Hina Nabi Muhammad, Seorang Pria Amerika Berakhir Sulit Tidur Seminggu

Jakarta, Insertlive - Imam Shamsi Ali yang telah bermukim dan berdakwah di New York, Amerika Serikat, selama lebih kurang 22 tahun telah merasakan asam garam menyiarkan Islam di Negara Adikuasa tersebut.
Sang Imam besar yang tengah membangun pesantren di New York ini membagikan beberapa kisah menarik kepada Arie Untung dan Fenita Arie lewat kanal YouTube Cerita Untungs.
Imam Shamsi mengatakan bahwa masa-masa berat mendakwahkan Islam di Amerika Serikat adalah setelah peristiwa 9/11 beberapa tahun lalu.
Dia mengatakan bahwa tak sedikit orang-orang Amerika Serikat yang menghadiri kelasnya hanya untuk menulis kesalahan, marah-marah, dan mengutuk.
"Alhamdulillah banyak dari yang marah-marah dan mencaci ini, ternyata secercah jalan Allah memberikan hidayah kepada mereka," ujar Imam Shamsi.
Salah satu kisah yang selalu diulang-ulang Imam Shamsi ketika datang ke Indonesia adalah mengenai pria Amerika yang mencaci maki Nabi Muhammad SAW.
"Ada seorang datang mencaci-maki, yang dihina bukan saya, tapi Rasulullah. Orang Islam yang imannya sehat pasti sakit hatinya ketika Nabinya dicaci, itu pasti," ungkapnya.
Dia menambahkan bila ada seorang muslim yang merasa biasa-biasa saja kala mendengar Nabi-nya dihina, dia harus segera ke bengkel hati.
"Kalau biasa-biasa saja, pasti ada masalah hati itu," imbuhnya.
Imam Shamsi pun meneruskan cerita mengatakan bahwa hatinya sangat sakit mendengar pria Amerika bernama Matthew yang menghina Nabi Muhammad.
"Kemudian ketika saya ingin mengucapkan kata-kata yang mungkin kasar ke dia (Matthew), saya tiba-tiba berimajinasi apabila Rasulullah ada di samping orang itu, kira-kira Rasulullah nonjok kah, nendang atau nempeleng?" sebutnya.
Dia pun teringat kembali tentang semua pelajaran dan kisah pada buku-buku sejarah Islam serta Al Quran yang dia pelajari dahulu.
"Saya tidak pernah membaca Rasulullah berkata-kata kasar apalagi pukul orang karena dihina. Rasulullah, berdasarkan Al Quran, dihina sebagai ahli sihir, pendusta, dan sebagainya, tapi Nabi tidak pernah berkata kasar," kenangnya.
Oleh karena itu, Imam Shamsi meminta teman-teman di kelas untuk tidak memberikan respons. Pasalnya,ingatan mengenai pribadi Rasulullah yang terpuji membuatnya malu.
"Terkadang kita ini reaksi pada orang non-muslim suka merasa lebih hebat dari Rasulullah. Akhirnya saya malu, saya bilang kepada teman-teman yang lain untuk diamkan saja," sebutnya.
Namun, Imam Shamsi tetap mendatangi Matthew yang mencaci maki Nabi tersebut dengan senyuman.
"Saya hampiri dia, saya bilang boleh enggak jabat tangannya? Dia mau, sambil jabat tangan saya berusaha tersenyum manis padanya, meski hati pedih. Lalu, dia pergi," ungkapnya.
Hal menarik terjadi ketika pekan berikut si pria itu datang kembali ke kelas Imam Shamsi.
Imam Shamsi pun bertanya pada pria tersebut mengapa datang lagi? Ternyata, si pria Amerika mengaku bahwa dirinya tidak bisa tidur beberapa hari belakangan.
"Dia mengatakan, 'Saya ini kok datang minggu lalu dengan persepsi salah, berkata kasar, tapi kamu masih bisa jabat tangan saya dan tersenyum'. Ternyata, itu yang menyebabkan dia enggak bisa tidur," urainya.
Salah satu karakter orang Amerika, kata Imam Shamsi, cepat merasa bersalah.
Matthew pun akhirnya mendapatkan hidayah dengan semakin tertarik mempelajari dan mendalami Islam dengan berguru pada Imam Shamsi Ali.
(syf/syf)
Sang Imam besar yang tengah membangun pesantren di New York ini membagikan beberapa kisah menarik kepada Arie Untung dan Fenita Arie lewat kanal YouTube Cerita Untungs.
Imam Shamsi mengatakan bahwa masa-masa berat mendakwahkan Islam di Amerika Serikat adalah setelah peristiwa 9/11 beberapa tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan bahwa tak sedikit orang-orang Amerika Serikat yang menghadiri kelasnya hanya untuk menulis kesalahan, marah-marah, dan mengutuk.
"Alhamdulillah banyak dari yang marah-marah dan mencaci ini, ternyata secercah jalan Allah memberikan hidayah kepada mereka," ujar Imam Shamsi.
Salah satu kisah yang selalu diulang-ulang Imam Shamsi ketika datang ke Indonesia adalah mengenai pria Amerika yang mencaci maki Nabi Muhammad SAW.
"Ada seorang datang mencaci-maki, yang dihina bukan saya, tapi Rasulullah. Orang Islam yang imannya sehat pasti sakit hatinya ketika Nabinya dicaci, itu pasti," ungkapnya.
Dia menambahkan bila ada seorang muslim yang merasa biasa-biasa saja kala mendengar Nabi-nya dihina, dia harus segera ke bengkel hati.
"Kalau biasa-biasa saja, pasti ada masalah hati itu," imbuhnya.
Imam Shamsi pun meneruskan cerita mengatakan bahwa hatinya sangat sakit mendengar pria Amerika bernama Matthew yang menghina Nabi Muhammad.
"Kemudian ketika saya ingin mengucapkan kata-kata yang mungkin kasar ke dia (Matthew), saya tiba-tiba berimajinasi apabila Rasulullah ada di samping orang itu, kira-kira Rasulullah nonjok kah, nendang atau nempeleng?" sebutnya.
Dia pun teringat kembali tentang semua pelajaran dan kisah pada buku-buku sejarah Islam serta Al Quran yang dia pelajari dahulu.
"Saya tidak pernah membaca Rasulullah berkata-kata kasar apalagi pukul orang karena dihina. Rasulullah, berdasarkan Al Quran, dihina sebagai ahli sihir, pendusta, dan sebagainya, tapi Nabi tidak pernah berkata kasar," kenangnya.
![]() |
Oleh karena itu, Imam Shamsi meminta teman-teman di kelas untuk tidak memberikan respons. Pasalnya,ingatan mengenai pribadi Rasulullah yang terpuji membuatnya malu.
"Terkadang kita ini reaksi pada orang non-muslim suka merasa lebih hebat dari Rasulullah. Akhirnya saya malu, saya bilang kepada teman-teman yang lain untuk diamkan saja," sebutnya.
Namun, Imam Shamsi tetap mendatangi Matthew yang mencaci maki Nabi tersebut dengan senyuman.
"Saya hampiri dia, saya bilang boleh enggak jabat tangannya? Dia mau, sambil jabat tangan saya berusaha tersenyum manis padanya, meski hati pedih. Lalu, dia pergi," ungkapnya.
Hal menarik terjadi ketika pekan berikut si pria itu datang kembali ke kelas Imam Shamsi.
Imam Shamsi pun bertanya pada pria tersebut mengapa datang lagi? Ternyata, si pria Amerika mengaku bahwa dirinya tidak bisa tidur beberapa hari belakangan.
"Dia mengatakan, 'Saya ini kok datang minggu lalu dengan persepsi salah, berkata kasar, tapi kamu masih bisa jabat tangan saya dan tersenyum'. Ternyata, itu yang menyebabkan dia enggak bisa tidur," urainya.
Salah satu karakter orang Amerika, kata Imam Shamsi, cepat merasa bersalah.
Matthew pun akhirnya mendapatkan hidayah dengan semakin tertarik mempelajari dan mendalami Islam dengan berguru pada Imam Shamsi Ali.
(syf/syf)
ARTIKEL TERKAIT

Dapat Daging Bertuliskan Illahi, Denny Sumargo Didoakan Jadi Mualaf
Minggu, 31 May 2020 10:05 WIB
Kisah Pria Amerika Jadi Mualaf dan Bagikan Al Quran di Kereta New York
Rabu, 22 Apr 2020 15:36 WIB
Ketemu Imam Besar Berdarah Indonesia, Donald Trump Bingung dan Ketawa
Selasa, 21 Apr 2020 12:32 WIB
Donald Trump Sempat Bingung Lihat Orang Islam Bisa Tersenyum, Kenapa?
Selasa, 21 Apr 2020 11:27 WIB
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS
Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
TERKAIT
POPULER