Lakon Sambo, Bukan Rambo...

Ferdy Sambo. Begitulah nama yang saya ingat di 11 Juli. Selain banyak searching berita di Google dengan keyword itu, saya meyakini kata kunci Ferdy Sambo memenuhi rasa penasaran satu bangsa Indonesia karena peristiwa yang menggegerkan di rumah dinas sang perwira di kawasan Duren Tiga, Jaksel sebulan lalu.
Mungkin di tanggal itu saya sedang detoks penuh dari kolesterol karena mengonsumsi daging kambing cukup banyak mengingat sehari sebelumnya adalah hari raya Iduladha.
Karena kebetulan ada rezekinya kurban dua kambing, kami kedapatan dua paha segar untuk kami olah. Jadilah saya mewanti-wanti diri di 11 Juli konsumsi dan minum banyak yang 'hijau-hijau'.
Lalu headline itu pun tiba...
----
Ya, Ferdy Sambo begitu akrab di telinga saya sejak 11 Juli. Bahkan mungkin bagi sebagian orang banyak juga yang terhenyak dengan kejadian kematian Brigadir Yoshua. Saya jujur jadi hafal polisi berpangkat Inspektur Jenderal tersebut. Dalam benak saya, dia adalah Kadiv Propam Polri, gagah dan tentu pembela harkat dan martabat istri --via tangan Bharada Eliezer jika sesuai narasi awal--.
Bahkan jika jalannya lurus, konon Inspektur Jenderal Ferdy Sambo digadang-gadang calon pemimpin Polri di masa depan.
Dengan nama yang begitu mudah diingat, narasi Sambo membela istri tentu saja saya selalu jadi ingat dengan jagoan perang fiksi AS, John Rambo.
Tapi sebulan berjalan, dengan banyak mengedit tulisan Ferdy Sambo dan beberapa tulisan saya tulis sendiri, saya semakin sadar bahwa ini adalah lakon Sambo, bukan Rambo.
Lantas apa yang membuat saya terkoneksi dengan judul di atas selain rimanya? Film John Rambo punya sutradara di mana Amerika Serikat menang perang lawan Vietnam. Kita tahu yang terjadi malah sebaliknya dalam sejarah dan kenyataan. Tapi sineas AS membalikkan fakta itu di layar bioskop. Sementara Sambo, mungkin sampai kini adalah pihak terduga paling sentral yang membalikkan cerita kematian Yoshua Hutabarat, ajudannya sendiri.
Sebagai wartawan, kejanggalan sudah tentu dirasakan dari sejak tanggal rillis perkara pembunuhan Brigadir Polisi Nofriansyah Yoshua Hutabarat. Narasinya ia adu tembak dengan juniornya yang delapan tingkat pangkatnya di bawahnya, Bhayangkara Dua Richard Eliezer atau yang sebelumnya akrab kita sebut Bharada E.
Polisi baru mengungkap pembunuhan itu setelah tiga hari kematian Brigadir Yoshua. Nyawa hilang di 8 Juli, tiga hari kemudian baru diumumkan dengan alasan kurang kuat, yakni Iduladha. Bahkan tiga hari itu sepertinya belum bisa cukup rapi membereskan TKP sampai akhirnya sebulan, kemuraman kasus ini mulai terang-benderang.
Drama kesaksian Bharada Eliezer di Komnas HAM, kantor polisi dan cerita lucu Bripka Ricky Rizal berlindung di balik kulkas kenyataannya adalah karangan palsu. Semua berlakon, termasuk Ferdy Sambo sendiri. Skenario yang justru menyeret banyak nama lagi karena pelanggaran kode etik.
Meski empat tersangka, termasuk Sambo yang baru diumumkan hari ini belum sampai proses peradilan, kita lebih memercayai bahwa kisah ini lebih masuk akal ketimbang premis heroiknya Bharada E membela Putri Candrawathi.
Ada catatan lagi yang saya ingat tentang hari-hari itu, hari-hari di mana saya lebih tegang dari biasanya di CMS berita --fitur saya menaikkan news feeds--.
Hari-hari di mana saya banyak berdiskusi dengan ibu 'Kepala Sekolah' saya berkantor karena sudah tentu ini memang berita yang ngeri-ngeri sedap.
Hari-hari saya mewanti-wanti para editor untuk judul dan isi, dan hari-hari di mana saya banyak juga mencari referensi ke kanal news detikcom karena bagaimana pun ini memang wilayah mutlak mereka.
Ferdy Sambo resmi tersangka kasus dugaan pembunuhan berencana lewat pernyataan Kapolri Listyo Sigit
Pertama, ini adalah ujian dari komandan polisi nomor satu RI, Listyo Sigit Prabowo. Jenderal bintang empat ini mengalami peristiwa luar biasa di masa kepemimpinannya karena oknum jajarannya bermain 'drama' di balik lenyapnya nyawa seorang Brigadir Polisi.
Tapi hari ini kita sepakat bahwa Kapolri menunjukkan integritas luar biasa untuk kasus Brigadir Yoshua yang begitu menyita atensi publik.
Catatan kedua adalah bagaimana luar biasanya juga kejadian ini tak mampu ditiban dengan peristiwa menarik lainnya. Publik masih begitu penasaran dengan ujung kasus pusaran Ferdy Sambo di balik kematian Yoshua.
Ferdy Sambo di balik skenario pembunuhan Brigadir J?
Selama 'hari-hari sibuk' itu, media hiburan ditimpa berita penjemputan paksa Nikita Mirzani, perkara narkobanya salah satu DJ seleb sampai manajer artis tenar positif psikotropika. Dan isu megapolitan dihebohkan dengan peristiwa Kopda Muslimin yang selingkuh dan mencoba membunuh istrinya sendiri via pembunuh bayaran, ditambah juga rutinnya berita minyak dunia yang ditandai update harga BBM di Tanah Air sampai inflasi di dunia.
Tapi tidak dari satu pun itu yang menggeser lakon di rumah dinas Ferdy Sambo. Eskalasi fakta-fakta yang beredar semakin membuat publik mengernyitkan dahi.
Lalu kini, Ferdy Sambo resmi menjadi tersangka keempat dugaan pembunuhan Yoshua Hutabarat setelah ia diperiksa marathon di Mako Brimob di bawah kepemimpinan langsung Gatot Eddy selaku Wakapolri dan timsus pengungkapkan kasus.
Putri Candrawathi juga sudah muncul dari ruang gelap serta sudut tak terjamah. Pernyataannya kala itu tak menjawab peristiwa yang terjadi, namun sudah cukup membuat babaknya menuju puncak fakta terpendam. Tebingnya mungkin sulit dilalui, bahkan harus mencakup nyaris sebulan penuh para aparat membuka tabir misterinya.
Kini yang jadi teka-teki adalah musabab mengapa Sambo dan 'skuatnya' murka pada Yoshua sampai begitu teganya menghilangkan nyawa.
Karena mohon maaf Pak Sambo, jika boleh mengutip lagi ucapan Bapak Ilmu Forensik Modern, Edmond Locard yang juga sering dijadikan kutipan dalam film detektif, kita mesti tersadar lagi, bahwa memang benar, tidak ada kejahatan yang sempurna.
------
Agar kita lebih bijak menjalani hidup; jujur kadang memang menyakitkan, tapi itu jauh lebih baik. Memilih bersih, maka tidak berpilih kasih.
Komario Bahar
Redaktur Pelaksana InsertLive
(kmb/kmb)
Trisha Pamer Dapat Hadiah Ini dari Ferdy Sambo dan PC Saat Wisuda
Senin, 06 May 2024 16:00 WIB
Jenazah Bayi di Freezer: Fakta Miskin Wajib Diperangi, Bukan Didramatisasi
Rabu, 05 Jul 2023 18:04 WIB
'Pancasalah' dan Ragam Cara Tolak Omnibus Law Hari Ini
Kamis, 22 Oct 2020 15:18 WIB
New Abnormal Penonton Bayaran
Jumat, 05 Jun 2020 14:30 WIBTERKAIT