Jakarta, Insertlive -
Pendekatan kesehatan mental kini sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kesadaran masyarakat mengenai kesehatan mental terus meningkat.
Gangguan mental bisa terjadi pada semua orang dengan ragam latar belakang. Namun, survei menunjukkan gangguan mental kerap menerpa karyawan khususnya wanita yang memiliki lingkungan kerja yang tak sehat.
Karyawan wanita dua kali lebih banyak mengidap gangguan mental dan sekitar 50 persen wanita dengan gangguan mental tersebut tidak teridentifikasi atau diobati.
Sebagai info dan langkah pencegahan, ada beberapa jenis gangguan mental yang sering diderita wanita pekerja menurut jurnal UNISON yang rilis pada 2017.
Jenis gangguan mental apa saja yang biasa dialami oleh karyawan wanita? Simak uraiannya berikut ini:
1. Gangguan Kecemasan
Wanita dua kali lebih mungkin dibandingkan pria untuk mengalami gangguan kecemasan seperti serangan panik. Sekitar 60% orang dengan fobia atau gangguan obsesif kompulsif adalah wanita.
Serangan panik adalah munculnya rasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Kondisi ini bisa berlangsung selama beberapa menit hingga setengah jam.
Gangguan ini ditandai dengan detak jantung yang bertambah cepat, napas pendek, pusing, tegang oto, atau gemetar berlebihan.
2. Depresi
Pengidap depresi lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini dipicu faktor sosial seperti kemiskinan dan isolasi dan faktor biologis seperti perubahan hormonal yang dialami wanita selama menopause.
Gejala termasuk suasana hati yang rendah, kekurangan energi dan motivasi, dan dalam kasus yang ekstrim dapat menyebabkan perilaku bunuh diri.
Baca halaman selanjutnya.
3. Gangguan Bipolar
Gangguan ini juga disebut sebagai manik depresi. Kondisinya bisa dikenali dengan perubahan emosi yang ekstrim seperti ketika seseorang dapat beralih dari periode suasana hati yang sangat rendah menjadi 'tinggi' atau memiliki kegembiraan yang meluap-luap.
Menurut studi berjudul Bipolar Disorder in Women, wanita memiliki periode gejala depresi yang lebih lama daripada pria.
Alhasil, gangguan bipolar yang diidap oleh wanita pun akan lebih sulit untuk didiagnosis.
4. PMS
Premenstrual Syndrome (PMS) adalah nama yang diberikan untuk kumpulan gejala fisik dan emosional yang dapat terjadi dalam dua minggu sebelum periode seorang wanita.
Gejala setiap wanita berbeda; mereka mungkin terutama fisik, psikologis, atau keduanya.
Kasus PMS yang parah terkadang dikenal sebagai Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), dan biasanya menunjukkan gejala depresi, kecemasan, dan lekas marah yang parah sebelum menstruasi dimulai.
5. Depresi pasca melahirkan
Istilah baby blues sering digunakan untuk menggambarkan periode singkat depresi ringan yang mungkin dialami wanita setelah melahirkan.
Namun, setidaknya 8 hingga 15% ibu baru terus mengembangkan depresi pasca melahirkan (PND) yang jauh lebih parah. Banyak ibu baru mengalami depresi berat ini tanpa menyadarinya atau menyadari bahwa itu adalah penyakit yang dapat diobati.
6. Gangguan Makan
Gangguan makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, terutama pada wanita muda.
Orang dengan anoreksia nervosa tidak cukup makan, biasanya karena mereka merasa masalah mereka disebabkan oleh penampilan mereka di lingkungan sekitar, seperti tempat kerja.
Penderita bulimia nervosa tidak bisa mengikuti pola makan yang sehat. Mereka cenderung makan banyak sekaligus. Hal ini membuat mereka merasa bersalah dan lepas kendali sehingga mereka kemudian panik dan menghukum diri mereka sendiri dengan kelaparan, membuat diri mereka sakit, minum obat pencahar atau berolahraga berlebihan.
Selain tekanan mental, gangguan makan dapat menyebabkan sejumlah masalah fisik yang serius, juga dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental yang ada.
 Makanan yang pengaruhi kesehatan mental/ Foto: iStockphoto |
7. Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
Pasien PTSD lebih banyak wanita dibandingkan pria, angka ini berlaku di seluruh dunia.
Alasan utamanya wanita lebih rentan terkena lebih banyak kekerasan seksual, tak sedikit yang mengalaminya di lingkungan kantor.
Risiko mengembangkan PTSD setelah peristiwa traumatis adalah 20,4% untuk wanita dan 8,1% untuk pria.
Berdasarkan laporan Detik Health, Ratih Zulhaqqi, M.Psi, pasien PTSD bisa menderita selama bertahun-tahun. Gejala yang paling sering dialami adalah adanya perubahan perilaku pada korban.
"Gejalanya, dia jadi lebih beda perilaku. Lebih diam, menghindari situasi sosial, perubahan perilaku," jelas Ratih.
[Gambas:Video Insertlive]
(dia/syf)