Bacaan Tawasul NU Lengkap dalam Arab, Latin dan Hikmahnya

Risdawati | Insertlive
Jumat, 08 Sep 2023 21:00 WIB
Logo Muktamar NU
Jakarta, Insertlive -

Tawasul adalah berdoa kepada Allah dengan melalui wasilah (perantara). Dalam arti lain tawasul merupakan sesuatu yang dijadikan perantara untuk mendekatkan diri (tawajjuh) kepada Allah swt. guna mencapai sesuatu yang diharapkan dari-Nya.

Bagi Nahdatul Ulama (NU) berdoa dengan cara bertawasul (melalui perantara) bukan lagi hal yang dianggap aneh. Sementara kaum Muhammadiyah tidak sependapat dengan cara berdoa dengan bertawasul.

Lantas apa itu tawasul dan apa saja doa tawasul yang dibaca, berikut informasinya telah dirangkum dari berbagai sumber.

ADVERTISEMENT

Apa Itu Tawasul?

Tawasul adalah salah satu cara umat Islam dalam berdoa kepada Allah swt.. Tawasul dilakukan dengan suatu wasilah atau segala sesuatu yang dapat dijadikan perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah agar doa dikabulkan.

Tawasul dapat dilakukan dengan wasilah amal, wasilah orang-orang yang dekat dengan Allah atau wasilah lainnya. Tawasul yang secara bahasa artinya perantara dan mendekatkan diri ini disebutkan dalam firman Allah swt.:

يآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya," (Al-Maidah:35).
Jadi tawasul merupakan pintu dan perantara doa untuk menuju atau mendekatkan diri kepada Allah swt..

Macam-macam Tawasul

Dilansir dari detikcom, Kiai Wazir yang merujuk pada beberapa kitab tafsir menyampaikan macam-macam tawasul dengan mengacu pada surat Al Maidah ayat 35:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya (wasilah) dan berjihadlah pada jalan-Nya supaya kalian mendapat keberuntungan".

Adapun macam-macam tawasul yang diketahui adalah sebagai berikut:

1. Tawasul bi asmaillah (tawasul dengan nama Allah)

Tawasul ini disebut sebagai tawasul yang paling tinggi. Misalnya, a'ûdzu biqudratillah, a'udzu bi izzatillah dan yang lainnya. Selain itu, tawasul ini juga bisa dilakukan dengan menyebut asmaul husna, baik itu secara lengkap ataupun sebagian atau tawasul dengan ismul a'dham.

2. Tawasul bi a'mal shalihat (tawasul dengan amal yang baik)

Tawasul yang selanjutnya yaitu tawasul bi a'mal shalihat ini dijelaskan kembali oleh Kiai Wazir dengan kisah 3 orang sahabat dalam kitab Riyadus Shalihin. Dikisahkan dalam perjalanan 3 orang sahabat ini menemukan gua kemudian mereka masuk ke dalam. Saat sudah masuk, tiba-tiba ada angin kencang yang merobohkan batu besar sehingga menutupi gua. Mereka pun mengalami kesulitan, seminggu tidak makan dan memanggil-manggil orang tidak ada yang dengar.

Mereka kemudian bermuhasabah. Seorang dari mereka berdoa dan bertawasul dengan perbuatan birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua). Akhirnya batu terdorong angin besar, dan ada sinar matahari. Sedangkan, yang lain berdoa dengan amal unggulannya hingga akhirnya batu tergeser sedikit demi sedikit.

3. Tawasul bis shalihin (tawasul dengan orang-orang saleh)

Tawasul yang ketiga yaitu tawasul kepada orang-orang saleh, baik masih hidup atau sudah meninggal. Diceritakan dalam hadits shahih, ada salah satu sahabat buta yang ingin bisa melihat. Ia kemudian tawasul, dengan mengucapkan Allahumma inni as'aluka wa atawajjahu bi nabiyyika fi hajati hadzihi.

Artinya: Ya Allah saya meminta dan menghadapmu dengan wasilah kepada Nabi dalam memenuhi kebutuhan saya ini. Akhirnya sahabat tersebut bisa melihat.

Dalam kesempatan tersebut beliau juga menyampaikan, cara sahabat tersebut bertawasul kepada orang yang sudah meninggal, namun yang ditawasuli adalah Nabi SAW, maka Kiai Wazir berkata, "tawasul kepada orang yang sudah meninggal, yang ditawassuli Nabi SAW. Para nabi itu masih hidup di kuburannya, apa yg dilakukan? Para Nabi melakukan shalat." Itulah ungkapan beliau ketika menjelaskan tentang tawasul kepada orang-orang saleh baik yang masih hidup maupun sudah meninggal.

4. Tawasul bi dzat (tawasul dengan dzat)

Berikutnya yaitu tawasul bi dzat, ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti bi jahi (dengan kedudukan), bi hurmati (dengan kemuliaan), bi karamati (dengan kemurahan). Adapun Shalawat Nariyah merupakan salah satu tawasul bi dzat.

Tawasul yang keempat ini diperselisihkan oleh para ulama'. Kiai Wazir mengatakan, menurut sebagian besar ulama, tawasul dengan empat macam di atas tidak masalah, tetapi menurut Ibn Taimiyah, semua tawasul bisa diterima secara syariat kecuali tawasul bi dzat.

Itulah macam-macam tawasul, mungkin sebagian dari Nahdiyin sudah pernah melakukannya.

Logo Nahdlatul Ulama (NU)Logo Nahdlatul Ulama (NU)/ Foto: Dok. NU

Bacaan Tawasul NU Lengkap

إلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى

Ilana hadhrotin nabiyyil mushthofaa

مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Muhammadin shollallohu 'alaihi wa sallam

وَاَلِهِ وَاَزْوَخِهِ وَاَوْلَادِه وذُرَّيَّا تِهِ

Wa aalihii wa azwaajihii wa aulaadihii wa dzurriyaatih

اَلْفَاتِحَه

Al Fatihah

وَاِلَى اَرْوَاحِ سَيِّدِنَا اَبِيْ بَكْرٍوَّعُمَرَ

Wa ilaa arwaahi sayyidinaa abii bakriw wa 'umar

وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ

Wa 'utsmaana wa 'ali

وَاَلَى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِاَجْمَعِيْنَ

Wa alaa baqiyyatish shohaabati ajma'iin

اَلْفَاتِحَه

Al Fatihah

ثُمَّ إِلَى حَضْرَةِ اِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِوَالْمُرْسَلِيْنَ

Tsumma ilana hadh roti ikhwaanihi minal ambiyaa-i wal mursaliin

وَالْأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ

Wal auliyaa-i wasy syuhadaa-i wash sholihiin

وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ

Wash shohaabati wat taabi'iin

وَالْعُلَمَاءِ وَالْمُصَنِّفِيْنَ

Wal 'ulamaa-i wal mushonnifiin

وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ

Wa jamii'il malaa ikatil muqorrobiin

خُصُوْصًا سَيِّدِنَا شَيْخِ عَبْدِ الْقادِرِ الجَيْلَانِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

Khushuushon sayyidina syaihkh 'abdil qoodiri jailaani rodiyalloohu 'anhu

اَلْفَاتِحَه

Al Fatihah

ثُمَّ إِلَى جَمِيْعِ أَهْلِ الْقُبُوْرِ

Tsumma ilana jamii'i ahlul qubuur

مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ

Minal muslimiina wal muslimaat

وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

Wal mu-miniina wal mu-minaat

مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا

Min masyaariqil Ardhi ilaa maghooribihaa

بَرِّهَاوَبَحْرِهَا

Barrihaa wa bahrihaa

خُصُوْصًا أَبَاءَنَا وَأَمَّهَاتِنَا

Khushuushon abaa-anaa wa ummahaatinaa

وَأَجْدَنَا وَجَدَّاتِنَا

Wa ajdaadanaa wa jaddaatinaa

وَهَشَايِخَنَا وَمَشَايِخَ مَشَايِخِنَا

Wa hasyaa yikhanaa wa masyayikha masyaa yikhinaa

وَلِمَنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ

Wa limanijtama'naa hahunaa bisababih

وَخُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ.....، لَهُمُ الْفَاتِحَةُ

Wa khushuushon ilaa ruuhi, ........lahumul faatihah

Kemudian dilanjutkan membaca surat Yasin.

Kemudian setelahnya dilanjut dengan membaca surah-surah pendek Al Iklas, Al Falaq, dan An-Naas.

Dilanjut dengan membaca 5 Ayat Pertama Surat Al-Baqarah

الم . ذَلِكَ الكِتتَبُ لاَرَيْبَ فِيْهِ هُدَى لِلْمُتَّقِيْنَ . الَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِمُونَ الصَّلَوةَ وَمِمَّا رَزَقْنَهُمْ يُنْفِقُونَ . وَالَّذِيْنَ يُؤْ مِنُونَ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَا اُنْزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْاَ خِرَةِ هُمْ يُو قِنُونَ . اُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّ بِّهِمْ , وَاُوْ لَئِكَهُمُ الْمُفْلِحُونَ .

Bismillahirrahmaanir rahiim
Alif laammiim. Dzaalikal kitaabu laaroiba fiihi hudan lil muttaqiin. Alladziina yu'minuuna bilghoibi wayuqiimuunash sholaata wa mimmaa rozaknaa hum yunfiquuna. Walladziina yu'minuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila minqoblika wabil aakhiroti hum yuuqinuun. Ulaa'ika 'alaahudan mirrobbihim wa ulaaika humul muflihuun.

Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Alif laammiim. Demikian itu kitab Al Quran tidak ada keraguan padanya. Sebagai petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab Al Quran yang telah diturunkan kepadamu Muhammad dan kitab kitab yang telah diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat, mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari tuhannya, dan merekalah, orang orang yang beruntung".

Lanjutkan membaca Ayat Kursi

للهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّمُ , لاَ تَاْ خُذُهُ و سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ , لَّهُ و مًا فِى السَّمَوَاتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ , مَنْ ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ و اِلاَّ بِاِذْنِهِ , يَعْلَمُ مَا بَينَ اَيْدِ يْهِمِ وَمَا خَلْفَهُمْ , وَلاَ يُحْيِطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ ى اِلاَّ بِمَا شَاءَ , وَسِعَ كُرْسِيُهُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ , وَلاَ يَئُودُهُ و حِفْظُهُمُا , وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيْمُ

Bacaan Arab-Latin: Allahulaailaaha illa huwal hayyul qoyyuumulaa ta'khudzuhuu sanatuwwalaa naum. Lahuumaa fissamaawaati wamaa fil ardhi magdzal ladzii yasyfa'u ingdahu illaa bi idznihii. Ya'lamumaa bainaaidiihim wamaa kholfahumwa laa yuhiithuuna bisyai'in min ilmihi illaa bimaasyaa'a wasi'a kursiyyuhus samaa waati wal ardho walaa ya'uudhuhu hifzhuhumaa wahuwal aliyyul'azhiim.

Artinya: "Allah, tiada yang patut disembah kecuali hanya Dia. Yang hidup kekal lagi berdiri sendiri. Tidak mengantuk dan tidak tidur kepunyaannya apa yang ada di langit dan di bumi, siapakah yang akan dapat memberikan syafaat di sisinya tanpa mendapat izin darinya? Dia mengetahui apa apa yang ada di hadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmunya kecuali apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi dan dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan dia maha tinggi lagi maha agung".

Kemudian Dzikir

اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ

اَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ

لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ, حَيٌّ مَوْجُوْدٌ

لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ, حَيٌّ مَعْبُوْدٌ

لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ, حَيٌّ مَعْبُوْدٌ

لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ

لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ

Astaghfirullaahal'adhiim. 3x

Afdlaludz dzikri fa'lam annahuu:

Laa ilaaha illaallaahu, hayyum maujuud.

Laa ilaaha illaallaahu, hayyum ma'buud.

Laa ilaaha illaallaahu, hayyum baaqin.

Laa ilaaha illaallaahu 100x.

Laa ilaaha illaallaahu Muhammadur rasuulullaah.

Artinya:

"Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung". 3x

"Ketahuilah bahwa dzikir yang paling utama ialah : Tidak ada Tuhan selain Allah, Maha Hidup lagi Ada.

Tidak ada Tuhan selain Allah, Maha Hidup lagi Disembah.

Tidak ada Tuhan selain Allah, Maha Hidup lagi Kekal.

Tidak ada Tuhan selain Allah 100x

Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad Utusan Allah".

اللهُمَّصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ اللهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ *3 اَجْمَعِيْنَ . اَلْفَتِحَةْ

Allahumma shalli alaa muhammadin. Allahumma sholli alaihi wasallim 3x

Subhaanallahi wa bihamdzihi subhaanallahil adhiimi. 33x

Allaahumma shalli 'alaa habiibika sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihii wa shahbihii wasallim 3x, ajma'iin. Al faatihah.

Artinya: "Wahai tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada (nabi) Muhammad. Wahai tuhanku limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada beliau". 3x

"Maha suci Allah dan dengan memuji kepada Nya. Maha suci Allah yang maha agung". 33x

"Ya Allah, tambahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada kekasih Engkau penghulu kami Nabi Muhammad, kepada keluarganya dan para sahabat semuanya". 3x. Al faatihah.

Kenapa Muhammadiyah Tak Baca Tawasul Seperti NU?

Muhammadiyah tidak sependapat dengan berdoa dengan cara bertawasul (melalui wasilah atau perantara). Hal ini bisa dilihat dari apa yang terjadi di dalam warga Muhammadiyah, yang tidak memiliki tradisi bertawasul sebagaimana di NU, seperti pembacaan kitab barzanji, haul, sholawatan berjamaah, atau pun tradisi ziarah Walisango.

Lebih jelas lagi, di dalam situs Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bontang. Sebuah artikel yang menolak cara berdoa dengan bertawasul, khususnya tawasul kepada orang yang sudah meninggal.

Tuntunan cara berdoa, sebagaimana dimuat dalam kitab HPT Muhammadiyah, hanya menyebutkan bahwa doa itu diawali dengan memuji Allah, shalawat Nabi lalu menyampaikan isi doa, kemudian diakhiri dengan membaca hamdallah. Hal ini didasarkan pada hadist riwayat Abu dawud, at- Tirmidzi, al Hakim, Ibnu Hibban, dan al Baihaqi serta surat Yunus ayat 9-10.

Nukilah hadist dan ayat tersebut di atas, Allah berfirman sebagai berikut:

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka Karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan. 10. Do'a, mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin". (Q.S Yunus: 9-10).

Rasulullah saw bersabda, yang artinya: "Apabila berdoa salah seorang di antaramu, mulailah dengan memuji Allah, kemudian membaca shalawat Nabi saw kemudian barulah memohon apa yang dikehendaki." (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzy, al Hakim, Ibnu Hibban, dan al Baihaqy)

Selain dari pada keterangan tentang cara berdoa, terdapat penolakan Muhammadiyah terhadap cara doa dengan bertawasul. Dalam kitab HPT Muhammmadiyah menjelaskan masalah ziarah kubur, tarjih menyatakan: "dan janganlah mengerjakan di situ sesuatu yang tiada diizinkan oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti: meminta-minta pada mayat dan membuatnya perantaraan hubungan kepada Allah."

Hal tersebut di dasarkan pada firman Allah surat Yunus ayat 106, sebagai berikut:

Artinya: "Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim".

Juga firman Allah surat az-zumar ayat tentang tindakan orang musyrik Mekah, ketika menyembah kepada berhala-berhala, mereka mengatakan bahwa berhala itu untuk mendekatkan kepada-Nya sedekat-dekatnya.

Sebagaimana firman Allah:

Artinya: "Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjukki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar." (Q.S Az-Zumar: 3)

Jelaslah sekarang, bahwa Muhammadiyah tidak menyepakati adanya tawasul kepada orang yang sudah meninggal (mayat). Salah satu dalil aqli yang digunakan adalah bahwa orang yang sudah meninggal sudah tidak bisa berbuat apa-apa, dan tidak bisa mendengar.

Hikmah Membaca Tawasul

Allah juga telah menegaskan bahwa doa yang dipanjatkan Rasulullah untuk seseorang akan membuat tentram jiwa orang tersebut karena Allah pasti akan mendengarkan dan mengabulkan doa tersebut. Sebagaimana yang termaktub dalam QS. At-Taubah ayat 103,

خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ صَدَقَةٗ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٞ لَّهُمۡۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: "Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui".

Menurut Imam Abu Ja'far yang dinukil oleh Imam al Qurtubhi di dalam kitab tafsirnya juz 14 halaman 454. Ayat ini menjelaskan tentang perintah Allah kepada Rasulullah untuk mengambil harta orang-orang yang mengakui dosanya lalu bertaubat sebagai zakat yang membersihkan kotoran dosa mereka dan mensucikannya.

Lalu Allah memerintahkan Rasulullah untuk berdoa tentang ampunan bagi mereka karena sesungguhnya doa Rasulullah dan permohonan ampunan dari Rasulullah adalah sebuah ketenangan bagi mereka. Sebab Allah akan mengampuni dan menerima taubat mereka. Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar yang mendengar doa Rasulullah apabila berdoa untuk mereka dan untuk yang lainnya.

Dari ayat dan tafsir di atas, menjelaskan bahwa Allah pasti akan mendengarkan dan mengabulkan doa kekasih-Nya (Rasulullah). Dengan demikian, berdoa yang didahului dengan tawasul sejatinya adalah bentuk pengharapan kita agar Rasulullah juga mendoakan agar doa kita didengar dan terkabul, karena beliau akan menjadi perantara yang akan menghubungkan komunikasi kita dengan Allah.

Demikian pula tawasul melalui ulama khususnya waliyullah karena mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Allah dan Rasulnya. Bukankah permohonan akan lebih cepat dikabulkan jika yang meminta adalah sang Kekasih Allah. Itulah bacaan tawasul NU lengkap dalam Arab, Latin, dan hikmahnya.

(Risdawati/dia)
Tonton juga video berikut:
KOMENTAR
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER