Benarkah Seorang Wartawan Tipu Putri Diana dengan Rencana Pembunuhan?
Wawancara yang dilakukan Putri Diana pada tahun 1995 dengan seorang jurnalis BBC Martin Bashir merupakan pemicu perceraiannya dengan Pangeran Charles.
Ratu Elizabeth setelah melihat wawancara tersebut kabarnya langsung memerintahkan agar Putri Diana dan Pangeran Charles segera bercerai.
Wawancara dengan Bashir memang tergolong sensasional karena Putri Diana secara lugas menyebutkan bahwa Pangeran Charles telah berselingkuh dengan Camilla Parker-Bowles selama pernikahan mereka.
Keputusan bersedia melakukan wawancara dengan Bashir merupakan penyesalan terbesar Putri Diana. Pasalnya, dia harus kehilangan gelar Her Royal Highness (HRH). Alhasil, dia pun tak lagi mendapatkan perlindungan dan tim keamanan dari kerajaan, meskipun ibu dari calon raja Inggris.
Kini, Andrew Morton penulis resmi biografi Putri Diana membeberkan fakta mengejutkan di balik wawancara BBC tersebut.
Morton mengatakan bahwa Bashir telah memperdaya Putri Diana dengan ancaman pembunuhan palsu.
Dia menambahkan, Bashir memperlihatkan dokumen yang diduga pernyataan bank berupa dana transfer dari pasukan keamanan yang berencana membunuh Putri Diana.
Dokumen palsu, kata Morton, diperlihatkan pada Putri Diana agar dia merasa ketakutan dan semakin percaya dengan Bashir. Tujuannya tentu saja mendapatkan wawancara eksklusif dengan Putri Diana.
Selain Bashir, petinggi-petinggi BBC juga turut andil dalam agenda pemalsuan dokumen ancaman demi ibu dari Pangeran William tersebut bersedia memberikan wawancara eksklusif.
"Mereka terlibat dalam konspirasi gelap sampai-sampai Diana merasa kepalanya akan segera digantung," ujar Morton seperti dilansir Daily Mail.
Seluruh tim di balik program dokumenter wawancara Putri Diana, kata Morton, mempermainkan rasa ketakutan sang putri.
Morton mengatakan personel pada tim tersebut juga menghasut Putri Diana sampai mempercayai bahwa sekretaris pribadinya Patrick Jephson telah bersekongkol dengan Komandan Richard Aylard dari tim Pangeran Charles.
(syf/syf)