Esai

Isra+El Bermakna Hamba Tuhan, Sayangnya Mereka Tersesat

Komario Bahar | Insertlive
Kamis, 19 Oct 2023 14:19 WIB
Tak usah baper komentar Komeng di kabar duka Abdel. Karena Komeng adalah Nuraiman bin Amr Masa Kini Foto: Esai Komario Bahar / Executive Editor InsertLive
Jakarta, Insertlive -

Orang yang salah namun merasa benar lebih mengerikan dari horor mana pun.

Kaum Yahudi selalu terzalimi. Di era kenabian maupun Hitler mereka tersiksa, terasingkan sampai akhirnya merdeka dengan bantuan Inggris kala hinggap ke Palestina. Lewat David Ben Gurion, Perdana Menteri pertama mereka, Israel resmi jadi negara sendiri di tanah Palestina.

"Tanah yang Dijanjikan," mereka mengimani ini dengan kebablasan. Begitu pendapat saya. Mari kita skip masalah kitab suci menyinggung hal-hal itu. Kita bicara kemanusiaan.

ADVERTISEMENT

Saya jelas berdiri bersama Palestina, namun soal Hamas, kita perlu memahami bahwa gerakannya sama saja seperti pejuang Tanah Air Indonesia dulu yang gigih ingin lepas dari penjajah Belanda. Saya menilai Yahudi murni ---catat Yahudi murni--- adalah sebuah agama yang luhur dan mesti dihargai, tapi tidak dengan zionisme yang terkutuk.

Seperti Nasrani dan Islam, Yahudi murni sebenarnya tidak memahami zionisme sebagai sebuah kebenaran. Sayangnya kesalahan yang diyakini sebagai kebenaran memang lebih mengerikan dari hal horor apa pun.

Notifikasi saya berbunyi, namun saya justru teringat menggeser Android saya ke kanan agar menemukan Google Discover, di sana ada headline Republika yang menampilkan judul 'Yahudi AS Geruduk Gedung Kongres, Minta Biden Tekan Israel Hentikan Genosida di Gaza'.

Saya teringat kisah Rachel Corrie, aktivis Amerika berdarah Yahudi Israel yang pro-Palestina. Ia blusukan di Palestina untuk memperjuangkan hak-hak warga yang tertindas. Rachel Corrie bahkan disebut salah satu habib tenar Indonesia sebagai 'pemudi yang tercerahkan'.

Palestina, Rachel Corrie dan Solidaritas KemanusiaanPalestina, Rachel Corrie dan Solidaritas Kemanusiaan dan perang hari ini di 2023/ Foto: detik

Kematiannya akan selalu dikenang bagi yang terus peka dengan isu perang abadi Israel-Palestina. Corrie adalah Yahudi pejuang Palestina yang tewas karena mengadang buldoser Israel yang akan menghancurkan Rafah serta merebutnya.


Rachel Corrie tewas dilindas oleh bangsanya sendiri yang terkontaminasi zionisme di tanah Rafah. Tragis. Bagaimana bisa milisi Israel membunuh tanpa ampun saudara Yahudi itu sendiri. Sekarang terbayang bagaimana mereka tak ragu membunuh muslim di Palestina agar penjajahan mereka menang secara mutlak di Tanah Arab?

Ibu kandung Corrie melakukan gugatan atas kematian anaknya. Bukan untuk menang karena ia sudah pasti kalah, tapi untuk menunjukkan sikap. Sikap yang menegaskan bahwa berdiri sendiri di pihak kebenaran malah jadi 'pelanggaran' meski itu benar.

Ini bukan cuma perkara perebutan Al-Aqsa yang pernah jadi kiblat orang Islam sebelum Mekkah. Bukan cuma Yerusalem milik siapa, tapi menyoal penjajahan yang dibumbui zionisme hingga akhirnya Yahudi yang tadınya menentang keras pencaplokan wilayah ini justru terhasut karena pengaruh-pengaruh yang ditanam bertahun-tahun.

Bayangkan saja soal penjarahan yang terjadi di negeri kita di runtuhnya orba 90-an akhir. Tak semua penjarah tadinya berniat menjadi kriminal. Namun suasana anti-kondusif saat itu membawa orang-orang ke dalam hasutan luar biasa hingga kita bisa menindas orang lain yang notabene adalah bagian dari bangsa kita sendiri.

Satu hal kebenaran terasa salah dikepung jamaknya kesalahan yang dibenarkan. Kini Gaza adalah penjara. Palestina semakin terkikis karena Israel mendominasi tanah Arab itu dengan cara merebutnya tahun ke tahun.

Bayangkan saja ini perkara mencaplok lahan tetangga. Sesederhana itu. Siapa yang tak marah dan tanahnya diklaim sebegitunya di saat kita sudah memberikan sebagiannya untuk tetangga tersebut?

Kembali ke demo di gedung Kongres, Presiden AS, Joel Biden didesak untuk menghentikan genosida di Gaza. Saya rasa kalian bisa berpikir secara sederhana mengenai isu kemanusiaan ini. Tidak harus paham betul-betul Israel itu apa atau menilik sampai ke sejarah Ottoman dan Romawi di lingkup itu.

Ini sesederhana soal masalah pencurian lahan, penjajahan, kesewenangan dan sebuah 'paham' yang menindas orang lain demi menguasai tanah orang lain untuk tujuan yang diklaim luhur.

Di gedung Kongres AS, kelompok Yahudi anti-zionis mendesak pemerintahan Biden untuk bertindak membela Palestina dan menghentikan perang.

"Biden adalah satu-satunya orang yang memiliki kekuatan untuk menekan Israel saat ini dan dia perlu menggunakan kekuatan itu untuk menyelamatkan nyawa orang yang tidak bersalah," seru Hannah Lawrence, salah seorang peserta unjuk rasa di AFP.

Seorang rabi asal Philadelphia bernama Linda Holtzman (71) mendorong Biden untuk membuka mata dan berhenti dari posisi membantu Israel. "Lihatlah apa yang terjadi di Gaza. Lihatlah kehancuran di Gaza!"

Gaza adalah penjara, sementara penjara bukanlah untuk seorang yang teraniaya. Isra bermakna hamba, sementara El berarti Tuhan. Ketika zionisme masih ada di muka bumi, maka Israel akan terus tersesat.

--------
Beberapa waktu lalu saya bicara dengan seorang teman tentang meledaknya perang Israel dan Palestina termutakhir ini. Dia menguraikan pendapatnya.

"Saat zionis semakin melakukan penindasan besar-besaran di Tanah Suci Yerusalem, lalu turunnya Nabi Isa Almasih putra Maryam nanti akan menjadi masa kehancuran bagi Israel dan sekutunya. Apa yang terjadi hari ini di Palestina seolah rangkaian peristiwa menuju ke arah itu."

Wallahualam

Komario Bahar

Redaktur Pelaksana InsertLive

 

[Gambas:Video Insertlive]



(kmb/kmb)
Tonton juga video berikut:
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER