Recap JILF 2025, Merayakan Kata dan Perlawanan lewat 'Homeland in Our Bodies'
Foto: JILF 2025
All Eyes on Papua: Sosok Samanim hingga Wakaf Oksigen Dunia
Kesenjangan informasi untuk mengenal Tanah Papua kini menjadi lebih dekat dengan cara berkesenian yang menjembatani hal tersebut.
Hal tersebut dilontarkan melalui ruang diskusi 'All Eyes on Papua' yang menghadirkan Septina Rosalina Layan, Angela Flassy, Theresia Tekege, serta Esther Haluk.
"Seni menjadi jalan untuk membuka kembali cahaya pengetahuan yang tertutup oleh berbagai persoalan dan kepentingan yang terjadi selama ini," kata Septina.
Septina menilai bahwa Tanah Papua memiliki banyak nilai, pengalaman, serta cara hidup yang belum banyak diketahui publik.
Seni itu yang menjadi ruang-ruang pengetahuan bisa kembali hidup dan dipahami lagi lebih luas.
Sosok Samanim
Samanim, dikenal sebagai figur perempuan penting dalam tradisi lisan Suku Malind, Papua Selatan. Ia dikenal sebagai sumber pengetahuan keluarga serta komunitas.
Secara turun-temurun, Samanim mewariskan cara memasak sagu, menanam pohon sagu, hingga berburu mencari ikan.
"Samanim mewariskan nilai kebersamaan, keseimbangan, dan penghormatan terhadap kehidupan. Sosok ini penting, tetapi hampir dilupakan karena tak tercatat dalam sejarah," kata Samanim lagi.
Hutan Papua
Angela Flassy, jurnalis serta pembuat film asal Papua ikut berbicara soal masyarakat adat memiliki nilai hidup sederhana yang selaras dengan alam.
Salah satunya, masyarakat adat menjaga hutan tropis terbesar ketiga di dunia. Ia menegaskan bahwa dunia perlu menyadari peran penting masyarakat Papua sebagai penjaga 'Wakaf Oksigen' bagi dunia.
"Jika tidak ada yang membantu orang Papua melindungi ruang hidup mereka, bagaimana nasib hutan tropis tanpa penjaganya?," pungkas Angela.
Pesan ini menjadi salah satu pengingat bahwa keberlanjutan bumi tak bisa lepas dari kelestarian Papua.
TERKAIT