Munculnya Klaster Baru Covid-19 di Jakarta,Warga Diminta Tetap di Rumah

DIS | Insertlive
Kamis, 26 Nov 2020 10:35 WIB
Jemaah memadati acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan akad nikah putri Habib Rizieq Syihab di Petamburan, Sabtu (14/11/2020). Mereka berkerumun tanpa menjaga jarak. Satgas Covid-19 Imbau Masyarakat Tak Hadiri Acara Kerumunan/Foto: Ari Saputra
Jakarta, Insertlive -

Anggota Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) COVID-19, Dewi Nur Aisyah, meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah dan menghindari berbagai acara yang berpotensi menimbulkan kerumunan.

Hal itu setelah ia menemukan adanya 236 kasus positif covid-19. Hal itu berkaitan dengan klaster rumah ibadah serta kegiatan keagamaan lainnya.

"Secara kumulatif sejak Mei hingga November untuk rumah ibadah dan kegiatan keagamaan ada 17 klaster. Dengan total orang positif sebanyak 236 orang," ujar Dewi.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, Dewi menyebut bahwa klaster tersebut paling banyak di dapat dalam acara takziah, melayat orang meninggal, dibanding klaster orang yang mengikuti tahlilan.

"Satu hal yang ingin saya highlight adalah kegiatan keagamaan seperti tahlilan dan takziah. Kalau dulu di awal-awal kasusnya lebih banyak kegiatan keagamaannya karena tahlilan, sekarang lebih banyak karena takziah. Jadi ketika ada orang meninggal, kemudian ada yang melayat, mungkin jaga jaraknya tidak diterapkan," bebernya.

"Di sini ditemukan 5 klaster yang ditemukan dari kegiatan takziah di DKI Jakarta. Sedangkan kegiatan tahlilannya hanya 2, dengan total jumlah kasus 69 kasus," sambungnya.

Sementara itu, ditemukan juga 4 klaster COVID-19 di lingkungan gereja dengan total 41 kasus positif. Dan 6 klaster COVID-19 di lingkungan masjid dengan total 126 kasus positif.

Kemudian ditemukan 4 klaster di Asrama Pendeta dengan total 155 kasus positif COVID-19. Dan juga ada 4 klaster di Pesantren dengan total 359 kasus positif COVID-19.


Maka, Dewi terus meminta masyarakat agar jangan sampai lengah dengan kegiatan apapun demi memutus rantai penyebaran virus covid-19.

"Ketika melaksanakan kegiatan ibadah seperti mengikuti pengajian, atau mungkin ada kegiatan melayat orang yang sudah meninggal, harus dipastikan protokol tetap diterapkan. Tidak bisa dengan kita merasa 'ah dia tetangga saya juga bukan meninggal karena COVID-19'. Ini tetap tidak boleh lengah," jelasnya.

"Ini tidak pandang bulu. Ketika dilaksanakan jumlah orang bertemu dalam jumlah banyak protokol harus diterapkan sehingga bisa mencegah penularan," tukasnya.

[Gambas:Video Insertlive]



(dis/syf)
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER