Pengguna Vape Indonesia Meningkat, Pakar Beberkan Bahaya Rokok Elektrik

Pengguna vape di Indonesia dinyatakan mengalami peningkatan angka yang cukup drastis. Pada 2021, Data Global Adult Tobacco Survey (GATS) menunjukkan adanya peningkatan 10 kali lipat pengguna rokok elektrik di Indonesia.
Pengguna vape kebanyakan adalah orang yang sengaja memilih rokok elektrik karena alasan ingin mengurangi atau berhenti merokok. Lantas, antara vape dan rokok, manakah yang lebih bahaya?
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI dr Maria Endang Sumiwi menyatakan bahaya rokok elektrik sama dengan rokok konvensional. Ia menambahkan, rokok elektrik mengandung cairan bahan berbahaya yang tidak memiliki standar baku, ini menyebabkan tidak adanya batas aman saat merokok elektrik.
"Rokok elektrik sama bahayanya seperti rokok biasa kan apalagi dia ada cairan bahannya itu ya yang mana tidak ada standar amannya. Jadi kita tidak tau apa yang terkandung di dalamnya jadi tidak ada batas amannya," ujar dr Maria pada acara Radio Kesehatan Kemenkes RI dilansir dari detikcom.
"Sama bahaya utamanya karena ada kandungan tembakau bisa menimbulkan adiktif, belum lagi cairan rasa-rasanya itu yang bisa memiliki kandungan berbahaya," sambungnya.
Sementara, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, juga menyatakan bahwa rokok elektrik bukan solusi untuk mengurangi rokok konvensional.
"Rokok elektrik bukan solusi. Tapi justru jembatan perokok konvensional. Malah jadi perokok elektrik dan konvensional nantinya," ujarnya dalam konferensi pers virtual
Baca Juga : Adik Dikeroyok, Verlita Evelyn Gaungkan Keadilan |
Ketua Kelompok Kerja bidang Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Feni Fitriani Taufik juga menyatakan baik rokok elektrik maupun rokok konvensional sama-sama bisa menimbulkan bahaya bagi tubuh lantaran adanya nikotin yang membuat adiksi atau kecanduan.
"Survei dari RSUP Persahabatan, 76 persen pengguna rokok elektronik juga mengalami adiksi. Itu wajar karena masih ada nikotinnya," beber dr Feni dalam webinar daring Hari Tanpa Tembakau bersama PDPI.
Ia menegaskan merokok elektrik bukan membuat seseorang berhenti merokok, namun justru menambah risiko bahaya pada tubuh.
"Artinya, jumlah bahan-bahan berbahaya yang seharusnya tidak masuk ke dalam tubuh itu juga makin meningkat. Tentu semakin besar risiko berbahayanya, akan semakin lama terpajang risiko terhadap penyakit juga akan semakin besar," lanjutnya.
Menurut survei yang dibeberkan dr Feni, terdapat hasil analisis kadar kontinen dalam urine, yang belakangan terungkap jumlah metabolisme nikotin di tubuh pengguna vape atau rokok elektrik jumlahnya mencapai lebih dari 200. Menurutnya, kadar tersebut serupa dengan seseorang yang tengah mengkonsumsi rokok konvensional sebanyak 5 batang.
(yoa/syf)
Pilu, Tangisan 3 Anak Kembar Ini Tak Bisa Bangunkan Jenazah Sang Ibu
Rabu, 04 Dec 2019 15:05 WIB
Pasangan 18 Tahun Rayakan Anniversary hingga Undang Keluarga
Kamis, 31 Oct 2019 21:45 WIB
Lamaran Disawer Dollar, Netizen: Udah Ketemu Hotman Belum?
Selasa, 10 Sep 2019 09:38 WIB
Tiga Orang Sesumbar Kecelakaan Tragis, Netizen: Omongan adalah Doa
Selasa, 10 Sep 2019 09:30 WIB
Kekayaan Fadhal Rahmad, Anggota Termuda DPRD yang Pede Isap Vape Saat Rapat
Kamis, 03 Jul 2025 19:45 WIB
Tiru Jepang dan Swedia, Mungkinkah Indonesia Bebas Asap Tembakau?
Kamis, 03 Jul 2025 18:04 WIB
Naik Kelas Ekonomi, Video Putri Kako Jepang Ketiduran di Pesawat Disorot
Rabu, 02 Jul 2025 10:40 WIBTERKAIT