Tuhan Maha Digdaya, NASA Bingung pada 1 Planet yang Seharusnya Binasa

SYAFRINA SYAAF | Insertlive
Selasa, 03 Oct 2023 10:00 WIB
Planet 8 Ursae Minoris b Foto: Twitter/@nasaexoplanets
Jakarta, Insertlive -

NASA (National Aeronautics and Space Administration) menemukan sebuah planet besar yang entah bagaimana mengorbit sebuah bintang yang seharusnya menghancurkan planet tersebut. 

Planet 8 Ursae Minoris b, menurut pengamatan NASA, mengorbit sebuah bintang yang berjarak sekitar 530 tahun cahaya dan sedang dalam tahap kematiannya.

Layaknya bintang raksasa merah yang membengkak, bintang tersebut diperkirakan meluas melampaui orbit planetnya sebelum menyusut ke ukurannya yang sekarang masih  raksasa. Dengan kata lain, bintang tersebut akan menelan dan mengoyak planet-planet yang mengorbit di sekitarnya.

ADVERTISEMENT

Namun, ada satu planet yang tetap berada pada orbit dalam kondisi stabil dan hampir melingkar.

NASA mengandalkan pengukuran aktual menggunakan Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) saat menemukan planet 8 Ursae Minoris b. 

Akhirnya NASA menyimpulkan bahwa penemuan yang janggal tersebut merupakan fakta bahwa proses pembentukan dan kehancuran planet jauh lebih rumit serta tidak dapat diprediksi seperti yang orang banyak pikirkan selama ini. 

Bintang-bintang seperti misalnya Matahari, kata NASA, saat mendekati akhir masa hidup mulai menghabiskan kandungan bahan bakar nuklir. Lalu, mereka menjadi raksasa merah, berkembang, hingga ukuran maksimal. Jika hal ini terjadi, bintang akan membesar dari pusatnya menjadi 0,7 unit astronomi, yaitu sekitar tiga perempat jarak Bumi ke Matahari. Selanjutnya, mereka akan menelan dan menghancurkan planet-planet yang mengorbit di dekatnya sebagai proses akhir menuju kepunahan. 

Anehnya, Planet 8 Ursae Minoris b, dunia gas yang besar, berukuran sekitar 0,5 unit astronomi, atau AU malah tidak hancur, justru semakin mengorbit pada bintang sekitarnya. Seharusnya planet ini tidak mungkin selamat dari peristiwa penelanan.


Penulis utama penelitian, Marc Hon, mengusulkan dua kemungkinan lain, planet 8 Ursae Minoris b benar-benar selamat dari penggabungan dua bintang atau merupakan planet baru yang terbentuk dari puing-puing yang ditinggalkan oleh penggabungan.

Horn memaparkan, skenario pertama berawal dengan dua bintang seukuran Matahari mengorbit berdekatan satu sama lain dan planet mengorbit keduanya. Salah satu bintang berevolusi sedikit lebih cepat dibandingkan bintang lainnya, melewati fase raksasa merah, melepaskan lapisan terluar, dan berubah menjadi katai putih, sisa bintang yang kecil, tapi bermassa tinggi.

Kemudian, bintang yang lainnya baru saja mencapai tahap raksasa merah sebelum keduanya bertabrakan. Alhasil, planet yang tersisa hanyalah raksasa merah yang kita lihat sekarang. Namun, penggabungan ini menghentikan raksasa merah tersebut untuk berkembang lebih jauh, sehingga planet yang mengorbitnya terhindar dari kehancuran.

Dalam skenario kedua, penggabungan dua bintang yang dahsyat akan mengeluarkan banyak debu dan gas yang membentuk piringan di sekitar raksasa merah yang tersisa. Cakram "protoplanet" menyediakan bahan mentah untuk membentuk planet baru. Proses ini semacam kehidupan kedua tahap akhir dalam sistem planet, meskipun bintang masih mendekati akhir.

Bagaimana para astronom dapat menyimpulkan rangkaian peristiwa kacau ini dari pengamatan masa kini? Semuanya bermuara pada fisika bintang yang dipahami dengan baik.

TESS yang berburu planet berguna untuk mengamati kegelisahan dan gempa pada bintang-bintang jauh. Proses ini mengikuti pola yang diketahui selama fase raksasa merah (Melacak osilasi semacam itu pada bintang dikenal sebagai "asteroseismologi.")

Pola osilasi pada 8 Ursae Minoris, menurut temuan tim penemu, cocok dengan pola osilasi raksasa merah pada tahap akhir pembakaran helium. Maksudnya, bukan pola osilasi yang masih terus berkembang seperti saat ini, membakar hidrogen. Jadi, bukan berarti bintang tersebut masih berkembang dan belum mencapai planet. Krisis telah datang dan pergi, tapi planet 8 Ursae Minoris tetap ada, entah kenapa. 

Tim peneliti dengan Marc Hon dari Universitas Hawaii sebagai pemimpin menuangkan hasil temuan mereka pada makalah bertajuk A Close-in Giant Planet Escapes Engulfment by Its Star pada Juni 2023 lalu di jurnal Nature.

(syf/syf)
Tonton juga video berikut:
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER