Deretan Film Religi Indonesia yang Tuai Kontroversi

and | Insertlive
Senin, 11 Oct 2021 18:30 WIB
Mengaku Rasul: Sesat Foto: Dok. indonesianfilmcenter
Jakarta, Insertlive -

Film religi di Indonesia masih menjadi topik panas yang begitu sensitif. Penyajian yang kurang tepat bisa membawa film tersebut ke lubang masalah yang berkepanjangan.

Indonesia memang memiliki beragam suku dan agama. Meski heterogen, isu agama tetap menjadi hal yang sensitif. Seperti beberapa film berikut yang akhirnya menuai pro dan kontra, bahkan ada juga yang dicekal untuk ditayangkan.

Berikut InsertLive sajikan daftarnya untuk Insertizen.

ADVERTISEMENT


1. Mengaku Rasul: Sesat (2008)

IKUTI QUIZ

Pada medio 2000-an, munculnya beragam aliran sesat jamak ditemui di Indonesia. Film Mengaku Rasul: Sesat garapan Helfi Kardit ini mencoba mengangkat fenomena tersebut.

Film ini mengangkat kisah di balik sebuah pondok pesantren di Jawa Barat yang merupakan kedok seorang guru (Reza Pahlevi) memanfaatkan agama demi duniawi; kekayaan dan kekuasaan. Ia pun mengaku sebagai rasul utusan Allah.

Film yang turut dibintangi Ray Sahetapy ini juga mengisahkan tentang upaya penghapusan dosa dan jaminan masuk surga dengan cara membeli sertifikat.

Tak pelak hal itu membuat MUI melayangkan protes terkait penayangan film Mengaku Rasul: Sesat ini lantaran dianggap menyajikan penyimpangan ajaran Islam.



2. Doa yang Mengancam (2008)

Film ini mengangkat tentang keputusasaan seorang kuli angkut, Madrim, yang diperankan oleh Aming. Ia merasa bahwa dirinya adalah orang paling malang di dunia.

Madrim memutuskan untuk beribadah, namun doanya tak kunjung dikabulkan. Ia pun mengancam Tuhan, jika doanya dalam tiga hari tak juga terkabul, ia akan berpaling memuja setan.

Film garapan Hanung Bramantyo ini kemudian menjadi ladang protes lantaran dinilai menyalahgunakan makna doa. Namun, film ini tetap tayang dan masyarakat memuji Aming berkat aktingnya yang totalitas.

[Gambas:Youtube]



Baca halaman selanjutnya.

3. Perempuan Berkalung Sorban (2009)

Film Perempuan Berkalung Sorban ini memang menjadi salah satu film terlaris di masanya. Film garapan Hanung Bramantyo ini bahkan menyabet 7 nominasi di FFI 2009, 7 nominasi di Festival Film Bandung, dan 9 nominasi di Indonesian Movie Awards.

Sayangnya, film yang dibintangi Reza Rahadian, Revalina S. Temat, dan Oka Antara ini menuai protes masyarakat lantaran dinilai memberi citra buruk pada pesantren.

Selain itu, film drama romantis yang diangkat dari novel Abidah El Khalieqy ini dianggap menyalahi ajaran Islam yang teralu konservatif teradap perempuan dan menanggap Islam hanya membela kaum laki-laki.

Bahkan saat itu sempat ada gerakan masyarakat untuk memboikot film ini.

[Gambas:Youtube]


4. ? (Tanda Tanya) (2011)

Film garapan Hanung Bramantyo kembali menuai kontroversi sejak masa pra-produksi dari masyarakat, MUI, hingga FPI.

Dibintangi Reza Rahadian, Revalina S. Temat, dan Rio Dewanto, film ? (Tanda Tanya) ini mengusung tema pluralisme di Indonesia yang sering berjalan bersama isu kekerasan dan rasisme.

Film ini dinilai menyimpang dari realitas yang ada. Namun, film ini tetap boleh ditayangkan setelah mengalami revisi dengan pemotongan beberapa adegan yang sensitif.

5. 212: The Power of Love (2018)

Film yang dibintangi Fauzi Baadila ini menuai kecaman di beberapa daerah. Hal itu disebabkan ceritanya yang mengandung unsur politik, mengingat penayangan film ini tepat ketika isu politik begitu panas.

Film 212: The Power of Love mengisahkan tentang seorang jurnalis yang terpaksa harus ikut aksi damai, kendati ia tidak percaya ajaran agama. Ia harus berangkat untuk menemani ayahnya yang tengah sakit, sementara ayahnya adalah sosok penting dalam aksi tersebut.

Sementara itu, MUI mengklaim bahwa film garapan Jastis Arimba ini mengandung pesan kedamaian secara plural dan tidak mengandung unsur radikalisme yang dituduhkan.

[Gambas:Youtube]

(and/and)
1 / 2
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER