Upacara Sudhi Wadani Ritual Pindah Agama Bagi Hindu, Pernah Dijalani Anak Soekarno

Nastiti Swasiwi Nurfiranti | Insertlive
Sabtu, 11 May 2024 11:30 WIB
Putri Presiden Sukarno, Sukmawati Soekarnoputri, bakal menjadi warga adat di Bali usai resmi berpindah Agama Hindu lewat proses upacara Sudhi Wadani. (dok Presiden The Soekarno Center, Arya Wedakarna) Upacara Sudhi Wadani Ritual Pindah Agama Bagi Hindu, Pernah Dijalani Anak Soekarno/Foto: Putri Presiden Sukarno, Sukmawati Soekarnoputri, bakal menjadi warga adat di Bali usai resmi berpindah Agama Hindu lewat proses upacara Sudhi Wadani. (dok Presiden The Soekarno Center, Arya Wedakarna)
Jakarta, Insertlive -

Setiap agama memiliki caranya sendiri untuk membantu seseorang yang ingin memeluk agama tersebut, seperti agama Hindu.

Dalam Hindu, hal itu dilakukan dengan upacara Sudhi Wadani.

Menurut pengertian secara harfiah,  Sudhi wadani berasal dari kata 'sudhi' dan 'wadani', yang merupakan bahasa Sansekerta.

ADVERTISEMENT

Sudhi artinya penyucian, persembahan, atau upacara pembersihan. Sedangkan, wadani berarti perkataan atau pembicaraan.

Waka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Pinandita I Ketut Pasek Swastika, menjelaskan bahwa Sudhi Wadani adalah proses seseorang dari agama lain untuk menjadi Hindu.

Ada dua jenis pelaksanaan upacara tersebut, pertama karena pernikahan dan kedua karena atas kesadaran sendiri.

Kedua jenis ini memiliki persyaratan dan proses yang hampir sama.

"Untuk yang dikarenakan kemauan sendiri harus ada surat keterangan dari orang tua, serta dua orang saksi yang melengkapi diri dengan KTP. Yang akan melangsungkan prosesi ini juga harus siap menandatangani surat pernyataan," jelas Pinandita Swastika.


Sedangkan, banten (sarana upacara Hindu) yang digunakan sederhana, yakni pejati. Untuk di griya biasanya menggunakan banten ayaban tumpeng lima.

"Itu bisa dipilih, karena agama itu rasa. Mau di PHDI boleh, karena di kantor PHDI ada Padmasana. Di griya juga boleh, atau di rumah juga boleh," katanya.

Banten bisa dibawa menggunakan segehan manca warna atau segehan putih kuning.

Setelah melakukan pembersihan secara niskala, yang bersangkutan akan mengucapkan aksara suci 'Om Ang Ung Mang', dilanjutkan dengan 'Brahman Atman Aikyam.'

Akhir dari semua ucapan tersebut adalah 'Eva Jayate', lalu dijawab oleh yang bersangkutan dengan kata 'Jaya'.

"Juga diawali dengan 'Om Swastiastu' dan diakhiri dengan 'Om Santi, Santi, Santi Om.' Ini terus diucapkan berulang-ulang sampai tidak ada kesalahan ucap. Pertama dicontohkan sekali oleh penganteb atau pemuput prosesi ini," tuturnya.

Setelah itu, upacara dilanjutkan dengan panca sembah, lalu diberikan percikan tirta, dan dipasangkan benang tri datu di tangannya.

"Bilamana perlu, PHDI setempat bisa memberikan nasihat dan kalau ada bisa memberikan yang bersangkutan buku doa sehari-hari," ujarnya.

Pembinaan setelah Upacara Sudhi Wadani

Pinandita Swastika mengatakan bahwa bagi yang pindah agama dengan kemauan sendiri akan mendapatkan pembinaan dari PHDI setempat.

Sementara, untuk yang pindah agama karena pernikahan akan menjalani pembinaan dari desa adat setempat.

Setelah itu, yang bersangkutan akan mengisi surat keterangan, surat pernyataan, dan blangko yang diserahkan ke PHDI setempat.

PHDI akan mengeluarkan surat keterangan Sudhi Wadani lengkap dengan foto diri untuk pengurusan dokumen kependudukan di Kantor Catatan Sipil.

Bagi yang telah Sudhi Wadani dan tinggal di suatu wilayah di Bali, wajib melapor ke desa adat setempat dan akan turut menjadi krama di sana.

"Setelah ikut menjadi krama, yang bersangkutan bisa melakukan persembahyangan di Pura Kahyangan Tiga. Setelah Sudhi Wadani juga sudah bisa sembahyang ke Pura Sad Kahyangan, termasuk ke Besakih dan pura lainnya," katanya.

Prosesi berikutnya disesuaikan dengan keinginan yang bersangkutan apakah akan melakukan prosesi tiga bulanan, satu oton, atau metatah.

Salah satu orang yang pernah menjalani upacara tersebut adalah Sukmawati Soekarnoputri. 

Ia memilih menjalani ritual tersebut karena yakin dengan keputusannya menjadi seorang pemeluk agama Hindu.

Sukmawati Soekarnoputri menjalani ritual tersebut pada 26 Oktober 2021 di Sukarno Heritage Bale Agung Singaraja Buleleng, Bali.

Ritual tersebut dilakukan bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-70 tahun.

(dis/dis)
Tonton juga video berikut:
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER