Jakarta, Insertlive - Presiden RI ke-3
BJ Habibie meninggal dunia, Rabu (11/9) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Ia meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Semasa hidupnya, Habibie dikenal sebagai sosok yang cerdas dan inspiratif. Ia juga disebut sebagai bapak Teknologi Indonesia.
Insertizen penasaran tentang sosok pria yang dijuluki cerdas dari kecil ini? Yuk, simak fakta berikut tentang sosok BJ Habibie.
[Gambas:Video Insertlive]
BJ Habibie yang memiliki nama asli Bacharuddin Jusuf Habibie adalah sosok yang disebut memiliki otak yang encer sejak kecil. Pria kelahiran 25 Juni 1936 di Pare-Pare, Sulawesi Selatan ini sejak kecil telah menonjol kepandaiannya. Ia dikenal sebagai seorang kutu buku karena kerap membaca buku sejak kecil.
Memasuki bangku sekolah dasar, ia dijuluki sosok yang cerdas, baik dalam ilmu pengetahuan juga agama. Diketahui, bahwa sang ayah, Alwi Abdul Jalil Habibie sejak kecil selalu memperdengarkan lantunan ayat suci Alquran kepada putranya tersebut.
Kepintarannya dalam ilmu pengetahuan terutama dalam fisika membuatnya dikenal sebagai idola saat ia mulai duduk di bangku sekolah menengah atas, Gouvernments Middlebare School di Bandung. Karena kepintarannya sejak kecil dan terus-menerus diasah membuat BJ Habibie berhasil menjadi salah satu mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengambil jurusan Teknik Mesin. Namun, belum menyelesaikan kuliahnya, ia memutuskan untuk pergi ke Jerman untuk melanjutkan pendidikannya di Aachen, Jerman.
Tak tanggung-tanggung, ia mendapat beasiswa dari pemerintah selama masa kuliahnya di Jerman. Di Jerman, ia mengambil jurusan Teknik Penerbangan yang mengambil fokus tentang rekonstruksi pesawat terbang dan berhasil lulus.
Dari Rhein Westfalen Technische Hochschule (RWTH), ia berhasil meraih gelar Diplom Ingenieur pada 1960. Ia pun melanjutkan kuliahnya untuk mendapatkan gelar Doctor Ingenieur hingga akhirnya ia lulus pada tahun 1965 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean. Menyelesaikan pendidikan dan meraih gelar Doctor Ingenieur pada 1965, BJ Habibie langsung mendapat tawaran pekerjaan dari Perusahaan Penerbangan Messerschmitt-Bolkow-Blohm (MBB) yang berpusat di Hamburg, Jerman sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktur Pesawat Terbang.
Karena kepintarannya, dalam waktu 8 tahun, ia berhasil mendapat jabatan sebagai Direktur Teknologi yang merangkap sebagai Vice President dalam kurun lima tahun. Ia juga menjadi satu-satunya orang Asia yang dipercaya menduduki posisi sebagai Vice President di MBB. Tak lama, ia pun mendapat kedudukan sebagai Penasihat Senior bidang teknologi pada 1978.
Kariernya yang cemerlang di MBB, ia turut membantu 40 insinyur Tanah Air untuk bekerja di sana atas rekomendasinya dengan harapan dapat pulang ke Indonesia dan mempersiapkan berbagai sumber daya. Kepintarannya yang cemerlang dengan didukung kariernya di Perusahaan Penerbangan Messerschmitt-Bolkow-Blohm (MBB) yang berpusat di Hamburg, Jerman membuatnya berhasil menemukan sebuah teori penerbangan yang dapat bermanfaat hingga kini.
Teori yang ditemukan Habibie ini adalah teori yang mampu menghitung keretakan (crack propagation on random) pada pesawat hingga ke bagian terkecil (bagian atom). Teori ini dibuat Habibie mengingat banyaknya keretakan dalam pesawat yang sangat sulit dideteksi lebih awal. Teori itu pun telah digunakan oleh berbagai industri maskapai di dunia.
Berkat teori tersebut, ia berhasil meraih beberapa penghargaan di antaranya Edward Warner Award dan Award von Karman dari Jerman. Selain itu, karena dianggap berjasa kepada pemerintah Jerman, ia mendapatkan kembali dua penghargaan sekaligus, Das Grosse Verdientkreuz dan Das Grosse Verdenstkreuz Mit Stern und Schulterband. Tak hanya dari Jerman, Habibie mendapat penghargaan tertinggi sebagai Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana dari ITB, Bandung. Karier cemerlangnya dalam dunia penerbangan kembali dibuktikan Habibie yang mendapat mandat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi usai kepulangannya dari Jerman. Ia meninggalkan kariernya di Jerman, setelah sebelumnya dipercaya menjadi pemimpin PT. Dirgantara Indonesia.
Habibie juga berhasil merancang pesawat terbang pertama buatan anak bangsa yang dinamai sebagai N250 Gatot Kaca. Pesawat dengan desain apik ini mampu terbang tanpa mengalami oleng atau istilahnya dutch roll.
Desain yang dibuat selama lima tahun itu ditanamkan dengan teknologi yang akan tetap mumpuni selama 30 tahun ke depan. Pesawat ini juga menjadi salah satu pesawat turbopop yang mengaplikasikan teknologi fire by wire yang termasuk teknologi terbaru tahun itu.
Pesawat yang sudah memiliki jam terbang selama 900 jam ini juga telah sedikit lagi untuk mendapat sertifikasi Federal Aviation Administration (AFF). Sayangnya perusahaan yang membawahi proyek pesawat tersebut diberhentikan oleh pemerintah akibat krisis moneter pada tahun 1996 hingga 1998.
(dis/fik)