Nasib Wanita dengan 11 Ribu Tindik, Sulit Cari Uang hingga Ditolak Tampil
Pada 2003, Elaine Davidson memecahkan rekor dunia karena memiliki 11 ribu tindik di sekujur tubuhnya mulai dari wajah hingga pangkal kaki.
Bahkan, Elaine Davidson juga memakai tindik di kemaluannya dan berniat menambah aksesori tindik seberat 3 kg di tubuhnya.
Saat itu, kehidupan Elaine Davidson sangat baik-baik saja. Bahkan, ia menjadi terkenal karena kepercayaan dirinya yang tinggi.
Walau memiliki tubuh penuh tindik, Elaine Davidson mengaku bahwa sebenarnya ia tidak suka ditindik.
"Sejujurnya aku tidak menyukai tindik atau bahkan tubuh ku yang ditindik. Aku tidak suka itu. Tapi demi memecahkan rekor, aku harus melakukannya. Keluargaku juga tidak menyukai tato dan tindik tapi aku terpaksa demi membuat rekor," kata Elaine Davidson.
Sayangnya, nasib pun berubah ketika pandemi COVID-19 menyerang.
Wanita asal Brasil yang tinggal di Inggris itu harus kesulitan mencari uang karena tidak ada perusahaan yang mau menerima dirinya.
Padahal, Elaine Davidson sempat dikabarkan menikahi seorang pria kaya raya.
Namun, tampaknya hal itu tidak menjamin bahwa Elaine Davidson memiliki banyak uang.
Kondisi itu semakin diperparah dengan ditolaknya lisensi Elaine Davidson dalam pertunjukkan di Edinburgh Festival Fringe.
"Setelah sekian lama tampil di berbagai festival selama 20 tahun, aku tidak pernah sama sekali ditolak. Aku berusaha untuk tampil terbaik di muka publik. Tapi kini aku dilarang tampil di publik. Tahun ini tahun pertama festival diadakan tapi aku tak bisa tampil," bebernya.
"Selama lockdown karena COVID-19, aku harus kehilangan banyak hal. Termasuk kebebasan ku untuk tampil. Sekarang bagaimana aku harus membayar tagihan dan lainnya? Aku tak punya pekerjaan dan uang," pungkasnya.
Mengutip Wolipop, Elaine Davidson sempat menjadi perawat dan membuka sebuah restoran.
Namun, belakangan Elaine Davidson justru dikenal sebagai cenayang, pembaca tarot, dan peramal.
Setelah tubuhnya penuh tindik, Elaine Davidson mulai bergabung dalam beberapa acara sirkus dengan pertunjukkannya seperti jalan di paku hingga di atas pecahan kaca.
(dis/fik)