Dianggap Sepele, Gejala Penyakit yang Ditimbulkan Vape Sering Diabaikan

Vape atau rokok elektrik saat ini banyak digunakan oleh para perokok konvensional yang ingin beralih menjadi lebih sehat.
Penggunaan rokok elektrik diklaim lebih aman daripada efek yang ditimbulkan rokok konvensional.
Padahal, menurut dokter paru Annisa Dian Harlivasari, mengungkapkan rokok elektrik lebih berbahaya.
Hal itu karena kandungan nikotin dalam vape tidak bisa diukur dengan pasti sehingga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
Sayangnya, Annisa mengungkapkan banyak pengguna vape yang tidak menyadari bahwa mereka sudah terkena gejala kesehatan akibat nikotin.
"Banyak vapers yang datang ke rumah sakit dengan gejala pernapasan. Gejalanya seperti batuk-batuk, pneumonia, dan peradangan," bebernya dalam acara diskusi Suara Tanpa Asap Rokok di Jakarta, Kamis (6/6).
Annisa pun menerangkan bagaimana dirinya menemukan seorang pasien yang memiliki gejala pernapasan akibat menghirup rokok elektrik.
"Pasien ini masih muda usianya sekitar 20 tahun, dia merokok elektrik dari 2022 sampai saat ini sebelum masuk rumah sakit," imbuhnya.
"Dia keluhannya seperti orang peradangan paru berat, kita cek yang berhubungan dengan covid, TBC kita cek, berhubungan dengan tifus kita cek semua negatif, rontgen-nya normal," bebernya.
Rupanya, penyakit yang ditimbulkan oleh rokok elektrik tidak bisa terdeteksi dengan pengecekan biasa. Pasien harus melakukan CT scan untuk bisa mengetahui kerusakan paru-parunya.
"Akhirnya saya lanjutkan dengan pemeriksaan CT scan, ada bercak-bercak putih di paru-parunya," sambungnya lagi.
Oleh sebab itu, Annisa berpesan agar para pengguna rokok elektrik maupun rokok konvensional agar tidak menganggap remeh gejala pernapasan yang timbul.
Annisa juga menyarankan agar pengguna rokok elektrik ataupun perokok agar segera berhenti demi menjaga kesehatan sebelum terlambat.
![]() |
Pada saat yang sama, Indonesian Youth Council for Tobacco Control (IYCTC) menjelaskan bahwa penjualan rokok elektrik saat ini masih di luar kendali karena iklan, promosi, dan sponsor rokok yang sangat masif di media sosial dan tak jarang dilakukan oleh influencer.
"Produsen rokok elektrik sangat militan sekali dalam penjualan, mengiklankan, bahkan mempromosikan dengan hal yang menarik untuk kaum muda, ini kondisi gawat darurat untuk kita semua. Pemerintah harusnya belajar dari kejadian masa lampau, ini seperti dejavu, dulu awal rokok jadi tren juga dimulai seperti ini. Seharusnya ini menjadi alarm bagi pemerintah untuk bekerja lebih cepat lagi dalam permasalahan rokok," ungkap Ketua Umum IYCTC Manik Marganamahendra.
Dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini dan juga sebagai bagian dari upaya melawan promosi masif rokok elektrik yang jelas salah kaprah, Social Force in Action for Tobacco Control (SFA for TC) bersama #SuaraTanpaRokok menginisiasi kampanye digital #DirtyEcigs yang dimulai sejak April hingga Juni 2024.
(arm/dia)TERKAIT