Umoja, Desa Para Wanita Korban Kekerasan Budaya

kpr | Insertlive
Kamis, 31 Mar 2022 19:30 WIB
Desa khusus Wanita Umoja, Desa Para Wanita Korban Kekerasan Budaya/Foto: Istimewa
Jakarta, Insertlive -

Desa Umoja dikenal sebagai tempat perlindungan bagi wanita yang terdampak kekerasan domestik dan seksual. Desa yang terletak di Kenya itu, didirikan oleh Rebecca Lolosoli yang merupakan figur feminisme dan orang yang memperjuangkan hak wanita.

Desa ini didirikan oleh Rebecca Lolosoli pada tahun 1990 sebagai tempat berlindung para wanita dari kekerasan dan para gadis muda yang melarikan diri dari budaya kawin paksa, terkhusus wanita dari suku Samburu.

Dalam masyarakat Samburu yang berbasis patriarki, wanita adalah warga kelas dua yang tidak diizinkan memiliki tanah ataupun properti lain seperti hewan ternak. Mereka pun kerap dihadapkan dengan budaya sunat perempuan, kawin paksa dengan pria yang jauh lebih tua, kekerasan seksual dan kekerasan domestik.

ADVERTISEMENT

Banyak wanita Samburu yang terlibat kasus pemerkosaan justru mengalami kekerasan oleh suami mereka lantaran dianggap membawa aib dan penyakit. Mereka pun akhirnya diusir dari rumah atau kabur karena diancam akan dibunuh.

Lantaran banyaknya wanita yang berada dalam kondisi tak berdaya, tidak memiliki rumah dan harta, maka muncul lah gagasan untuk menciptakan sebuah desa dimana para wanita bisa merasa aman dan dapat bertahan hidup tanpa harus bergantung pada laki-laki.

Gagasan Rebecca Lolosoli ternyata muncul lantaran dirinya memiliki pengalaman pahit di desa kelahirannya. Saat itu Rebecca membuka usaha menjual barang-barang, tapi suatu hari ia dirampok dan dipukuli oleh empat orang pria hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Rebecca sendiri telah dinikahkan saat berusia 18 tahun dengan mas kawin 17 sapi. Rebecca Lolosoli memutuskan untuk meninggalkan sang suami usai keluar dari rumah sakit. Hal tersebut dikarenakan sang suami tidak berbuat apa-apa saat dirinya mengalami kekerasan.

Sejak meninggalkan sang suami, Rebecca Lolosoli memutuskan untuk mendirikan sebuah desa bersama 15 wanita lainnya. Para wanita itu pun menjual kembali sayur-sayuran yang mereka beli untuk mendapatkan nafkah.


Usaha mereka mendapat perhatian dari Kenya Wildlife Service yang membuka kesempatan bagi para wanita Umoja untuk belajar dari suku yang lebih sukses seperti Maasai Mara dan juga mendapat bantuan dari Kementerian Budaya Kenya.

Baca halaman selanjutnya.

Kemajuan desa Umoja menimbulkan kemarahan dan keirian dari sebagian pria. Para pria itu pun mendirikan desa di sekitar Umoja untuk memblokade turis mengunjungi Umoja dan menjual barang kerajinan buatan mereka sendiri.

Akan tetapi hal tersebut tak membuat para wanita Umoja patah semangat. Mereka justru mengambil alih tanah para pria untuk memperluas daerah mereka.

Pada saat itu, Rebecca mendapat banyak ancaman mati dari para pria-pria di desa sekitar yang juga mengajukan tuntutan hukum untuk menutup desa Umoja.

Kesuksesan desa itu juga membuat Rebecca Lolosoli diundang ke kantor PBB di New York pada tahun 2005. Ia juga dihormati karena memperlakukan anak-anak yang lahir di sana dengan layak.

Bila di desa lain anak-anak umumnya dipekerjakan membantu merawat hewan ternak, di Umoja setiap anak berhak mendapat pendidikan di sekolah dasar desa tersebut yang bisa menampung 50 anak dan desa ini juga telah membangun sekolah perawat sendiri.

Selain berkegiatan di desa mereka, wanita Umoja pun kerap bertandang ke desa-desa lain untuk mempromosikan hak-hak wanita dan berkampanye menolak budaya sunat perempuan.

Walaupun Rebecca Lolosoli adalah pendiri dan sosok pemimpin di Desa Umoja, namun setiap wanita di desa ini punya status kedudukan yang sederajat satu sama lain dan setiap keputusan diambil berdasarkan musyawarah di bawah pohon yang disebut sebagai tree of speech.

Meskipun hanya wanita dan anak-anak yang diizinkan tinggal di desa ini, kaum pria sebetulnya masih diizinkan untuk mengunjungi desa ini baik itu sebagai pasangan atau menjadi pekerja bayaran, namun mereka tak boleh tinggal.

Catatan populasi terakhir Umoja pada 2015, desa ini dihuni oleh 47 wanita dan 200 anak-anak.

[Gambas:Video Insertlive]

(kpr/dia)
1 / 2
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER