Kolom

Mualaf Hiperbolis, Alegori Ngibul yang Kelewatan

kmb | Insertlive
Senin, 06 Jul 2020 15:32 WIB
Kolom Insertlive Komario Bahar / ilustrasi Fandrey N Afindra 

tentang ustaz Ignatius Yohanes Foto: Ignatius Yohanes aka Fauzan Al Azmi / Kolom Insertlive Komario Bahar
Jakarta, Insertlive -

Mualaf adalah kata sakti di media massa. Apa pun latar belakang tokohnya, mualaf seperti jaminan banyak mendatangkan pembaca mau di kanal apa pun di sebuah kantor berita.

Esai ini diilhami dari ustaz abal-abal yang aslinya adalah penipu dengan kedok pemuka agama. Mereka jualan ayat dan kisah inspiratif palsu tentang diri mereka sendiri.

Belakangan nama Ignatius Yohanes dengan banyak embel-embel gelarnya --yang bodong-- kembali mengganggu dan menghibur saya.

ADVERTISEMENT

Ia mengaku ustaz dan mengklaim mualaf meski dibesarkan di keluarga Kristen. Eh nggak lama dia bilang ayahnya seorang kardinal, lah piye, Katolik sama Kristen saja dia nggak paham bedanya. Dan sebagian ceritanya, kalian pasti sudah pahami.

***

Usai salat isya, saya langsung menikmati sop kambing panas di kedai kecil sate Madura di pertigaan dekat rumah bareng istri. Kebetulan saat itu saya menjemputnya dari rumah teman dan perut sedikit agak keroncongan. Pas banget gerimis juga mengguyur sudut Jakarta Selatan meski belakangan ibu kota dilimpahi sinar matahari luar biasa. Kuah sop dan hujan adalah jodoh. Maka kami yang kelaparan di malam Minggu akhir pekan kemarin memutuskan parkir ke kedai kecil tersebut.

Di sela-sela enaknya menguyup sop yang lagi ngebul-ngebulnya, saya melihat sebuah tautan video dari Katolik Garis Lucu yang mengunggah klip tentang Ignatius Yohanes aka ustaz Fauzan Al Azmi alias Joko Subandi.

Saya terganggu karena hal ini sebenarnya tak perlu diviralkan lagi, saya terhibur lantaran jelas-jelas harusnya banyak yang teredukasi lagi bahwa kita seharusnya jangan tersihir karena ada berita orang masuk Islam atau pindah agama.


Jujur saja, masih banyak rakyat di negeri ini condong bangga ketika lihat berita orang mualaf. Sisanya adalah rasa kepo melebihi batas terkait latar belakang si tokoh yang berganti keyakinan tersebut. Bukti paling sahih dari analisis tadi adalah selalu membludaknya pembaca berita tentang orang pindah agama.

kolom lainnya:

Dalam istilah di kantor berita kami-kami ini, 'harta, takhta, agama' (kebetulan saya buatkan juga esainya tempo hari). Ignatius aka Fauzan alias Joko ini sudah bikin gaduh sejak lama.

Sayangnya banyak yang baru tahu. Kita setop saja soal ibunya seorang evangelis dan ayahnya kardinal. Saya rasa kalian sudah tahu banyak kengawurannya yang luar biasa offside.

Tapi kalian harusnya jangan kaget dengan penuturan Ignatius ini. Di ceramah lainnya pada 2019, Ignatius pernah memodifikasi kisah mualafnya.

Ia menyebut mengalami kecelakaan hebat saat mengendarai moge 1.200 cc (dengan klaim harga Rp300 jutaan). Akibatnya --masih cuma pengakuan verbal--, ia mati suri selama tiga hari.

Hiperbolis. Ustaz kaleng-kaleng ini menambahkan keabsurdannya karena mengaku selama mati suri itu, ia mengunjungi surga dan neraka.

Anda tahu dia bilang apa? Sini merapat, saya bisikin, "Di surga itu ceweknya cantik-cantik, nggak ada cewek gendut,"

"Di neraka itu, mohon maaf pak kiyai, banyak ulama karena banyak yang ceramah tapi tak menjalankan sesuai dakwahnya,"

Dua line itu diucapkan enteng oleh Ignatius alias Joko tersebut. Ada semacam alegori di sini. Ustaz Ignatius aka Fauzan alias Joko ini bagaikan jembatan yang membuka nerakanya sendiri di hari akhir. Sebuah lubang menganga yang siap menelannya karena penipuan yang dilakukan sungguh kelewatan.

kolom lainnnya:

Seperti yang saya tekankan di awal, ludruk ustaz mualaf ini bukanlah cerita baru. Ia sudah lama dikejar banyak orang karena pengakuannya yang sarat dusta.

Ia juga hanya bisa menangis ketika digeruduk dan dimintai pertanggungjawabannya atas kegaduhan yang ia buat. Ignatius alias Joko ini juga lebih banyak ngalor-ngidul ketika menjawab pertanyaan tentang kebohongan yang ia buat.

Paling lucu adalah ketika minta waktu untuk membuktikan dia lulusan Injil Vatikan School. Sampai Corona ditemukan vaksin pastinya juga nggak akan bisa ia buktikan. Wong, sekolah itu juga hanyalah imajinasi di negeri dongeng kepala si Ignatius bin Joko ini kok. 

Sementara (sekali lagi), orang-orang Indonesia juga masih diperdaya oleh rasa bangga dan damai melihat pengakuan seseorang yang masuk Islam. Menjadi miris jika orang yang koar-koar itu sebenarnya hanyalah seorang penipu.

Sesungguhnya, kita seharusnya merasa lebih tenang dan amat bahagia ketika kerukunan antarpemeluk agama terus terjadi sampai kiamat.

Komario Bahar 

Redaktur Pelaksana InsertLive

 

[Gambas:Video Insertlive]



(kmb/kmb)
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER