Umoja, Desa Para Wanita Korban Kekerasan Budaya

kpr | Insertlive
Kamis, 31 Mar 2022 19:30 WIB
Desa khusus Wanita Foto: traveltheworldkel

Kemajuan Umoja Bikin Iri Kaum Pria

Kemajuan desa Umoja menimbulkan kemarahan dan keirian dari sebagian pria. Para pria itu pun mendirikan desa di sekitar Umoja untuk memblokade turis mengunjungi Umoja dan menjual barang kerajinan buatan mereka sendiri.

Akan tetapi hal tersebut tak membuat para wanita Umoja patah semangat. Mereka justru mengambil alih tanah para pria untuk memperluas daerah mereka.

Pada saat itu, Rebecca mendapat banyak ancaman mati dari para pria-pria di desa sekitar yang juga mengajukan tuntutan hukum untuk menutup desa Umoja.

ADVERTISEMENT

Kesuksesan desa itu juga membuat Rebecca Lolosoli diundang ke kantor PBB di New York pada tahun 2005. Ia juga dihormati karena memperlakukan anak-anak yang lahir di sana dengan layak.

Bila di desa lain anak-anak umumnya dipekerjakan membantu merawat hewan ternak, di Umoja setiap anak berhak mendapat pendidikan di sekolah dasar desa tersebut yang bisa menampung 50 anak dan desa ini juga telah membangun sekolah perawat sendiri.

Selain berkegiatan di desa mereka, wanita Umoja pun kerap bertandang ke desa-desa lain untuk mempromosikan hak-hak wanita dan berkampanye menolak budaya sunat perempuan.

Walaupun Rebecca Lolosoli adalah pendiri dan sosok pemimpin di Desa Umoja, namun setiap wanita di desa ini punya status kedudukan yang sederajat satu sama lain dan setiap keputusan diambil berdasarkan musyawarah di bawah pohon yang disebut sebagai tree of speech.

Meskipun hanya wanita dan anak-anak yang diizinkan tinggal di desa ini, kaum pria sebetulnya masih diizinkan untuk mengunjungi desa ini baik itu sebagai pasangan atau menjadi pekerja bayaran, namun mereka tak boleh tinggal.


Catatan populasi terakhir Umoja pada 2015, desa ini dihuni oleh 47 wanita dan 200 anak-anak.

[Gambas:Video Insertlive]

2 / 2
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER