Begini Perawatan Khusus Kain Tradisional agar Awet dan Tidak Luntur

Perawatan kain tradisional yang dibuat secara manual seperti tenun harus dilakukan secara khusus agar warna dan motifnya tetap terjaga.

Begitupun dengan busana kontemporer yang memadukan wastra tradisional dengan kain biasa.

Kerri na Basaria, founder & CEO Tobatenun mengungkapkan bagaimana cara untuk merawat kain tradisional, khususnya kain tenun yang terbuat dari bahan dan pewarna alami.

"Tenun alam itu tidak bisa dicuci di mesin dan harus cuci dengan air dingin," ungkapnya dalam acara pembukaan galeri Tobatenun di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Selain itu, saat mencuci penting juga untuk menghindari penggunaan deterjen. Kain tradisional yang menggunakan pewarna alami dianjurkan dicuci dengan sampo atau sabun mandi.

Kain tenun juga disarankan tidak di jemur langsung di bawah sinar matahari karena bisa mengakibatkan kelunturan.

"Tidak bisa deterjen, hanya bisa shampo atau sabun biasa," beber Kerri.

"Tidak bisa dikeringin di matahari, lebih di angin-angin aja. Karena pewarna alam atau tenun kalau terpapar matahari bisa pudar warnanya," sambungnya.

Sementara itu, tempat penyimpanan kain tradisional juga harus diperhatikan. Tidak boleh di tempat yang lembap.

"Disimpannya di tempat kering dan tidak lembap karena pewarna alam suka mengudang serangga-serangga," imbuhnya.

Kain tenun/ Foto: Arman/InsertLive

Tobatenun untuk pertama kalinya akan melakukan peragaan busana di ajang Jakarta Fashion Week 2024 pada hari ini, Selasa (24/10).

Mereka akan menampilkan koleksi bertajuk Maha Rani yang terinspirasi dari pesta panen masyarakat di Karo, Sumatera Utara.

Sebanyak 16 koleksi yang diambil dari motif kain uis, beka buluh, dan jungkit siwa akan ditampilkan.

Dari segi warna, Tobatenun memilih warna Sunkiss Coral yang didominasi warna ungu dan oranye, berbeda dengan warna asli kain tradisional Karo yang biasanya berwarna merah.