Tinggal di Rumah Mewah yang Terbengkalai, Ibu Guritno Minta Makan ke Tetangga
Wanita paruh baya bernama ibu Guritno yang berusia 70 tahun menyita perhatian publik karena kesendiriannya tinggal di rumah mewah di Komplek Sukamenak Indah, Margahayu, Bandung.
Ibu Guritno diketahui tinggal sendiri di rumah mewahnya tanpa suami maupun anak-anaknya.
Menurut kesaksian tetangganya, Dadang Haryanto, ibu Guritno awalnya tinggal bahagia bersama suami dan anak-anaknya.
Namun, semua itu berubah kala ibu Guritno dan suaminya keluar dari perusahaan IPTN (kini PTDI) pada 2003 silam.
Kabar menyebutkan bahwa ibu Guritno keluar dari perusahaan karena perusahaan yang mau bangkrut dan kecemburuan pada suaminya.
"Awal begitunya pas IPTN nya mau bangkrut. Soalnya biasanya mah suka barengan kalau kerja. Terus katanya si ibu cemburu ke salah satu pegawai di sana. Sampai akhirnya suaminya meninggal," kata Dadang Haryanto, dikutip dari detikcom.
Setelah sang suami meninggal dunia, kondisi ekonomi ibu Guritno semakin sulit hingga sempat masuk RSJ (Rumah Sakit Jiwa).
"Ke sini-ke sini si ibu itu jadi makin sakit, anak-anaknya pun nggak bisa apa-apa. Sempat ke RSJ 10 tahun ke belakang. Langsung sudah membaik, ada yang nanya juga menjawab biasa saja. Tapi makin ke sini lama-lama obatnya abis sendiri. Dulu mah kadang suka jalan keliling komplek sambil teriak-teriak. Tapi sekarang-sekarang mah enggak," sambungnya.
Kesendirian ibu Guritno semakin berlanjut ketika ketiga anaknya mulai pergi dari rumah setelah menikah.
"Anak-anaknya pada nikah, nggak pada tinggal di sini. Yang saya tahu tahun 2008 atau 2009 mah masih nyala. Kayaknya mah matinya tahun 2010-an lah," imbuhnya.
"Kalau komunikasi biasa aja jadi kadang benar kadang nggak nyambung. Pokoknya ya jangan lama-lama ngobrol sama dia mah," lanjutnya.
Selama tinggal di rumah mewah yang terbengkalai, ibu Guritno sering minta minum dan makan kepada Dadang Haryanto, tetangganya yang punya warung.
"Biasanya kalau keluar setelah salat Subuh sampai jam 06.00 WIB atau sekitar jam 07.00 WIB, karena dia pasti minta air ke saya. Tiap hari minta air dua galon, dan minta buat sarapan. Kalau ada ya saya bantu, kalau nggak ada ya gimana lagi," bebernya.
"Ke sini sarapan sudah disediain. Galon simpan, nanti dianterin, ada juga keperluan deterjen, kopi ya saya kasihin aja," pungkasnya.
(dis/fik)