Inspiratif, Ini 5 Film Indonesia tentang Pemberdayaan Perempuan

3. Ini Kisah Tiga Dara (2016)

Ini Kisah Tiga Dara mengisahkan tiga saudara perempuan yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Mereka adalah Gendhis (Shanty Paredes), Ella (Tara Basro), dan Bebe (Tatyana Akman).

Meski memiliki karakter yang berbeda, mereka sama-sama memiliki ambisi yang kuat untuk mencapai impiannya. Gendhis ingin memulai keriernya sebagai koki, Ella ingin menyelami bidang pemasaran, dan Bebe yang paling muda justru bersikap cuek.

Sayang, mimpi dan cita-cita mereka tidak seirama dengan keinginan sang Oma yang diperankan Titiek Puspa. Omanya sangat ingin mencarikan jodoh untuk menikahkan cucu-cucunya.

Film ini terinspirasi dari film Tiga Dara yang rilis pada tahun 1956 silam. Keduanya sama-sama menyuguhkan berbagai konflik yang dialami perempuan dan memiliki perbedaan pandangan perempuan dari beda generasi.

Ini Kisah Tiga Dara merupakan film yang ringan, tetapi mampu menyampaikan pesannya dengan jelas.

4. Kartini (2017)

Film ini diadaptasi dari film R.A Kartini tahun 1984. Digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo, film ini menceritakan Kartini (Dian Sastrowardoyo) yang semasa kecilnya melihat sang ibu, Ngasirah (Christine Hakim) terbuang dari rumahnya sendiri hanya karena dia tidak memiliki darah bangsawan.

Hal tersebut membuatnya seolah tidak penting dalam keluarga, sehingga dia menjadi pembantu di rumah tersebut.

Tak suka dengan hal itu, Kartini berniat untuk bisa membuat kaum perempuan setara, baik orang biasa maupun ningrat. Kartini kemudian berupaya menjamin pendidikan bagi perempuan di daerahnya.

Dia membangun sekolah untuk masyarakat miskin dan membuka lapangan kerja untuk warga Jepara.

Walaupun jalan cerita yang sudah tertebak, film ini berhasil menginsiprasi perempuan muda terutama yang belum terjamah kisah Ibu Kartini.

5. Marlina the Murderer in Four Acts (2017)

Marlina the Murderer in Four Acts sesuai judulnya menceritakan sosok Marlina, seorang janda yang mencari keadilan usai diperkosa oleh 7 orang pria di rumahnya sendiri.

Marlina berusaha melawan dengan memenggal kepala Markus, pemimpin kelompok pria tersebut.

Kemudian dia membawa penggalan kepala Markus dalam perjalanannya membalas dendam. Di perjalanan itulah Marlina menemui wanita yang menemani perjalanannya. 

Film ini memiliki pesan bahwa perempuan itu tidak lemah. Selain itu, film ini juga menampilkan sulitnya perempuan Indonesia dalam menghadapi kejahatan seksual yang kerap diabaikan.