Viral

Kisah Ibu Sahari Jadi Potret Pilu Nasib Guru Honorer di Indonesia

Insertlive | Insertlive
Selasa, 06 Dec 2022 22:35 WIB
Sahari guru honorer SDN 60 Bung Sulawesi Selatan Kisah Sahari Jalan Puluhan Kilometer demi Ngajar, Status Guru Honorer Rp100 per Bulan / Foto: Insertlive
Jakarta, Insertlive -

Kisah perjuangan seorang guru honorer bernama Sahari yang setiap hari harus berjalan puluhan kilometer demi bisa mengajar jadi sorotan publik.

Sahari setiap hari mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 60 Bung yang berada di pedalaman Sulawesi Selatan.

Wanita yang kini sudah berusia 56 tahun itu mengaku sudah aktif mengajar sebagai guru sejak 1999.

ADVERTISEMENT

Sahari pun mulai mengajar di SDN 60 Bung sejak 2008 hingga sekarang.

"Saya itu sudah mulai mengajar di sana (SDN 60 Bung) sejak 2008, tapi saya sudah mulai mengajar itu sejak 1999 di dekat kota, terus 2008 mulai mengajar di SDN 60 Bung, Sulawesi Selatan, sudah 24 tahun lah mengajar" cerita Sahari kepada Insertlive di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (6/12).

Wanita berhijab tersebut mengajar sebagai wali di kelas I SDN 60 Bung yang hanya berisi sekitar 10 orang murid.

"Saya ini jadi wali kelas, kelas I, nah itu muridnya ada 10 orang," kata Sahari.

Sahari merasa mau tak mau harus menempuh jarak jauh setiap hari demi bisa mengajar murid-muridnya.


Sahari harus menempuh perjalanan dari kota dengan menggunakan ojek motor lalu lanjut jalan kaki untuk bisa mencapai SDN 60 Bung.

"Ya karena memang mau tidak mau kita harus jalan lewat hutan, karena memang tidak ada jalan lain," ungkap Sahari.

"Saya kan tinggal di dekat kota, itu saya harus naik ojek dulu sampai ke dekat gunung, baru nanti saya jalan kaki ke sekolah," sambungnya.

Sahari tak memungkiri bahwa perjalanan yang harus ditempuh setiap hari untuk mengajar memang terasa sangat jauh.

Bahkan, Sahari juga cerita pernah mengalami kecelakaan karena kondisi jalan yang memang tidak memadai.

"Ya jauh, tapi mungkin karena saya juga sudah terbiasa, ibaratnya sudah kayak sarapan kita setiap pagi," kata Sahari.

"Ya sudah beberapa kali terjungkir dari motor, ini kaki saya aja pernah hampir mau diamputasi karena waktu itu jatuh dari motor, pernah juga saya jatuh dari motor, itu terguling dari atas sampai ke bawah," lanjutnya.

LANJUTKAN BACA DI HALAMAN SELANJUTNYA

Kisah Sahari sebagai guru honorer memang jadi potret pilu kehidupan tenaga pendidik di daerah terpencil Indonesia.

Sahari harus menempuh perjalanan jauh hingga puluhan kilometer demi bisa mengajar muridnya.

Perjuangan tersebut tak sebanding dengan upah sebesar Rp100 setiap bulan yang diterima Sahari.

Sahari merasa bimbang saat harus meninggalkan muridnya di saat bersamaan nasib menjadi guru honorer juga tak kunjung jelas.

Hal tersebut yang membuat Sahari berharap bisa mendapatkan surat keputusan (SK) pengangkatan sebagai guru PNS.

"Saya barangkali sudah tidak bisa meninggalkan anak-anak, itu juga yang membuat saya berharap bisa mendapatkan SK (Surat Keputusan) PNS, karena saya juga sebetulnya sudah lolos K2 pada 2014 bersama sekitar 644 orang lainnya. Tapi sampai sekarang saya belum menerima SK, makanya saya juga masih bertahan," ungkap Sahari.

"Di lain hal saya juga sama anak-anak murid merasa kasihan, nanti nggak ada yang mengajar di sana. Orang-orang di sana juga sudah menganggap saya sebagai keluarga, saya ini mungkin sudah hampir 14 tahun di sana tidak pernah beli beras, kadang saya juga dikasih tempat untuk menginap saat tidak bisa pulang," lanjutnya.

Sahari pun mengaku pernah sempat ingin menyerah menjalani kehidupan sebagai guru honorer di SDN 60 Bung.

Namun, reaksi para murid yang sedih karena takut kehilangan sosok guru membuat Sahari jadi semakin bimbang untuk pergi.

Terlebih, Sahari juga mengaku mendapat perlakuan yang sangat baik dari warga sekitar SDN 60 Bung.

Sahari pun akhirnya memilih berharap bisa segera mendapat SK pengangkatan sebagai guru PNS menjelang masa pensiunnya pada usia 60 tahun.

"Iya pernah (ingin menyerah) pada 2016, saat saya tidak mendapatkan SK, saya bilang ke anak-anak mau pindah, terus anak-anak itu pada peluk saya, katanya 'jangan pindah, kalau ibu pindah, bagaimana anak-anak di sini', jadi pada merasa kayak anak ayam kehilangan induknya, itu yang bikin saya tidak bisa meninggalkan anak-anak di situ," ujar Sahari.

"Saya terharu mendengarkan kata-kata anak-anak itu, dan saya juga masih berharap mudah-mudahan bisa mendapatkan SK, supaya juga bisa menikmati itu bersama-sama anak-anak saya, walaupun sebetulnya saya sudah hampir pensiun, kalau seandainya jadi PNS juga saya sudah hampir pensiun, karena umur saya ini sudah 56 tahun, kalau saya jadi PNS itu udah sisa 4 tahun, tapi saya masih berharap, mudah-mudahan saya bisa terima SK itu," lanjutnya.

Meski begitu, usia yang tak lagi muda membuat Sahari hanya berharap perjuangannya sebagai guru honorer mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan.

"Saya selalu berdoa kepada Tuhan, mudah-mudahan ada hikmahnya ini perjuangan saya, saya selalu bertahan karena saya merasa tidak bisa meninggalkan anak-anak, Tuhan yang akan balas, mudah-mudahan kalau saya tidak dapat di dunia, saya dapat balasan dari Tuhan di akhirat," kata Sahari.

Selain itu, Sahari juga berharap pemerintah bisa memberikan perhatian dan membenahi infrstruktur di daerah Bung, Sulawesi Selatan.

"Iya mudah-mudahan pemerintah juga menaruh perhatian untuk memperbaiki akses jalan di sana, supaya anak-anak juga bisa mudah ke luar kota, barangkali mau kuliah atau sekolah di luar," tutup Sahari.

(ikh/ikh)
Tonton juga video berikut:
1 / 2
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER