Ternyata Membanding-mandingkan Anak Itu Perlu, Ini Penjelasannya

Di era modern dan digital saat ini, ibu muda bisa dengan mudah mendapatkan informasi tentang cara mengasuh anak.

Sayangnya, perkembangan cara mengasuh anak sering menimbulkan konflik dengan orang tua atau orang lain karena dianggap berbeda.

Banyak orang memiliki patokan turun temurun dalam mengurus anak. Oleh sebab itu, tak jarang seorang ibu membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain.

Sebenarnya, membanding-bandingkan anak dengan anak lain diperlukan untuk mengukur perkembangan.

Psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener, mengungkapkan bahwa membanding-bandingkan anak dengan anak lain itu bisa menjadi hal yang positif.

"Sebetulnya membandingkan itu nggak apa-apa karena kita bisa memacu pada milestone lagi pada perkembangan anak," katanya dalam konferensi pers Festival Zwitsal #MomenBondingBermakna di Jakarta Pusat, Kamis (22/12).

Setelah membandingkan, ibu jadi bisa menganalisa apakah ada yang salah dengan sang anak hingga bisa ditelusuri penyebabnya.

"'kok dia merangkak udah 7 bulan, kok anakku belum ya padahal usianya 8 bulan, kayaknya kita harus cepet-cepet cari tahu deh penyebabnya apa'," terangnya memberikan contoh.

"Jadi kalau membandingkan dalam milestone dalam perkembangan anak di usia 1000 hari pertama penting sebenarnya," sambungnya.

Talkshow Festival Zwitsal #MomenBondingBermakna/ Foto: Arman M. Azis

Namun, banyak ditemui bahwa ibu muda malah membuat hal itu kepikiran hingga mengakibatkan stres.

Ibu muda malah jadi fokus pada perkembangan anak lain dan menyalahkan diri atau anak sendiri karena adanya keterlambatan dalam perkembangan.

"Tapi kecemasan atau tekanan yang bikin bundanya overthinking itu yang bahaya," kata Samanta.

Terlalu banyaknya pikiran pun bisa berdampak buruk kepada ibu, misalnya jadi susah tidur dan tidak fokus pada perkembangan anak sendiri.

"Overthinking berlebihan itu dampaknya jadi susah tidur, jadi terngiang-ngiang, jadi patokannya bukan lagi milestone anak, tapi patokannya orang lain," imbuhnya.

"Maka itu semua stimulasi dari sosial media, dari lingkungan sekitar kita, itu perlu kita tanggapi dengan bijaksana," pungkasnya.