Heboh Demam Keong, Gejalanya Kulit Gatal-gatal hingga Perut Membesar
Foto: Getty Images/iStockphoto/Andrei Vasilev
Penyakit demam keong atau schistosomiasis tengah menjadi perhatian di dunia kesehatan.
Pada acara Peringatan Hari NTDs Sedunia yang diselenggarakan Kemenkes, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu menyebut demam itu pertama kali ditemukan di Sulawesi Tengah.
"Ada penyakit penyakit lain yang NTDs (penyakit tropis terabaikan atau neglected tropical disease) schistosomiasis. Penyakit ini cuma ada di Provinsi Sulawesi tengah yaitu Poso dan di Kabupaten Sigi. Ini penyakit satu satunya yang masih di endemis di Asia Tenggara," beber Maxi pada Selasa (21/2).
Maxi berharap demam keong ini bisa diberantas pada 2030 mendatang sama seperti NTDs lainnya.
"Kami harapkan tentu schistosomiasis ini bisa dieliminasi di tahun 2030," lanjutnya mengutip detikcom.
Demam keong disebabkan oleh cacing parasit dan menjadi penyakit tropis terabaikan yang ada di Indonesia.
Penyakit ini bisa menyerang bila ada cacing schistosomiasis yang menembus kulit hingga ke organ tubuh melalui pembuluh darah.
Seorang peneliti Global Health Security Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut jika demam keong tidak ditangani dengan benar bisa membahayakan pasien.
Gejala yang dialami penderita demam keong terbagi menjadi tiga stadium. Mulai dari kulit gatal-gatal hingga kerusakan hati.
"Penyakit ini dapat menjadi serius bila tidak ditangani. Ada tiga stadium yang terjadi bila terkena penyakit ini. Pada stadium awal, kulit akan gatal-gatal karena serkaria menembus kulit," papar Dicky.
"Stadium kedua, dimulai saat cacing dewasa betina bertelur. Gejala yang timbul adalah demam, diare, berat badan menurun, dan gejala disentri. Pada stadium menahun, tanda yang muncul adalah kerusakan hati atau sirosis hati dan limfa," lanjutnya.
Selain itu tubuh para penderita demam keong juga menjadi lemas dan mengalami perut yang membesar.
"Pengidap akan menjadi lemah dan perut akan membesar. Bila tidak diobati, dapat meninggal dunia. Selain itu, anak yang terinfeksi penyakit ini dapat mengalami kelainan pertumbuhan dan kelemahan kognitif," kata Dicky.
(agn/fik)
TERKAIT