Kolom

Untuk Kurt, yang Keseringan Bercanda dengan Tuhan

KMB | Insertlive
Minggu, 05 Apr 2020 10:53 WIB
Hari ini, 26 tahun lalu, Kurt Cobain menjadi legenda, juga pergi dengan cara mengenaskan. Foto: Kurt Cobain / Fandrey Nanda Alfindra
Jakarta, Insertlive - "Spotify ini masih terisi banyak lagu dari Tame Impala sampai Bilal Indrajaya. Tapi beberapa lagu fenomenalmu masih rapi di playlist. Saya (juga) masih tak setuju dengan prinsipmu itu: lebih baik terbakar habis ketimbang memudar."

Tepat hari ini, 26 tahun lalu, Kurt mengembuskan napas terakhir dengan cara mengenaskan di kediaman megahnya di Seattle, Washington DC, Amerika Serikat. Jasadnya baru ditemukan tiga hari kemudian karena legenda rock ini sebelumnya hilang dan jadi buron dari tempat rehabilitasinya.

Kurt Cobain menjadi legenda dengan caranya sendiri. Mengagetkan skena musik glam rock dan metal yang kala itu jadi penguasa, Kurt sekonyong-konyong menghadirkan musik dengan chord dan sound kasar tapi catchy di telinga yang kemudian dikenal sebagai punk dengan ciri khas Seattle. Anda mau berdebat? Grunge itu sesungguhnya bukanlah genre, tapi sebutan untuk musik dari kawasan sana yang akhirnya malah membelenggu. Kurt juga amat tak suka dengan istilah itu, karena dari awalnya, fan The Beatles, Pixies, David Bowie dan Sex Pistols mendeklarasikan dirinya seorang punk rock.

ADVERTISEMENT

Entah kenapa kelir vokal band sepersusuan Nirvana gila-gila. Tak ada yang lebih parau dari suara Kurt, Chris Cornell atau Eddie Vedder.

Nirvana bersama Red Hot Chili Peppers dan Guns N' Roses menjadi raja di chart atau pun band terpaling papan atas dunia. Tapi Kurt dengan Nirvana-nya adalah raja dari segala raja. Nevermind sama sekali tak bisa dikalahkan oleh album mana pun dari kedua rivalnya tersebut untuk rekor penjualannya. Dan karena itu mahokta paling besar dan berkemilau ada di kepala member band trio tersebut.

Belum lagi lirik Kurt adalah sajak-sajak absurd yang memang berasal dari lubuk hati dari hidupnya yang terlalu menantang. Kurt punya linguistiknya sendiri. Setelah memperkenalkan dunia akan musiknya di album Bleach, Nirvana menghentak dunia dengan Kurt sebagai frontman dan dua rekannya, Krist Novoselic dan Dave Grohl via Nevermind, salah satu album musik tergila dan terbaik sepanjang masa. Nirvana dengan member jilid kedua era label berevolusi menjadi dewa. Dewa di skena rock.

Format pertama, Kurt dan Krist (foundernya) membawa Chad Channing dan Jason Everman jadi member di album Bleach. Tapi takdir Kurt dan Krist menjadi fenomena memang baru terjadi setelah dipertemukan dengan Dave yang sebelumnya berada di band Scream.

***


Kata orang, hobi menyelamatkan hidupmu. Ternyata itu bukan omong kosong. Mengulas lagi detik-detik di kematian pentolan Nirvana ini 26 tahun lalu dari novel karya Charles Cross, 'Heavier Than Heaven'. Novel yang masih tersimpan rapi pada rak buku yang berdiri di samping Fender Jazzmaster saya. Bukan maksud pamer, Jazzmaster cukup personal buat saya setelah pernah mengangkut Telecaster dan Stratocaster.

Maafkan ngalor-ngidul saya karena 'terpapar' Nirvana dan Mr KurtPenulis Esai

Bentuknya sama dengan Fender Jaguar, gear yang biasa digunakan Mr Kurt. Hanya saja Jazzmaster punya karakter lebih jazzy. Karenanya saya cukup dipengaruhi sang panutan yang mau saya lanjutkan ceritanya ini. Ia memang kiblat saya dalam bermusik --bukan kiblat hidup, tapi kiblat bermusik--. Ah... sudut ruangan rumah yang terlalu personal. Maklumi, jika menulis menuntaskan lapar saya, bermusik adalah penebus dahaganya.

Dulu saya merengek ke mendiang bapak untuk dibelikan gitar elektrik. Dia sudah kapok. Karena saya ngeh dan paham alasan bapak saya sudah males beliin gitar, otak ini punya trik agar tak terlalu kepikiran. Oh gitar yang saya mau lagi inden. Ayah saya sudah terlalu banyak beliin gitar. Dari akustik sampai elektrik. Yang elektrik perdana, saya rusak gitu aja karena kurang perhatian.

Buku dan gitar, koleksi 'terpapar' Kurt Cobain.Buku dan gitar, koleksi 'terpapar' Kurt Cobain./ Foto: Kurt Cobain / dok Insertlive


Habis speknya standar --batin saya berdalih--. "Beda soundnya Pah sama Fender" --nah ini dalih ke bapak saya--. Akustik dari pacar, pernah saya patahkan nggak sengaja. Kalau dihitung total ada empat gitar kopong. Tiga akustik Yamaha dan satu Anderson. Yang patah necknya miris buat pacar. Dia masih kesal kalau inget-inget 'insiden' itu. Pacar saya waktu itu nabung setengah tahun buat kasih kado tersebut. Tapi nggak apa-apalah ya beb? Kamu kan jadi istri sekarang.

Jadi ketika saya mulai bisa cari duit sendiri di detikcom sembari kuliah, saya foya-foya. Cari tanda saya balas dendam beli barang yang dimau, gampang. Jazzmaster itu adalah Fender ketiga saya. Sampai sekarang masih awet dipajang dan nggak pernah dibawa ke studio lagi karena sibuk kerja. Nah itu kelitku untukmu hasrat.

Kolom lainnya:

Kenapa saya sayang banget sama koleksi satu itu, ada refleksi dan simbolis rasa kagum saya dengan pentolan Nirvana yang berpulang 26 tahun lalu. Setidaknya wujudnya terlihat setiap pulang kerja di sudut ruangan rumah. Kalau kalian masih betah membaca, sebaiknya pahami hobi memang penting. Paksakan cari waktu buat dia. Saya yakin, Kurt Cobain mungkin mati di usia lebih muda lagi kalau saja musik nggak menyelamatkannya... untuk sementara.

Maafkan sedikit ngalor-ngidulnya. Karena menulis selalu soal rasa, maka saya harus mengenang koneksi saya ke kisah itu lebih dalam untuk esai kali ini. Well, tanpa membuka buku itu Charles Cross pun, saya cukup masih ingat detilnya. Usai melalui November 1993 yang misterius sebagai rock star, Kurt Donald Cobain menjadi buronan setelah kabur dari pusat rehabilitasi ketergantungan obat di Exodus, California. Kurt melalui hari-hari tanpa terdeteksi oleh siapa pun.

Penyanyi dengan penyakit perut kronis itu sempat naik taksi mencari senjata laras panjang Remington 11, yang nantinya ia pakai untuk 'menjadi legenda'. Kurt Kembali ke kediamannya di Aberdeen, Washington DC. Ia mengelabui sang istri, Courtney Love dan penjaga rumahnya. Jelang ajalnya, Kurt sempat mondar-mandir setelah tiba di rumah. Di dapur ia mengambil sekaleng soda kesukaannya. Rootbeer merek Braq's.

