Apa Sih Sindrom Nasi Goreng yang Bisa Bikin Nyawa Melayang?

Media sosial sedang ramai membahas kasus seorang pemuda berusia 20 tahunan yang meninggal usai terkena Sindrom Nasi Goreng pada 2018 lalu.
Sindrom Nasi Goreng merupakan bahaya mengonsumsi makanan yang dihangatkan, seperti pasta, daging, sayuran, terutama nasi.
Pria tersebut meninggal dunia usai memakan spageti yang ia masak lima hari lalu setelah sebelumnya disimpan di lemari es dan dihangatkan.
Melansir laporan di Clinical Microbiology tahun 2008, Sindrom Nasi Goreng bisa mematikan karena adanya bakteri Bacillus cereus, yang bisa menyebabkan keracunan makanan.
Selain itu, kasus lain yang diterbitkan alam jurnal Frontier, mengungkapkan bahwa gadis berusia 11 tahun mengalami kegagalan organ usai memakan pasta yang ia masak tiga hari lalu dan dihangatkan kembali.
Menurut jurnal tersebut, bakteri Bacillus cereus memang mengakibatkan efek yang parah dari keracunan makanan.
Bakteri ini bisa memicu masalah kesehatan yang serius seperti komplikasi jika memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Meskipun menghangatkan makanan dengan suhu tinggi bisa membunuh banyak bakteri, tetapi tidak dengan Bacillus cereus karena sel spora yang dihasilkan bisa tahan dengan pemanasan.
Bacillus careus juga memiliki kebiasaan buruk yakni mengeluarkan racun berbahaya dalam makanan. Bakteri ini mengeluarkan dua racun, satu menyebabkan diare, dan satunya bisa membuat muntah-muntah.
Racun pertama dilepaskan pada usus kecil usai bakteri ikut ditelan dalam makanan. Bakteri itu bisa menyebabkan diare kram, dan mual.
Gejalanya mulai dirasakan mulai dari 6 sampai 15 jam setelah mengonsumsi makanan yang dihangatkan.
Racun jenis ini biasanya akan muncul pada hidangan daging, susu, sayuran atau ikan.
Sementara racun dari bakteri yang lain akan dilepaskan sebelum makanan dikonsumsi. Racun dari bakteri ini muncul di makanan bertepung dan umumnya ditemukan dalam nasi.
Racun tersebut bisa menyebabkan muntah dan mual dalam waktu yang cepat, yakni 30 menit hingga 6 jam setelah mengonsumsi makanan.
Gejalanya bisa mereda sekitar 34 jam, tetapi jika dalam kondisi yang fatal dan telat penanganan bisa mengakibatkan kematian.
(arm/fik)TERKAIT