16 Puisi Hari Natal 2023 yang Singkat dan Penuh Makna

Insertlive | Insertlive
Jumat, 08 Dec 2023 22:15 WIB
Ilustrasi natal 16 Puisi Hari Natal 2023 yang Singkat dan Penuh Makna / Foto: Getty Images/iStockphoto/Kiwis
Jakarta, Insertlive -

Setiap tahun pada tanggal 25 Desember umat Kristen memperingati hari Kelahiran Yesus Kristus atau biasa disebut dengan Hari Natal. Kata Natal ini berasal dari bahasa Portugis yang berarti kelahiran.

Kata Natal juga berasal dari bahasa Latin yaitu Dies Natalis (Hari Lahir). Pada malam Natal, umat Kristiani melakukan kebaktian, berdoa, dan melantunkan pujian-pujian untuk Tuhan Yesus.

Pujian-pujian ini dilantunkan berupa paduan suara, drama, hingga puisi-puisi tentang Yesus Kristus. Dengan alunan pujian-pujian ini diharapkan malam Natal menjadi lebih syahdu dan nikmat.

ADVERTISEMENT

Untuk itu, berikut 16 Puisi Hari Natal 2023 Singkat dan Penuh Makna. Puisi-puisi ini dapat dibacakan atau dijadikan referensi ketika ingin membuat puisi sendiri.

Puisi 1: Hari Natal
Oleh: Leengnalty

Suara lonceng mulai terdengar hingga ke sudut-sudut kota
mengalun lembut selimuti jelang hari.
"sepertinya hujan tak jadi turun malam ini"

Dinginnya angin di bawah bulan penuh
Serukan kedamaian di hari berbahagia.
Pujian dan syukur berpendar-pendar dari dalam gereja,
menerangi malam yang syahdu.

Di remang jiwa yang percaya
hingga tiada ganti akan kasihnya.
"semoga kita bertemu malam nanti"

Puisi 2: Doa Natal
Oleh: Gordon Neel

Ya Tuhan,
Terang sudah tiba,
Lilin di Betlehem menyala.


Tolonglah saya untuk bersukacita dalam terang
dan dalam cahaya itu melihat sesama saya apa adanya.

Tolonglah saya untuk tetap mengenal dia
sementara Natal tiba, dan cakrawala malam,
sekali lagi dipenuhi dengan terang kelahiran-Mu.

Puisi 3: Selamat Datang Bayi Yesus
Oleh: Brigitta Sani

Selamat datang bayi Yesus
Telah kusiapkan untukmu
tempatmu berbaring dibalut cinta
Telah kusiapkan untukmu
nyanyian pujian penuh sukacita.

Selamat datang bayi Yesus
Telah kunantikan kedatangmu
dengan penuh harap dan iman,
Ku sampaikan sampai ke ujung bumi
Juru Selamat telah datang
Alleluya, muliakanlah Tuhan.

Puisi 4: Percaya
Oleh: Rian

Di suatu malam gelap nan berbintang serta sang langit ikut bergirang,
berkedip satu bintang memancarkan cahaya gemilang.
Yang menghantarkan orang bijak menuju kepada terang.

Bahwa seorang Raja Juru Selamat telah datang.
Tidak seperti bintang biasa, namun bintang yang memberi tanda.

Tanda bahwa dunia ikut berseri karena seorang bayi telah lahir untuk bumi ini.
Untukku, untukmu, dan untuk kita semua.

Karena kedatangan-Nya membawa anugerah untuk setiap orang percaya.
Orang yang mau menerima-Nya sebagai Tuhan Allah Juru Selamat.

Yang akan mengubahkan hidup yang pekat, dosa yang mengikat, dan iblis yang menjilat.

Ya, kita semua akan selamat karena kelahiran bayi yang amat dahsyat.

Puisi 5: Salib
Karya: Husni Djamaluddin

Yesus turun dari tiang salibnya
di bukit Golgotha
tanpa luka di tubuhnya
tanpa darah di jubahnya
tanpa dendam di hatinya

dari bukit itu
Yesus memandang Yerusalem
dengan mata rindu
dan sebelum melangkah turun menuju
Kota Suci
ia menitipkan mahkota duri
pada serdadu Romawi
yang dulu
menyalibnya

di perbatasan kota
Ia dicegat tentara Israel:
kamu Arab atau Yahudi
dan Yesus menjawab lugu:
aku orang Nazaret

ibuku Maria
ayahku Yosef tukang kayu
kau boleh terus
kata tentara Israel yang Yahudi Polandia
masuklah ke Yerusalem
kota yang telah kita rebut
setelah ribuan tahun kita tinggalkan
masuklah dengan rasa bangga di dalam hati
karena kamu pun pemuda Yahudi

Yesus langsung ke sebuah apartemen
tempat tinggal Menachen
anggota parlemen
dari fraksi
yang paling fanatik Yahudi

adakah keresahan
yang ingin kaukemukakan
wahai anak muda
sambut Menachen
dengan ramah

dan Yesus mengimbau dengan sopan
bolehkah aku dipertemukan
di Yerusalem ini
dengan seseorang
yang bernama Yasser Arafat?

Siapa? Anwar Sadat?
tanya Menachen yang kupingnya agak gawat
oh dia sudah pernah ke sini

sekarang dia tentu sedang di Kairo
kalau tidak sibuk menghitung pasir di Sinai
tapi gampang
kalau kau perlu sekali bertemu
beres
kita bisa telepon dia setiap waktu

bukan
bukan Anwar sadat
tapi Yasser
Yasser Arafat
kata Yesus dengan suara yang lebih dikeraskan
mendengar itu
Menachen merah matanya meledak teriaknya
kau gila anak muda
Yasser Arafat kau tahu siapa
dia pemimpin Arab Palestina
musuh Israel nomor satu
musuh kita yang paling kepala batu
mintalah yang lain
jangan yang itu
tak mungkin
tak bakalan lagi kita biarkan
satu senti pun tanah Israel yang sudah kita rebut
untuk disentuh oleh Yasser Arafat

Yesus
kembali ke Golgotha
melewati Via Dolorosa
kepada serdadu Romawi
yang dititipi mahkota duri

Yesus berbisik:

salibkan aku
sekali lagi

Puisi 6: Natal di Bawah Pohon Manggis
Karya: F. Rahardi

Di bawah pohon manggis ada
lampu teplok
kandang kambing
gerimis
tanah becek
dan kentongan dipukul sebelas kali
hari sudah demikian malam
dan dingin
hari sudah sangat sepi
katanya
pada malam seperti inilah
Yesus dilahirkan
tak ada lilin
tak ada lonceng
tak ada baju bagus
hanya mantel butut
bau kencing kambing
mata ngantuk
badan capek
dan udara malam
yang betul-betul dingin
katanya,
Yesus dilahirkan di tempat seperti ini
di timur tengah sana
dulu, 2000 tahun yang lalu.

Puisi 7: Rumus Kristiani
Karya: Remy Sylado

Setiap
hari natal
Kristen
jadi gatal.

Bicara
tahun baru
bicara
baju baru.

Mencari
roh kudus
ketemu
roh kudis.

'Pabila
tidak susah
gereja
tidak usah.

Setelah
datang kesusahan
barulah
senang ingat Tuhan.

Puisi 8: Malam Natal
Karya: Ari Pahala Hutabarat

seperti mendung, yang tiba-tiba turun
ke meja terang

ke gegas orang-orang yang mencari
teduh

dan ingin menyimpan firman
ke rapat baju

seperti terompet masa kecil dan kilau
sungai
dan gitar ayah atau kue buatan bunda

yang merasuk ke pembuluh darah
setelah sangsi melingkar dalam cuaca gatal

dan tamsil tentang santa
perlahan luntur warna

"maafkan kesalahan dan kebiasaan
untuk tak menepati janji

tapi, di tahun depan, ibadah akan
sempurna serta rencana berjalan menuju genap"
mendung milik kita. semoga kekal

semoga senyum dan rasa ramah
jadi dinding dan atap

lesu rumah dan ranjang hampa
semoga angka-angka di almanak hujan
makin jelas

ke gegas musafir yang mencari
teduh
dan menyimpannya ke lubuk tubuh

seperti kilau bintang
di altar malam
di puncak galau

domba yang jadi kekal.

Puisi 9: Meditasi-Meditasi di Malam Natal
Karya: F. Rahardi

pada bulan Desember ini
kami seret lapar dan haus kami
menghadapmu
piring-piring surgawi
jejalilah mulut kami dengan
tahi para nabi
agar kami cukup makan sebulan sekali
agar mulut kami berhenti
menyanyikan suara-suara
menuntut dan bertanya-tanya

pada bulan yang suci ini
kami menghadapmu
wajah-wajah konyol
jahitlah mata kami dengan
rambut para nabi
dan kami akan berhenti meyakini
warna-warna palsu
cakrawala-cakrawala palsu

pada bulan yang kudus ini
kami sujud di hadapanmu
suara-suara sepi
sumbatlah telinga kami dengan
ayat-ayat suci
sebab cukuplah kiranya
telinga kami mengenyam bunyi-bunyi
lagu-lagu palsu itu
pada bulan Desember ini
kami menghadapmu
demensi-demensi konyol
tutuplah hidung kami dengan
napas abadi
hingga tak kami hisap lagi
bau-bauan semu
wangi bunga lely
wangi duniawi.

Puisi 10: Nyanyian Malam Natal
Karya: Umbu Landu Paranggi

malam sunyi
malam sunyi
sorga bunyi
sorga bunyi
dunia ramai
dunia damai

jauh di malam sunyi di padang tiada bernama
di bethlehem-efrata yang tiada berangin
telah lahir kristus di dalam kandang yang hina
berbaring di dalam palungan, berbedung kain lampin

- kristus telah lahir buat seluruh-dunia -
- kristus telah lahir buat semua-manusia -

panjatkan seluruh puji kristus lahir buat seluruh-dunia
nyaringkan semua suara kristus lahir buat semua-manusia

"H A L E L U Y A"

malam sunyi
malam sunyi
sorga bunyi
sorga bunyi
dunia ramai
dunia damai

Puisi 11: Natal
Karya: Sitor Situmorang

tiap kelahiran adalah revolusi
apakah itu seribu tahun yang lalu,
ataukah terjadi saat ini,
pada tiap kelahiran dunia menjadi baru

ada yang lahir di gubuk, ada di ladang,
tapi di mana pun tangis bayi itu lahir,
dalam matanya dunia terbayang,
dalam tangisnya-Kristus hadir,

Kristus anak manusia,
dilahirkan untuk memperbarui dunia,
seperti setiap anak dalam kandungan,
pada zaman dipasrahkan oleh Tuhan.

anak manusia lahir,
malam ini di tengah kita,
siapakah yang ingkar,
akannya pesannya kepada manusia?

menyambut Kristus kita menyambut revolusi,
menyambut Kristus kita membangun dunia baru.

Puisi 12: Natal Pertama
Karya: Andre Hardjana

inilah malam terakhir yang teramat didamba
dalam perjalanan mereka di atas dunia
malaikat yang dengan pedang api di tangan kanan
dan tangan kiri telah menunjuk arah semak-semak berduri
kini tampil kembali dengan bintang di dahi
dan membukakan lagi mereka gerbang
keselamatan yang selama ini terkatup rapat

mereka mengendap-endap menempuh malam
yang telah menenggelamkan sekalian harap
sedang di belakang mereka umat bagaikan serangga
merayap-rayap mencari api sepijar

inilah malam terakhir yang teramat didamba
karena telah mereka jumpai Adam dan Eva kedua
dan selesailah tugas mereka menjelajah dunia
lalu diserahkannya buah larangan di tangan:
dosa pusaka mereka

- terimalah buah yang semula kami duga membawa hayat
Tapi Cuma mengandung sial dan ajal
Dan selesaikanlah perhitungan kami dengan dunia
Dan bapa kami yang di sorga -

Persembahan pertama dari sepasang pengantin pertama
Adalah awal perhitungan tahun kedua
Masa derita buat Adam dan Eva kedua
(Kristus kecil dan Maria bunda sapta sengsara)

lalu mereka pun menghilang, entah ke mana
kerna gembala-gembala dena dalam gegas
napas terengah sudah sampai juga di gua itu
mereka lihat seorang bunda muda memangku seorang putera
sebagaimana malaikat yang berbintang di dahi
telah mewartakannya dalam tingkah lagu
"Gloria di sorga tinggi dan damai buat seluruh bumi"

persembahan gembala-gembala dena itu
serunai buluh telah lahir demi dosa mereka pertama
dan demi kerinduan kita semua.

Puisi 13: Puisi Natal
Oleh: Leengnalty

Suara lonceng mulai terdengar hingga ke sudut-sudut kota
mengalun lembut selimuti jelang hari.
"sepertinya hujan tak jadi turun malam ini"

Dinginnya angin di bawah bulan penuh
serukan kedamaian di hari berbahagia.
Pujian dan syukur berpendar-pendar dari dalam gereja,
menerangi malam yang syahdu.

Di remang jiwa yang percaya
hingga tiada ganti akan kasihnya.
"semoga kita bertemu malam nanti"

Puisi 14: Mari Datang Kepada-Nya
Oleh: Sarlen Julfree Manurung

Satu hari di bulan Desember
Dentang lonceng Gereja riuh bersahutan
Memanggil, mengundang anak-anak Tuhan untuk datang
"Mari masuk, mari semuanya masuk..."
Pintu Rumah Tuhan telah terbuka

Terbuka untukku, untuk kamu, untuk mereka, untuk kita semua,
Sehingga kita bisa larung dalam sukacita,
Bersama-sama merayakan, lahirnya bayi Yesus di Bethlehem
Raja di atas segala raja, Tuhan, Juru Selamat manusia

Puisi 15: Cahaya yang Tinggal Tetap
Oleh: Ellis Rowsey

Ucapan-ucapan dan lagu-lagu Natal sudah berakhir
Kegembiraan perayaan Natal sudah berlalu
dengan para malaikat naik ke Surga,
Orang-orang majus kembali ke Timur.

Tetapi terang yang pernah bersinar di sebuah palungan
Masih menerangi dunia dari kejauhan,
Dan hati yang taat masih mendengarkan nyanyian para malaikat
Dan orang bijak masih mengikuti sebuah bintang

Puisi 16: Musik di Pagi Natal
Oleh: Sarlen Julfree Manurung

"Musik yang kucintai
Bisa mengobarkan kegairahan yang begitu agung
Begitu meredam kesedihan

Begitu menaklukkan rasa sakit
Membangkitkan hatiku yang termenung ini
Seperti yang kita dengar di pagi Natal

Meski kegelapan masih mempertahankan kerajaannya
Dan berjam-jam harus berlalu
Sebelum istirahat pagi
Dari mimpi yang bermasalah

Musik itu dengan ramah membuat kita bangun
Memanggil kita dengan suara malaikat
Untuk bangun dan menyembah
Dan bersukacita"

Semoga puisi-puisi tersebut bermanfaat untuk merayakan hari Natal.

(kpr/kpr)
Tonton juga video berikut:
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER