6 Fakta Menarik tentang Naruhito, Kaisar Baru Jepang

Nadiyas Utami Pratiwi | Insertlive

Kamis, 02 May 2019 21:59 WIB

Ini dia 6 fakta tentang kaisa baru Jepang, Naruhito.

Kaisar Naruhito/Foto: Ludovic Marin/Pool Photo via AP)

Jakarta, Insertlive - Jepang akhirnya menyambut kaisar baru setelah kaisar Akihito resmi turun tahta pada Selasa (30/4). Akihito terkenal dengan sebutan Kaisar Pendobrak setelah ia meneruskan tahta sang ayah, Kaisar Showa, pada 1989.

Baca Juga : Kaisar Akihito Turun Tahta

Selanjutnya, gelar Kekaisaran akan diserahkan kepada sang Pangeran Hiro, Naruhito, yang secara resmi naik tahta Rabu, 1 Mei 2019 kemarin. Jepang akhirnya akan memasuki era baru yaitu Reiwa yang dipimpin oleh Kaisar Naruhito.

Putra Mahkota Naruhito yang menjadi satu-satunya Pangeran yang mengenyam pendidikan di Tokyo dan Oxford. Sosoknya yang inspiratif sangat ditunggu oleh warga Jepang. Berikut adalah sejumlah fakta menarik soal Kaisar Naruhito yang mungkin perlu kalian ketahui versi Insertlive.

Saat Naruhito masih kecil, ia masih merasakan bersekolah di bangku taman kanak-kanak. Kaisar Akihito sengaja memasukan Pangeran Hiro ke taman kanak-kanak karena ingin membiarkan sang pangeran berbaur dengan masyarakat luas.

Hal ini dilakukan karena sewaktu masih berumur 18 tahun, Kaisar Akihito sudah sibuk dengan kehidupannya sebagai perwakilan Kaisar Showa yang dipimpin oleh Kakek Naruhito, Kaisar Hirohito. Ini membuat sang ayah tidak bisa bersekolah layaknya anak-anak pada umumnya.

Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, hanya keturunan dari garis laki-laki Yoshihito (Kaisar Taisho) yang dianggap sebagai anggota resmi keluarga istana dan hak atas Takhta. Empat putra keturunan Kaisar Toshio yang tidak memiliki anak akhirnya ia menurunkan takhtanya kepada anak dari putra sulungnya yaitu Kaisar Showa.

Takhta kembali turun kepada Kaisar Akihito dan melahirkan putra sulungnya Naruhito yang sekarang baru saja menjadi Kaisar di era Reiwa.

Pangeran Naruhito menjadi kaisar Jepang yang ke- 126 di umur 59 tahun. Di usia ini, Naruhito naik takhta lebih tua daripada ayahnya, Kaisar Akihito, yang ketika naik takhta kekaisaran pada umur 55 tahun.

Naruhito merasa ingin memantapkan diri dan menyiapkan kesiapan mentalnya sebelum ia melakukan tugas resmi sebagai Kaisar. Ia selalu meningkatkan dirinya saat ia menjadi Kaisar nantinya.

Kaisar Naruhito sangat tertarik pada kebijakan dan pelestarian air. Pada maret 2003, sebagai Presiden kehormatan World Water Forum ia menyampaikan pidato yang berjudul "Waterways Connectring Kyoto and Local Regions" Pada Desember 2007, dia juga memberikan ceramah peringatan dalam pembukaan KTT Air Asia-Pasifik pertama, "Manusia dan Air: Dari Jepang ke Wilayah Asia-Pasifik.

Kesukaannya pada Kebijakan dan Pelestarian air membawa ia menjadi menjadi patron bagi Olimpiade Musim Dingin 1998. Dia juga menjadi perwakilan Jepang dalam berbagai kunjungan kenegaraan. Dia juga pendukung Organisasi Kepanduan Sedunia dan pada 2006, menghadiri Nippon Jamboree ke-14. Naruhito juga menjadi wakil presiden kehormatan dari Palang Merah Jepang sejak 1994.

Saat masih bersekolah, Kaisar Naruhito sangat aktif dalam berbagai kegiatan dan acara sekolah. Pada setiap agenda, sang pangeran menerima segala bentuk permintaan dari berbagai pejabat daerah tersebut sampai hanya sekadar mengucapkan selamat datang. Ia menyambut semua hal itu dengan ramah dan rendah hati.

Selain itu, ia adalah pasangan yang sangat setia karena kisah cinta antara Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako dipisahkan oleh jarak karena Permaisuri Masako adalah seorang diplomat dan harus bersekolah di Oxford Inggris. Perjalanan LDR mereka bertahan selama 7 tahun.

Selain ramah, kaisar Naruhito memiliki rasa kepedulian terhadap banyak orang. Hal ini ditunjukan ketika ia memberikan solusi kepada banyak masalah yang dialami banyak orang.

Yang paling dekat dengan dirinya adalah ketika ada permasalahan air di Jepang. Ia selalu memberikan solusi untuk daerah yang belum memiliki sumber air bersih. Ia juga pernah diangkat sebagai ketua Komite Penasihat Masalah Air dan Sanitasi pada periode 2007-2015.

(Nadiyas Utami Pratiwi/dia)