Pendapat Gus Yahya soal Salam Lintas Agama yang Diharamkan MUI

Nastiti Swasiwi Nurfiranti | Insertlive
Jumat, 14 Jun 2024 13:00 WIB
Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) Pendapat Gus Yahya soal Salam Lintas Agama yang Diharamkan MUI (Foto: Adrial/detikcom)
Jakarta, Insertlive -

KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya memberikan pendapatnya terkait salam lintas agama yang haram menurut pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Dinukil dari kanal YouTube Bisniscom pada Kamis (13/6), MUI resmi mengeluarkan fatwa yang melarang umat Muslim memberi selamat hari raya kepada umat agama lain.

Fatwa MUI terkait larangan salam lintas agama diputuskan melalui Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia VIII di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Islamic Center, Bangka Belitung, pada 28-31 Mei 2024.

ADVERTISEMENT

Wakil Sekretaris Jenderal MUI, KH. Arif Fahrudin, menjelaskan maksud dari penerbitan Fatwa MUI tentang larangan salam lintas agama.

KH. Arif mengungkapkan bahwa toleransi merupakan sunnatullah dan sunnah Rasulullah SAW, dipraktikkan juga oleh para ulama salafus salihin.

Namun, KH. Arif menambahkan bahwa toleransi memiliki batasannya.

"Tidak semua aspek dalam Islam bisa ditoleransi, yang tidak diperkenankan Islam adalah motif mencampuradukkan wilayah aqidah dan ritual keagamaan (sinkretisme/talfiq al-adyan) sehingga mengaburkan garis demarkasi antara wilayah akidah dan muamalah," ucap KH. Arif , dikutip dari laman MUI Digital pada Kamis (13/6).

KH. Arif menuturkan bahwa toleransi antar umat beragama sangat penting dalam hal muamalah dan relasi sosial-budaya.


Lantas, bagaimana pendapat Gus Yahya tentang salam lintas agama yang diharamkan MUI?

Pendapat Gus Yahya soal Salam Lintas Agama

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Yahya Cholil Staquf, lebih dikenal Gus Yahya, memberikan pernyataan bahwa klaim tentang semua salam adalah ibadah merupakan hal tidak benar.

"Karena ada klaim bahwa assalamualaikum adalah ibadah, maka diklaim salam yang lain juga ibadah. Padahal tidak ada ibadah itu. Tanya teman-teman Kristen apakah salam sejahtera masuk dalam liturgi (peribadatan Kristen)?" kata Gus Yahya, dikutip Insertlive dari NU Online pada Kamis (13/6).

Gus Yahya menjelaskan bahwa penggunaan salam dalam suatu pidato atau pertemuan bisa dijadikan simbol kerukunan antar umat beragama. Salam tidak selalu berkaitan dengan ibadah.

Gus Yahya berujar seorang Paus tak pernah mengucapkan salam "Shalom" jika hendak memulai suatu pidato.

Selain itu, Gus Yahya juga memberikan penjelasan tentang salam 'Namo Buddhaya', yang kerap dianggap sebagai bagian ibadah dalam agama Buddha.

Gus Yahya mengatakan bahwa umat Buddha tidak melakukan ibadah penyembahan terhadap Siddharta Gautama, melainkan sebagai suri tauladan.

"Jangan dikira orang Buddha menyembah Buddha, nggak. Buddha cuma pemikirannya dianggap panutan oleh para penganut Buddhisme. Jadi kalau dianggap mencampuradukkan ibadah, ibadah apa yang dicampur?" ujarnya.

Gus Yahya berharap para ulama dan pemikir Islam di Indonesia bisa mengubah pemikirannya terkait lintas agama.

Di samping itu, Gus Yahya juga mengajak semua pihak agar bisa berpikir jernih, agar tak terjebak dalam upaya yang belum jelas asal-usulnya.

(Nastiti Swasiwi Nurfiranti)
Tonton juga video berikut:
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER