Jihad Algoritma, Habib Husein Ja'far: TikTok Bikin Dunia Absurd

Habib Husein Ja'far berbincang dengan Gita Wirjawan soal perkembangan teknologi dan digitalisasi di dunia saat ini. Mereka sepakat soal banyaknya perubahan tatanan hidup manusia sejak kemunculan beragam produk digital termasuk media sosial.
Habib Husein dan Gita tak menampik bahwa teknologi dan digitalisasi telah membawa banyak kemudahan untuk mendukung kehidupan sosial. Namun mereka juga tak menutup mata bahwa ternyata di sisi lain hal tersebut juga membawa dampak buruk yang bahkan lebih besar porsinya.
Pernyataan tersebut tentu merujuk pada banyaknya konten tidak edukatif hingga hoax yang beredar luas di masyarakat. Selain itu produk digital seperti media sosial justru menambah keruh konflik horizontal di kehidupan masyarakat yang majemuk.
Salah satu pemicu berbagai dampak buruk itu terjadi karena konsep algoritma di berbagai produk media sosial yang lebih mementingkan sisi popularitas dibanding kualitas. Hal ini yang membuat Habib Husein mencetuskan soal perlunya revolusi algoritmatik di kehidupan digital.
"Saya sering bilang perlunya jihad algoritmatik atau revolusi algoritmatik, karena kita itu sekarang terlalu dibuat tunduk dengan algoritma yang sudah ada," ujar Habib Husein saat berbincang dengan Gita Wirjawan di YouTube yang dikutip pada Kamis (17/2).
"Bahkan pada titik yang ekstrim, apa yang kemudian dikritik dalam filsafat teknologi yang biasanya mengacu kepada Karl Marx, bagaimana modernisme secara umum, yang kemudian salah satu produk terbarunya adalah digitalisasi ini, meng-alienasi (anti-sosial) manusia dari diri sendiri," sambungnya.
Habib Husein berujar banyak pakar yang mengkritik media sosial terutama TikTok. Media sosial tersebut dianggap penuh dengan konten-konten yang tidak mendidik. Bahkan mirisnya lagi konten yang tidak mengedukasi tersebut justru didukung sistem algoritma sehingga bisa dengan mudah menjadi viral.
"Saya kasih contoh kritik yang besar itu adalah kepada TikTok, karena betul-betul membuat dunia menjadi absurd (tidak jelas), tapi saya juga punya TikTok, karena tidak mungkin itu dibiarkan, kalau tidak ya nggak akan menghentikan apa yang sudah berlangsung," ujar Habib Husein.
"Tapi saya melihat di TikTok, beberapa bulan saya ikut di sana, konten-konten yang edukatif itu tidak didukung secara algoritmatik oleh mereka, tapi konten-konten yang tidak edukatif namun mau ikut aturan main justru mudah viral," sambungnya.
Sistem algoritma tersebut yang berusaha dipelajari Habib Husein secara perlahan agar bisa menyelipkan konten-konten yang lebih edukatif. Salah satu caranya dengan mengikuti tren yang viral dan banyak dipakai oleh pengguna media sosial tersebut.
"Maka saya mengakali itu dengan konten edukatif, tapi tunduk kepada algoritma mereka. Misalnya mereka punya sound atau efek tertentu, sesuatu yang viral dan sedang mereka support, nah saya masuk ke sana. Misalnya contoh kita bikin video diri kita dalam keadaan belum rapi, kemudian ditaruh kameranya dan diinjak gitu, kemudian pas diambil video lagi, kita udah rapi. Ketika kita pakai sound efek itu, pakai algoritma itu, kemungkinan viralnya tinggi," kata Habib Husein.
"Akhirnya saya bikin, saya bilang 'kalau lagi salat pakaiannya biasa aja', kemudian kamera diinjak terus berubah, 'kalau lagi ketemu pacar pakaiannya keren', 'Tuhanmu itu pacarmu atau Tuhan yang Maha Kuasa itu?', nah memang harus memikirkan itu, bagi saya itu proses berdamai dengan algoritma," sambungnya.
Sistem algoritma yang berorientasi kepada keuntungan pemilik modal dari produk digital termasuk media sosial ini dinilai Habib Husein memang sangat mustahil untuk diubah. Hal tersebut yang membuat Habib Husein merasa perlu ada revolusi untuk mengubah konsep algoritma dari yang hanya mengedepankan hal viral menjadi sesuatu bermanfaat bagi masyarakat.
"Nggak mungkin kita mengubah algoritma, karena algoritma itu milik pragmatis pemilik media sosial itu, kecuali mereka mau bikin media sosial yang baru dengan prinsip algoritma yang sehat, prinsip algoritma yang sehat itu kalau saya sebagai seorang Muslim, itu mengacu kepada hadis Nabi, 'Sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat bagi manusia lain', maka algoritma yang berorientasi kepada manusia yang memiliki manfaat yang besar, bukan yang memiliki sensasi besar," ujar Habib Husein.
"Untuk menuju ke sana mungkin berat, dan itu kenapa umat Islam juga harus hijrah secara intelektual, jadi upgrade, seharusnya didorong itu bidang sains dan teknologi, kalau tidak ya kita berdamai dengan algoritma yang ada, atau menyiasati algoritma itu untuk nilai yang diperjuangkan, makanya saya bilang jihad secara algoritmatik," tutup Habib Husein yang disambut kata sepakat dari Gita Wirjawan.
(ikh/syf)
Wanita China Ini Jadi Mualaf & Dinikahi Pria Luwu dengan Mahar 2 Rumah
Jumat, 10 Mar 2023 20:00 WIB
Nekat Ngonten Sembunyi di Kolong Rel Kereta, YouTuber Dede Inoen Minta Maaf
Rabu, 23 Mar 2022 22:05 WIB
Bunga Zainal Geram Dokter Umbar Privasi Pasien untuk Dijadikan Konten
Minggu, 26 Sep 2021 12:35 WIB
Demi Konten, Wanita Nekat Bergelantungan di Balkon Apartemen Lantai 11
Kamis, 07 Jan 2021 18:55 WIBTERKAIT