Katolik, Atheis, Jainisme Lalu ke Buddha

"Setiap hari kita berjalan melalui surga dan neraka,"Kurt Cobain


Di dalam ruangan di lantai atas, Kurt diketahui membawa sekotak heroin, rootbeer, handuk dan senjata. Hari itu, 5 April 1994, pagi yang gelap dan basah sudah menyapa. Hingga keputusan mengakhiri nyawanya memang benar-benar ia lakukan. Napas Kurt makin berat. Setelah menulis banyak kata di secarik kertas, akhirnya kalimat pamungkas pun hampir ia rampungkan.

Sedikit terhuyung-huyung, Kurt lantas mengambil senjata laras panjangnya dan merapikan tas senapan itu dengan sangat rapi. Sesaat Kurt sempat kembali ke wastafel untuk memasak heroinnya. Ia kembali bersandar dan menghabiskan rokok serta rootbeernya. Kurt melihat ke arah jendela yang mendung dan lembab. Pada 5 April 1994 pagi buta itu, Kurt menodongkan senapan laras panjangnya ke rongga mulut. Dan setelahnya, ia pergi untuk selama-lamanya di usia 27 tahun.

Sejak kecil, ia memang seorang kreatif. Ia sosok yang kerap menumpahkan segala sisi emosinya lewat tulisan, lukisan di media apa pun. Kertas habis, tembok atau dinding kulkas terbiasa jadi santapan. Bahkan Fender Stratocasternya pun pernah dituliskan Kurt sajak berjudul 'Yang tidak boleh menurut Rock N Roll'. Mungkin kala itu ia kehabisan kertas dan dinding.

Masa kecilnya memang menantang, tapi jangan ambil perceraian orang tua jadi alasan ia menjadi remaja yang kompleks. Perceraian biasa orang tua biasanya masih bisa dilalui dengan baik. Tapi masalah Kurt memang jauh lebih parah dari itu. Karena merasa keributan orang tua pascacerai malah memperburuk psikologinya, Kurt malah jadi punya teman khayalan bernama Boddah. Nama itu bahkan masih ia bawa di surat wasiatnya kala mengakhiri hidup.

Kolom lainnya:


Boddah adalah teman setia Kurt kala mencurahkan getirnya psikis yang ia alami. Sahabat imajinasi itu bahkan juga kerap hadir kala ia teler berat karena drugs. Lahir sebagai Katolik, Kurt menjalani hidup tanpa agama dengan waktu cukup lama. Kadang ia taubat dan ke gereja. Tapi lebih sering ia mempertanyakan keberadaan Tuhan setelahnya. Menyudahi masa itu, Kurt sempat memahami filosofi sebagai penghayat Jainisme. Diawali suka karena lambang bendera agama itu punya simbol kuno swastika, Kurt makin mendalaminya karena visi ajaran itu tentang kehidupan setelah mati dan menyatukan surga sekaligus neraka.

"Setiap hari kita berjalan melalui surga dan neraka," seru Kurt.

Jasad Kurt Cobain kala ditemukan. Mengenakan Converse dan menembak rongga mulutnya dengan Remington 11.Jasad Kurt Cobain kala ditemukan. Mengenakan Converse dan menembak rongga mulutnya dengan Remington 11./ Foto: Kurt Cobain / dok detektif Mike Ciesynski

Tak terlalu lama, ia kemudian menyadari pemahaman akan ajaran dari 'reformasi' Hindu itu terlalu kontroversial. Pengalaman lalu membawanya menjadi pengagum Buddha, agama yang dianggap sempurna untuknya.

Sampai mati, Kurt akhirnya adalah pemeluk Buddha. Nama Nirvana adalah salah satu bukti bahwa Kurt merasa cocok dengan ajaran Dharma tersebut. Meski perbuatan dengan teman-temannya lebih banyak dekat ke neraka, tapi nama bandnya memang seharum surga.

Saking mau menjadikan Buddha keyakinan terakhir, Kurt Donald Cobain ingin mati sesuai dengan anjuran Siddhartha Gautama. Setelah mati bunuh diri, jasadnya dikremasi dan abunya ditebar ke Viretta Park. Dan sebagian kecil abu Kurt lainnya disemayamkan sang istri, Courtney Love ke wihara Buddha Namgyal, Itacha, New York. Ini sesuai dengan permintaan Kurt Cobain.

Untuk Kurt, yang Keseringan Bercanda dengan TuhanFoto: dok. Facebook


Kurt dimakan sendiri oleh popularitas yang tak bisa ia tangani dengan baik. Pasang-surut bersama Courtney Love, Kurt terus terjerumus pada kokain dan jarum suntik. Ia terlalu sering bercanda dengan Tuhan. Ia sudah sering bolak-balik panti rehab. Buatnya, itu adalah rumah ketiga setelah studio dan panggung. Ia seharusnya sudah mati dalam percobaan bunuh diri pertama paling 'paripurna' di hotel bintang empat Manhattan awal 1992. Ia menenggak Rohypnol --semacam obat bius-- usai tampil di SNL. Tapi istrinya berhasil menggagalkan upayanya. Lolos dari maut itu, rockstar ini cuma cengengesan kala bisa bernapas lagi di pagi itu.

Kurt punya masalah perut sejak remaja. Saking akutnya masalah pencernaan itu, solusi paling gampangnya memang menjadi pemadat. Drugs selalu akrab dengannya. Ironisnya, heroin makin jadi sohib saat dia tenar. Sayangnya Kurt benar-benar tak selamat pakai usai teler lagi pascakabur dari panti rehab terakhirnya.

Beberapa kali Kurt nyaris mati selama 27 tahun menjalani kehidupan. Di 1994 (tahun ia tutup usia) pun, ia pernah mencoba mati di awal tahun usai tampil di Roma, Italia. Saat itu masalah Kurt makin jadi kompleks. Saking seringnya, mungkin Tuhan lewat malaikat pernah bilang, "Mau mati beneran atau bercanda lagi?"

Sampai kapan pun Kurt adalah nama besar nomor wahid di industri musik dan skena punk/rock dunia. Muse atau 30 Second To Mars adalah band besar yang memproklamirkan Nirvana sebagai pengaruh dan kiblat paling besar mereka dalam bermusik. Uniknya warna musik yang jadi output dua band itu cukup jauh dari Nirvana. Toh Arctic Monkeys saja yang begitu cinta mati The Strokes punya kelir musik yang beda banget sama sang idola.

Tak ada yang menyangka Kurt yang terlalu nyeni akan jadi rockstar besar dan Tuhan dalam skena rock. Tak banyak yang tahu ia pernah menjajal pekerjaan sebagai pembersih kandang anjing. Mengalami banyak masalah, pesta pora juga bukan solusi Kurt. Ia tak pernah seperti Freddie Mercury atau pun rocker lainnya yang suka party. Baginya itu bukan gayanya.

Untuk tambahan untuk menunjukkan secuil sisi positif sang superstar, ia tak pernah jadi orang lain. "Lebih baik dibenci ketimbang dicintai tapi menjadi orang lain." Itu adalah kutipan asli dari pria Aberdeen yang menggema sampai sekarang lalu banyak dicatut musisi lain atau ababil yang bingung nulis caption di Instagram.

Kagum saya ke Anda sama seperti saya menyukai Jimi Hendrix, Julian Casablancas Cs, Chris Martin dkk, Alex Turner dan kolega serta John Mayer. Saya yang mendengar pertama kali 'Smells Like Teen Spirit' saat TK masih menjadi pengagummu. Tapi sekali lagi, memudar itu wajar, tuan Kurt. Menjadi tua, keriput lalu mati indah kok.


Komario Bahar


Redaktur Pelaksana !nsertlive
(kmb/kmb)
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER