Religius Tapi Anarkis, Mungkin Bukan Cuma Tuhan yang Disembah
Sehari sebelumnya mereka salat berjemaah, merapal doa bersama menyambut bulan suci. Khusyuk, tenteram, bahagia Ramadhan datang lagi. Tapi mereka lupa, mereka egois. Mau menang sendiri.
Hari berganti. Yang terjadi pagar rumah berkelir hitam mereka tendang dan goyang begitu brutal. Sekerumunan massa berlaku onar dan anarkis di depan rumah berpagar gelap tadi. Hunian itu jadi sasaran amuk. Mereka berteriak, "Tukang ngadu!"
Rupanya mereka adalah kelompok pemuda yang marah kepada pemilik rumah karena diduga menjadi pelapor online ke Anies Baswedan atas adanya aktivitas salat tarawih berjemaah di tengah pandemi. Puluhan pemuda tadi gelap mata dan main hakim sendiri di waktu santap sahur, Sabtu (25/4).
Jika memang mereka benar-benar religius, kenapa lalu kasar? Apakah romantisme salat tarawih bersama mereka rusak karena niat baik seseorang? Apa momen-momen jemaah yang sarat nostalgia memang harus ditegakkan (apa pun kondisinya) kala Ramadhan meski itu justru bisa berbahaya sekarang?
Jika kalian memang benar-benar religius, seharusnya hawa nafsu kasar dan menghakimi orang lain bisa ditahan. Jika memang religius, seharusnya kendali itu ada di tangan. Jika memang benar religius, seharusnya kalian malu ketika melihat video kalian sendiri viral. Tapi di sini, provokasi memang kerap berhasil. Nyaris selalu.
***
Dulu saat saya masih setahun jadi wartawan, saya pernah menyaksikan sendiri amukan sekelompok orang bersorban putih melemparkan banyak telur busuk ke pintu rumah produksi Tanah Air yang bikin film dengan mengimpor eks bintang panas Negeri Sakura, Maria Ozawa alias Miyabi.
Kolom lainnya
Tak cuma itu, mereka mengancam akan merobohkan bangunan tersebut jika nantinya film ini beredar. Mereka menuntut mediasi agar aspirasi mereka didengar produser dan pemilik PH tersebut. Aksi lempar telur masih dilakukan dengan ancaman-ancaman yang masih ditebar. Sampai akhirnya mereka masuk dan mediasi digelar.
Film itu jelas bukan film panas, tapi komedi yang memang masih ada unsur eksploitasi keseksian. Pada era itu, film horor/komedi dengan bumbu esek-esek adalah jaminan cuan.
Saya masih ingat, kejadian itu kurang lebih ada di 2010. Sedekade lalu saya masih hijau sebagai wartawan hiburan karena baru hijrah dari desk politik. Melihat kelompok pelempar telur busuk yang tampaknya sehari-hari tak melewatkan salat wajib, sunah dan zikir membuat saya berpikir, apakah iya orang saleh bisa anarkis?
Musa dan Ramses berperang. Tapi Musa mendahulukan mediasi dan opsi damai. |
Kalau memang yang diperjuangkan sepadan, kekerasan memang bisa ditempuh --dengan situasi yang sangat terpaksa--. Kita semua tahu Nabi berperang. Tapi hal ini dilakukan jika mediasi menemui jalan buntu. Musa AS saja memerangi saudara tirinya Ramses II setelah membuka lebar-lebar opsi damai. Si sombong Firaun jelas secara angkuh menolak.
Musa yang dikucilkan bertahun-tahun, berkali-kali tetap mengingatkan Ramses untuk melepas perbudakan tak manusiawi sebelum wabah Tuhan itu datang menyiksa kekaisarannya dan rakyat Mesir. Tapi Ramses menolak. Maka Musa yang mantan jenderal perangnya barulah menghunus pedang dan busur panah.
Kembali video massa pemuda yang gelap mata di Pulogadung, Jaktim yang diviralkan akun Twitter DivaCatrii, ternyata cerita awalnya malah bikin kepala makin berpikir. Penyebabnya adalah pernyataan sang korban sendiri terkait klip anarkis tersebut. Saya curiga dan suudzan seketika akan takar keimanan pelaku perusakan berjemaah tersebut.
Pak Haji Aselih, penghuni rumah yang diamuk pemuda itu mengaku mengetahui bahwa video itu justru direkam oleh salah satu bagian dari kelompok anarkis tersebut.
"Herannya mereka yang bikin video, mereka juga yang viralin," kata Aselih pasrah.
Kolom lainnya
Aselih mengaku tetap akan memaafkan warga di lingkungannya yang telah seenak jidat merusak pagar, melempar sampah, petasan dan merusak tanaman di laman rumahnya. Mereka yang anarkis itu seharusnya malu jika pandemi kelar dan Lebaran tiba. Karena religius tidak membuat orang menjadi kasar, brutal dan tunaakal.
Herannya mereka yang rekam, mereka juga yang viralinKorban, H Aselih |
Tak jauh dari kejadian miris yang menimpa keluarga Aselih, video ustaz dipersekusi di dalam masjid juga tak kalah bikin ironi. Ustaz dicaci dan disumpahi 'mati aja' oleh jemaah karena menolak mengimami salat Jumat berjemaah.
Seorang pria itu merekam dan juga bikin viral videonya sendiri. Dengan kekuatan provokasi, seorang pria berkoko hijau turut mengatai sang ustaz dibarengi dukungan 'yel-yel' jemaah lain. Mereka mungkin tidak baca berita, masjid di kawasan Jakbar yang salah satu jemaahnya positif Covid-19 justru terus memperpanjang rantai penularan. Suatu hal yang juga harus dipelajari Atalarik Syah yang sempat ngotot salat Jumat berjemaah tempo hari.
Sebagai muslim, saya juga rindu salat berjemaah. Kita semua kangen ngabuburit mencari takjil. Kita semua ingin kembali dalam romantisme normal akan Ramadhan dan Lebaran. Kalian para perantau pun pasti rindu kampung halaman. Sedikit lagi teman, mudah-mudahan semuanya kelar dan terbayar.
"Kalau jadi religius membuatmu mudah menghakimi orang lain, kasar, keras dan main fitnah, periksa lagi, kamu menyembah Tuhan atau egomu?" Omar Imran
Komario Bahar
Redaktur Pelaksana Insertlive