibunuh dalam senyap di sebuah gubuk. Pelakunya juga tak pernah diadili secara adil. Jangan lupakan Munir juga pernah menjadi kuasa hukum dari tiga keluarga petani yang dibunuh oleh oknum TNI di proyek waduk Nipah, Sampang, Madura. Begitu kerasnya suara Munir sejak Orba, memudahkan aktivis murah senyum masuk lingkaran bidikan merah pihak yang tak suka dengan pergerakanny. Dalam hal ini pihak itu disinyalir ialah penguasa yang tengah menutupi noda.

Rata-rata kasus Munir adalah melawan negara karena suara lantangnya adalah manisfetasi suara protes pelanggaran HAM, termasuk soal tim Mawar di mana Muchdi Pr jelas terlibat. Tim pasukan khusus yang bikin banyak aktivis 98 hilang, termasuk Widji Thukul -pujangga dan aktivis yang juga selantang Munir-.

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta menggelar sidang gugatan LSM Imparsial atas pembebasan bersyarat terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib, Pollycarpus Budihari Prijanto./ Foto: Hasan Al Habshy

Hal inilah yang diduga kuat menjadi alasan Munir Said Thalib dibungkam selamanya dengan cara diracun. Ia dibunuh saat perjalanan ke Belanda untuk melanjutkan kuliah magister hukum di Universitas Utrecht.

Munir sakit perut saat mau take-off ke Belanda. Via ponselnya, aa mengabari sang istri dengan sebuah teks bahwa perutnya tidak enak. Ia semakin melemah dan bolak-balik toilet pesawat hingga akhirnya pindah tempat duduk lagi dan ditemani dr Tarmizi Hakim yang mengobatinya. Gejala beratnya adalah muntaber, tapi biasanya pengidap penyakit itu tidak pernah selemas Munir. Usai bolak-balik toilet hingga tak sanggup bicara, akhirnya racun arsenik benar-benar merenggut nyawa Munir di atas ketinggian 35 ribu langit Rumania pada 7 September 2004. Setelah diautopsi oleh otoritas Belanda, Munir secara meyakinkan tewas diracun senyawa jenis arsenik lebih dari 3 gram.

Siapa yang Membunuh Munir? Racun Lewat Jus Jeruk, Mi atau justru Kopi?

Garuda GA-974 adalah pesawat yang membawa Munir. Sebelum transit ke Singapura, Munir masih sehat dan aman-aman saja di langit Indonesia. Ia diketahui masih bugar meski sudah memakan mi daging sapi dan meminum jus jeruk, menu yang ia pilih dari opsi sang pramugara. Munir tak menyentuh sama sekali roti dalam paket makan tersebut. Kemudian ia transit di Bandara Changi, Singapura. Di sinilah ia diduga baru diracun oleh Pollycarpus saat mampir ke coffeeshop bandara. Munir meminum kopi pemberian Pollycarpus yang diduga menjadi seorang antek Muchdi Pr. Mayjen Purnawirawan ini kala itu memegang jabatan penting di BIN. Makin de Javu dengan kasus mendiang Mirna Salihin karena diduga kuat racun itu justru larut bersamaan kafein terakhir yang diteguk Munir?

Kasus seperti inilah yang perlu didengungkan ke generasi yang belum mengenal Munir, sosok aktivis patriotik yang seharusnya dibela mati-matian sampai keadilan benar-benar dirasa keluarga yang ditinggalkan.

Namun kita tahu, generasi yang baru dewasa kini malah lebih berisik di kasus Jessica Wongso, yang mana keluarga Mirna pun sebenarnya sudah merasa adil dengan hukuman vonis yang ada. Perlu dicatat, kasus Jessica berkali-kali diuji. Dari 15 hakim, semuanya sepakat bahwa Jessica yang paling bertanggung jawab atas kematian Mirna.

Mari Berisik soal Munir, Bukan cuma Mirna

Kenapa kita mesti berisik soal Munir? Tentu saja selain #MENOLAKLUPA, alasan kuat lainnya karena dalang pembunuhan ini masih menghirup udara bebas. Pollycarpus memang menjalani hukuman 14 tahun penjara dengan tetek-bengek remisi ini-itu, ia tak pernah menjalani hukuman maksimal. Belum lama bebas pada 2018, Pollycarpus sudah tutup usia karena covid di 2020, tahun Corona. Jelas juga bahwa Pollycarpus hanyalah eksekutor, sementara otak intelektual kematian Munir Said Thalib kini menikmati hidup seperti orang yang bersih dari perkara hukum. Diyakini ada sosok lain di atas Muchdi, karenanya baik SBY maupun Jokowi terlihat bergeming karena tak kunjung menemui secercah cahaya keadilan bagi keluarga Munir.

Hanya Pollycarpus yang cuma jadi rantai awal komplotan jahat dari kematian pria kelahiran Batu penerima penghargaan Yap Thiam Hiem tersebut. Muchdi batal dijebloskan ke penjara. Patut diduga, di atas Muchdi masih ada lagi pihak-pihak yang memang menginginkan Munir mati. Itu juga tertuang dari pengakuan salah satu tim TPF yang nanti kita bongkar pengakuannya.

Lalu kenapa Muchdi kuat diduga sebagai aktor pembunuhan Munir Said Thalib selain paparan jejak-jejak keduanya tadi?

Masih dalam tuntutan JPU kasus yang kembali dibuka pada 2008 lalu, Muchdi diduga menggunakan Pollycarpus, agen non-BIN yang merupakan sipil biasa namun mengenal Munir. Ia juga punya akses di Garuda untuk menjadi pengawas penerbangan rute Garuda yang dilalui Munir. Dalam hal ini, ia bermufakat dan bersiasat jahat sampai akhirnya lolos menemani Munir dengan dalih adalah pengawas penerbangan.

Bukti paling nyata adalah ada komunikasi intens antara Muchdi dan Pollycarpus saat Munir terbang menuju Bandara Schipol Belanda di mana Munir juga semakin drop karena tubuhnya terus diserang racun arsenik. Disebutkan dalam tuntutan, ada bukti 37 kali komunikasi dua arah antar Muchdi Pr dan Pollycarpus. Ada alat bukti transaksi uang Rp10 juta dari Muchdi ke Pollycarpus. Atas dasar itu, Muchdi Pr dituntut 15 tahun penjara.

Di pengujung 2008, warta Muchdi Pr dituntut belasan tahun penjara ramai, harapan keadilan untuk Suciwati serta anak-anaknya menyala lagi. Namun singkat cerita, hakim malah memvonis membebaskan Muchdi karena menilai tuntutan JPU tidak disertai alat bukti kuat. Ia bebas dan tiga hakim diperiksa. Namun menyedihkannya, kasus Munir benar-benar seolah menguap ke angkasa karena TPF (tim pencari fakta) besutan SBY yang sudah bekerja mengumpulkan berkas seolah kena prank, temasuk masyarakat Indonesia. Sebuah prank tidak lucu karena temuan dokumen yang disusun oleh TPF sejak pemerintahan SBY dan janji akan diumumkan hasil temuannya, tidak juga terjadi. Di era Jokowi, dokumen itu masih dinyatakan hilang di lingkungan istana.

Sampai kini Jokowi mau lengser di era pemerintahan periode kedua, dokumen TPF itu tetap tak ditemukan, atau lebih tepatnya diabaikan progresnya. Dalang tidak tersentuh, keadilan juga tak tergapai. Sebuah tradegi ketidakadilan bagi Suciwati dan dua anak Munir dari rahimnya.

Perlu diketahui sampai detik ini, Muchdi tak pernah mengakui menjadi dalang kematian Munir, tapi sebaliknya, semasa hidup Munir memang vokal menyebut-nyebut soal eksistensi tim Mawar yang di dalamnya ada nama Prabowo Subianto dan tentu saja Muchdi Pr. Mengenai hilangnya dokumen TPF, kasus tersebut menjadi alasan perkara kematian Munir sebagai kasus pembunuhan luar biasa yang diatur oleh aparatur negara atau extrajudicial killing.

Kasusnya harusnya tak kenal kedaluwarsa karena sampai saat ini pembunuh utama Munir tidak pernah disentuh hukum. Tapi sampai kapan dokumen TPF Munir bisa ditemukan sementara rezim sudah berganti-ganti, janji pengumuman temuan bukti baru Munir juga masih hilang dan jadi teka-teki tanpa tepi. Hilangnya temuan TPF itu seperti akal-akalan. Ada yang putus rantainya karena 'prank' ini. Rantai permufakatan keji yang mengeksekusi Munir.

Salah satu tim pencari fakta yang merampungkan berkasnya pada 2005 ke laci istana negara zaman SBY, menyebut hilangnya berkas itu adalah omong kosong besar. Ia yakin berkas itu masih ada di Istana. Anggota TPF itu adalah Rachland Nashidik dan mengklaim bahwa rantai hukum kematian Munir terputus di Muchdi Pr. Sampai kapankah ditutupi?

Komplotan pembunuhan Munir pun juga tak merasa berdosa sampai titik hayatnya. Perlu diketahui Pollycarpus tetap tak merasa dan mengaku bersalah atas kematian Munir. Dan ia masih cengengesan kala ditanya wartawan sewaktu bebas murni.

Dampak Kasus Racun Mirna Seluas itu karena Netflix, Apa Munir Perlu Pemantik Lagi? 

Kalau Anda masih mencari alasan mengapa kasus kematian Wayan Mirna Salihin heboh lagi selain karena framing Ice Cold di Netflix, maka saya bisa memberikan jawaban yang mungkin memuaskan.

Itu tak lain karena generasi Z yang sudah dewasa baru kritis. Tujuh tahun lalu ketika persidangan Jessica Kumala Wongso, mereka masih belum di tahap memikirkan isu nasional selain isu asmara dan pertemanan mereka di sekolah. Dan itu wajar.

Mau tahu validasi lainnya? Tujuh tahun lalu TikTok belum lahir sehingga catatan-catatan kecil keresahan yang biasa bertebaran di medsos belum seliar saat ini, di waktu Jessica masih diadili di persidangan, semua orang juga berisik, tapi tidak sekeras saat kematian Mirna Salihin diulas lagi via dokumenter plaform streaming film populer.

Bukan berarti kami-kami yang milenial tidak rusuh di platform medsos yang jemawa di 2016, tapi cara kami dulu mungkin tak seberisik sekarang eskalasinya. Dan itu semua terbukti. El Rumi, anak Ahmad Dhani begitu rajin memposting masalah Jessica dengan tone mencurigai Jessica adalah terpidana yang salah tangkap. El dan sebagian generasi yang baru dewasa ini mendadak kritis.

Kritis boleh, namun sebaiknya kita juga mesti tahu kasus-kasus lain yang lebih memprihatinkan macam Munir. Kasus di mana keadilan sungguh didamba.

Saya akan teringat terus barisan kata-kata yang menguatkan di balik tragedi Munir. Tulisan yang mewakili kebenaran akan terus ada, lewat Munir atau pun penerusnya. Tulisannya berbunyi: Munir tidak mati, ia akan terus ada, dan berlipat ganda. 

Komario Bahar

Redaktur Pelaksana InsertLive

(kmb/kmb)

VIDEO TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Kolom
Pembunuh Itu Bernama Benang Layang-layang
Selasa, 23 Jun 2020 14:01 WIB
Kolom
New Abnormal Penonton Bayaran
Jumat, 05 Jun 2020 14:30 WIB
Kolom
Nyepi untuk Semua yang Beragama ataupun Tidak
Rabu, 25 Mar 2020 19:00 WIB
FOTO TERKAIT
POPULER
DETIKNETWORK