5 Fakta Penting Limbah Fashion dan Dampak Buruk pada Krisis Iklim
UN Conference of Trade and Development (UNCTD) 2019 membongkar data bahwa fashion menjadi industri paling berpolusi nomor dua di dunia.
industri fashion menghasilkan sepuluh persen dari emisi karbon yang mempengaruhi krisis iklim.
Bahkan, jumlah emisi karbon dari industri fashion lebih besar daripada total emisi yang dihasilkan dari gabungan industri jasa pengiriman dan penerbangan.
Hal tersebut yang akhirnya memicu sejumlah gerakan untuk menekan tingkat emisi karbon dunia terutama dari industri fashion.
Salah satu gerakan yang masif dilakukan adalah dengan cara mengurangi pembelian baju dengan jumlah berlebihan.
Berikut ini merupakan sejumlah fakta penting tentang limbah fashion dunia:
1. Ragam Rupa Limbah Fashion
Limbah fashion ternyata memiliki beragam bentuk dan salah satunya adalah limbah cairan.
Ada sekitar dua puluh persen limbah cairan di dunia yang berasal dari industri fashion.
Limbah cari tersebut berasal dari air sisa proses pewarnaan tekstil yang kemudian menjadi polutan air terbesar kedua di dunia.
Limbah ini bahkan mengandung zat-zat sisa pewarna kimia sintetis yang berbahaya bagi lingkungan.
Selain itu, ada juga limbah fashion yang berbentuk padat seperti sisa kain dari produksi pakaian di pabrik serta pakaian tak terpakai terbuang.
Miris, ada sebagian bahan pakaian yang tidak mudah terurai secara alami seperti polyester dan nilon.
Bahan-bahan pakaian yang terbuat dari polyester dan nilon ini membutuhkan waktu antara 20-200 tahun untuk bisa terurai.
Meski begitu, bahan pakaian yang terbuat dari katun terutama dengan kemurnian 100 persen dapat terurai secara alami.
Bahan pakaian dari katun tersebut dapat terurai dalam hitungan satu minggu hingga lima bulan.
2. Industri Fashion Berdampak Terhadap Krisis Iklim
Setiap tahap rantai pasokan fashion dan siklus produk dari industri fashion menghasilkan emisi karbon yang sangat besar.
Bagian hulu industri fashion seperti produksi dan pemrosesan bahan mentah menjadi pengasil sekitar 70% emisi karbon.
Berbagai dampak industri fashion terhadap krisis iklim di antaranya terkait air, bahan kimia, penggundulan hutan, limbah tekstil, serta mikroplastik yang tidak bisa terurai secara alami.
Industri fashion juga menyerap sumber daya air yang sangat banyak. Sebagai contoh, produksi satu celana jeans bisa menghabiskan 7.500 liter air.
Sementara itu, produksi sehelai kaus katun bisa menghabiskan sekitar 700 galon air.
Hal tersebut yang membuat industri fashion menjadi salah satu pemakai terbanyak stok air dunia.
(ikh/syf)