Pandangan Islam soal Istri Ceraikan Suami Saat Sakit

Rumah tangga Indra Bekti dan Aldilla Jelita kini berada di ujung tanduk.

Aldilla Jelita dikabarkan menggugat cerai Indra Bekti melalui Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Senin (27/2).

"Per hari ini Dila mengajukan gugatan perceraian kepada Bekti, per hari ini baru didaftarkan," ungkap Milano Lubis selaku kuasa hukum Aldila Jelita saat ditemui di kawasan Brawijaya, Jakarta Selatan, Senin (27/2).

Indra Bekti sendiri menerima keputusan sang istri dengan lapang dada dan mengaku akan menyelesaikan perceraian mereka secara baik-baik.

Selain itu, Indra Bekti dan Aldilla Jelita juga akan sepakat menjual rumah keduanya dan siap berbagi hak asuh anak.

Sayangnya, kabar perceraian ini justru membuat publik menyayangkan sikap Aldilla Jelita yang dinilai tak memperhatikan kondisi Indra Bekti.

Indra Bekti diketahui masih belum benar-benar pulih dari penyakitnya dan memerlukan bantuan istri untuk kesehariannya.

"Dari awal sudah mengira. Kejadian Gugun Gondrong akan terulang kembali," komentar akun @herm*** dalam akun Instagram Lambe Turah.

"Ini kek sinetron-sinetron yang awalnya suami kaya terus jatuh sakit dan miskin dan istrinya berpaling atau ninggalin suaminya itu kan. Kalu yang kek gitu sih ga heran," sambung akun @windi***.

"Cari istri yang cantik mudah. Yang setia di saat kaya di saat sehat mudah. Tapi istri yang mau menemani di saat Nol dan merawat di kala sakit syusah," tandas akun @wula***.

Di sisi lain, secara pandangan Islam, istri seharusnya tidak menambah kesusahan suami. Apalagi suami sedang membutuhkan bantuan dalam merawat dan menjaganya.

"Bila suami dalam keadaan uzur memerlukan bantuan, penjagaan oleh si istri, maka hal ini perlunya ada usaha dari si istri untuk menjaga, membantu dan itu adalah bagian daripada pengorbanan, seperti amal perbuatan yang baik di mana mendatangkan manfaat untuk orang lain," kata Habib Ali Zaenal, dikutip dari YouTube B-PRAST HD.

Menurut Habib Ali Zaenal, suami memiliki hak terbesar dari Allah Swt. terhadap istri.

Kendati demikian, perceraian bisa menjadi pilihan bila sang istri terseret dalam dosa yang lebih besar dan hal yang dibenci Allah Swt.

"Harus melihat kondisi dulu karena tak selalu istri yang berkorban sepenuhnya sampai penghujung hayat. Tak juga mengambil kesempatan dengan ditinggalkan," bebernya.

"Kecuali dalam kondisi istri berbuat dosa lebih besar lagi, maka perkara akan diserahkan ke pihak berwajib dan hakim menentukan boleh meminta cerai atau tidak," pungkasnya.