Sosok KH Hasyim Asy'ari Pencetus Hari Santri yang Diperingati pada 22 Oktober

Zalsabila Natasya | Insertlive
Jumat, 20 Oct 2023 16:45 WIB
Ucapan Hari Santri 2022 dapat dibagikan saat peringatannya pada tanggal 24 Oktober mendatang. Yuk, simak 15 ucapan Hari Santri 2022! Sosok KH Hasyim Asy'ari Pencetus Hari Santri yang Diperingati pada 22 Oktober/Foto: Getty Images/iStockphoto/wichianduangsri
Jakarta, Insertlive -

KH Hasyim Asyari merupakan seorang ulama yang mendirikan organisasi Islam yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Ia adalah sosok yang selalu lekat dengan keberadaan NU hingga saat ini.

Beliau merupakan tokoh ulama pemikir serta pejuang yang menjadi salah satu tokoh besar Indonesia pada abad ke-20.

Dilansir dari berbagai sumber, selain sebagai pendiri NU, KH Hasyim Asyari juga seorang pendakwah karena beliau berusaha untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat yang mulai dilakukannya pada masa penjajahan Belanda, hingga akhir usianya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, KH Hasyim Asyari juga merupakan sosok dibalik berdirinya Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

KH Hasyim Asy'ari lahir pada 24 Zulkaidah 1287 Hijriah, Selasa Kliwon, bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 Maseh, Pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang.

Beliau merupakan anak ke-3 dari 11 bersaudara, putra dari pasangan Kiai Asy'ari dan Nyai Halimah.

Berdasarkan jalur ayahnya, nasab Kiai Hasyim bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja'tar Shadiq bin Muhammad Al Bagir.

Sementara dari jalur ibunya, nasabnya bersambung dengan pemimpin Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng), yang memiliki putra bernama Karebet atau Jaka Tingkir.


Dalam sejarah tercantum bahwa Jaka Tingkir adalah raja Pajang pertama (tahun 1568 M) dengan gelar Sultan Pajang atau Pangeran Adiwijaya.

Kiai Hasyim mulai belajar di pesantren, pada saat usianya 15 tahun. Dilansir buku 'Profil Pesantren Tebuireng', KH Hasyim Asy'ari sempat ke sejumlah pesantren hingga lanjut untuk mencari ilmu ke Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, di bawah asuhan Kiai Kholil bin Abdul Latif.

Pada 1307 Hijriah atau pada 1891 Masehi, Kiai Hasyim kembali ke tanah Jawa dan belajar di Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo, di bawah bimbingan Kiai Ya'qub.

Pada saat usianya 21 tahun, KH Hasyim Asy'ari menikah dengan Nafisah, yang merupakan putri Kiai Ya'qub. Pernikahan itu digelar pada tahun 1892 M/1308 H.

Tak lama kemudian, KH Hasyim Asy'ari bersama istri dan mertuanya berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji.

Kesempatan di tanah suci juga ia gunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Seluruh disiplin ilmu agama hampir dipelajarinya, terutama ilmu hadis.

Namun, saat berada di Mekah, istri Hasyim Asy'ari meninggal dunia. Demikian juga dengan anaknya yang lahir di Mekah.

KH Hasyim Asy'ari kembali ke Mekah untuk kedua kalinya dan mulai rajin bertemu dengan ulama-ulama besar guna belajar dan mengambil berkah dari mereka.

Di Mekah, KH Hasyim Asy'ari kemudian dipercaya untuk mengajar di Masjidil Haram dan mempunyai banyak murid dari sejumlah negara.

Di tahun ketujuh di Mekah, tepatnya pada 1899 (1315 H), KH Hasyim Asy'ari menikah dengan Khadijah, putri dari Kiai Romli dari desa Karangkates, Kediri.

Bersama dengan istrinya, dia mendirikan pesantren pada 1899, yang dinamakan Pesantren Tebuireng. Mulanya, santri hanya berjumlah delapan, lalu tiga bulan kemudian bertambah menjadi 28 orang.

Dua tahun setelah mendirikan pesantren, Khadijah, istri KH Hasyim Asy'ari meninggal dunia, tanpa meninggalkan anak.

KH Hasyim Asy'ari kemudian menikah dengan Nafiqoh, putri dari Kiai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan, Madiun dan dikaruniai 10 anak.

Pada akhir 1920-an, Nyai Nafiqoh meninggal dunia. KH Hasyim Asy'ari kemudian menikah dengan Nyai Masyruroh, dan dikaruniai empat orang anak.

Mengutip dari buku Fajar Kebangunan Ulama Biografi KH Hasyim Asyari karya Lathiful Khuluq, pesantren Tebuireng merupakan salah satu pesantren besar yang ada di Indonesia.

Keberadaan pesantren tersebut merupakan hasil jerih payah dari KH Hasyim Asyari melalui berdagang dan bercocok tanam kecil-kecilan.

KH Hasyim Asyari bisa mewakafkan dua hektar tanah dan sembilan hektar kawasan sawah pada tahun 1947, berdekatan dengan waktu ia meninggal dunia. Pesantren Tebuireng ini bertempat di Kelurahan Cukir, sekitar delapan kilometer dari Jombang, Jawa Timur.

Motivasi KH Hasyim Asyari dalam mendirikan pesantren Tebuireng ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, sebagaimana ia berkata:

"Menyebarkan agama Islam berarti meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Jika manusia sudah mendapat kehidupan yang baik, apalagi yang harus ditingkatkan dari mereka? Lagi pula, menjalankan jihad berarti menghadapi kesulitan dan mau berkorban, sebagaimana yang telah dilakukan Rasul kita dalam perjuangannya."

KH Hasyim Asy'ari menghembuskan napas terakhirnya pada 25 Juli 1947. Jenazahnya dimakamkan di Pesantren Tebuireng Jombang.

Atas usaha serta kontribusinya kepada nagara semasa hidup, Hadhratusy Syeikh Hasyim Asyari ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 17 November 1964.

Saat ini, semangat KH Hasyim Asyari terwujud dalam ditetapkannya Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober.

(yoa)
Tonton juga video berikut:
1 / 2
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER