KOLOM

Gaya Pacaran Modern dan Klinik Aborsi Ilegal Legendaris

YOA | Insertlive
Jumat, 02 Oct 2020 12:03 WIB
Ilustrasi Esai Aborsi yang ditulis Yogi Alfian Foto: Fandrey Nanda Afindra
Jakarta, Insertlive -

Siang itu pikiran saya mengudara. Mengambang tinggi di atas awan dalam waktu yang cukup lama usai membaca pemberitaan yang mengungkap tentang praktik aborsi ilegal yang terjadi di sebuah klinik di Jakarta Pusat. Bagaimana tidak, klinik yang menjalankan aborsi secara ilegal itu terungkap sudah menggugurkan sebanyak 32.760 janin selama beroperasi sejak 2017.

Melakukan aborsi berarti membunuh. Itu sudah jelas. Rasanya sudah tak perlu diperdebatkan lagi. Dan ini bukan lagi tentang menyelamatkan diri sendiri atau apa pun. Tapi ini adalah tentang hati nurani manusia. Kok bisa sih mereka berani melakukan hal itu? Lalu bagaimana bisa para pelaku dengan teganya menggugurkan janin yang ada di tubuh orang lain?

Ada lagi yang membuat saya tiba-tiba tercengang, yaitu adalah omzet yang diraih selama klinik ilegal itu beroperasi. Bukan main, dalam tiga tahun mereka berhasil meraup keuntungan sebesar Rp10 miliar. Itu jelas adalah jumlah yang fantastis. Rasa-rasanya bukan hal yang mudah mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.

ADVERTISEMENT

Ada alasan tertentu kenapa aborsi tak bisa dilakukan secara sembarangan. Di Indonesia, hukum aborsi sudah diatur dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa aborsi di Indonesia tak diizinkan, dengan pengecualian karena darurat medis yang mengancam nyawa ibu atau pun janin, serta bagi korban perkosaan.

Selain itu, tindakan aborsi juga memerlukan persetujuan. Para ahli tak akan melakukan tanpa persetujuan dari yang bersangkutan. Dan dengan alasan apa pun, kecuali alasan medis, aborsi adalah suatu hal yang sangat tak disarankan.

Lalu kenapa banyak perempuan memilih melakukan aborsi ketimbang harus melahirkan dan membesarkan anaknya? Tentunya ada berbagai macam pertimbangan. Sejauh saya tumbuh dewasa dan mengetahui lingkungan sekitar, faktanya ada banyak perempuan yang tak siap untuk hamil, apalagi harus memiliki anak di usia muda. Dan yang paling berpengaruh adalah faktor keluarga, mereka yang berani bercinta sebelum menikah ternyata harus menerima fakta bahwa dirinya hamil. Sudah dibesarkan dengan baik dan selalu diperingatkan dalam bergaul, eh malah kelewat batas dan mempermalukan keluarga.

Sebagai manusia yang berpikir positif, rasanya tak perlu memperkeruh keadaan dengan melakukan aborsi. Sebentar, saya langsung teringat lagu dari penyanyi legendaris Doris Day yang berjudul Que Sera Sera, lagu itu memiliki arti: apa pun yang terjadi, maka terjadilah.

Kembali ke masalah di atas. Bagi saya problematika hamil di luar nikah memang mengerikan. Tapi lebih mengerikan menggugurkan janin di dalam kandungan. Bayangkan, kau tega membunuh anakmu sendiri lalu kembali melanjutkan hidupmu. Menjalankan hidup seolah-olah hal tersebut tak pernah terjadi. Lalu di kemudian hari, kau teringat akan hal itu dan menyesali perbuatanmu di masa lampau. Kau terhanyut dalam rasa penyesalan yang tak berkesudahan hingga membuat hidupmu berantakan.


Astaga, bukan maksud saya menakut-nakuti. Tapi cobalah berpikir secara jernih. Anggap saja tak pernah ada aborsi di dunia ini. Akui kesalahanmu yang hamil di luar nikah dan besarkan anakmu sebagaimana mestinya. Bukankah semua orang ingin punya keturunan? Bukankah memiliki anak adalah sesuatu yang membahagiakan?

Mari kita berpindah ke sudut pandang pria. Peran pria sebagai seseorang yang telah menghamilli perempuan tentunya sangat berpengaruh. Seorang pria harus menjadi penenang di saat pacarnya atau mungkin perempuan yang bukan pacarnya dinyatakan hamil. Pikirkan secara jernih dan musnahkan setan-setan di kepala yang terus berteriak untuk menyarankan aborsi. Berusahalah bertanggung jawab atas semua hal yang terjadi. Berpikirlah secara bijak untuk tak mengadili diri sendiri. Percayalah bahwa semua hal buruk pasti akan berlalu.

Sebagai contoh, mari tengok kejadian yang pernah dialami oleh beberapa artis Indonesia seperti misalnya Onadio Leonardo atau Marcell Darwin. Sebagai pria yang telah menghamili pacarnya, mereka berani mengakui dan bertanggung jawab. Onadio atau yang biasa disapa Onad itu, dia blak-blakan mengatakan pacarnya Beby Prisillia telah hamil lebih dulu sebelum mereka menikah. Bahkan Onad menikahi Beby saat usia kehamilan pacarnya itu sudah 8 bulan.

"8 Bulan, istri gue hamil duluan gue kawinin," kata Onad enteng.

Onad tak menyesali sama sekali apa yang sudah terjadi. Malahan, mantan vokalis Killing Me Inside itu merasa memang perlu bertanggung jawab. Terlepas dari apa pun, Onad juga siap menanggung jika ada reaksi negatif dari kedua keluarga.

"Yaudahlah ya, maksud gue, mau gimana lagi, yang penting tanggung jawablah sebagai laki-laki," katanya secara tegas.

Soal Marcell Darwin, dia juga pernah blak-blakan mengungkap alasannya mempercepat pernikahan dengan pacarnya, Nabila Faisal, karena alasan hamil lebih dulu. Pada saat itu mereka memang sudah merencanakan pernikahan, namun akhirnya dipercepat karena kejadian tak direncanakan tiba-tiba terjadi.

"Mau tidak mau, setelah Nabila bilang itu (hamil) pernikahannya harus dicepetin dong, akhirnya gua ngobrol ke orang tua dia dan gua kasih tau apa adanya," kata Marcell.

Nabila Faisal pun pada saat itu mengakui bahwa bercinta adalah godaan terbesar dalam menjalin hubungan asmara. Tapi dia tak menyesali perbuatan itu meski berujung kehamilan. Dia justru menjadikan hal itu sebagai introspeksi diri dan berniat membesarkan sang anak.

"Emang godaan yang datang ke kita adalah bentuknya seperti itu (nafsu) dan menurut gue anak itu berkah jadi gue akan membesarkan dengan senang hati," ungkap Nabila.

Ini perlu diingat. Onad atau Marcell sebenarnya tak memberikan contoh yang baik telah menghamili pacarnya di luar nikah. Hamil lebih dulu sebelum menikah adalah hal yang tak dibenarkan. Tapi mereka mengambil tindakan yang benar, yaitu bertanggung jawab dan menikahi pacarnya. Buang sisi negatifnya, ambil sisi positifnya.

Dan ini juga perlu diingat. Gaya pacaran di zaman modern seperti sekarang semakin berkembang dan bahkan lebih mengarah kebarat-baratan. Di mana setiap pasangan tak lagi malu untuk mengumbar kemesraan di depan umum. Jika di depan umum saja sudah mesra sampai nempel-nempel seperti perangko, bagaimana jika hanya berduaan di sebuah ruangan?

Intinya, ketahuilah batas dan pikirkan kemungkinan terburuk sebelum melakukan suatu hal. Contohnya, jangan berani melakukan hubungan intim dengan pasanganmu sebelum resmi menikah. Jika bersikeras ingin berhubungan intim, ya kemungkinan terburuknya adalah hamil.

Saya menulis esai ini bukan untuk menggurui. Saya hanya mengutarakan keresahan atas banyaknya jumlah janin dikorbankan karena perempuan yang tak siap untuk hamil dan punya anak. Berani berbuat tapi tak mau menanggung risiko, duh. Setop aborsi, jangan biarkan klinik ilegal itu ada lagi.

Yogi Alfian

Jurnalis InsertLive

(yoa/kmb)
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER