5 Fakta Penting Limbah Fashion dan Dampak Buruk pada Krisis Iklim

Insertlive | Insertlive
Kamis, 14 Apr 2022 14:20 WIB
Fashion 5 Fakta Penting Limbah Fashion dan Dampak Terhadap Krisis Iklim
Jakarta, Insertlive -

UN Conference of Trade and Development (UNCTD) 2019 membongkar data bahwa fashion menjadi industri paling berpolusi nomor dua di dunia.

industri fashion menghasilkan sepuluh persen dari emisi karbon yang mempengaruhi krisis iklim.

Bahkan, jumlah emisi karbon dari industri fashion lebih besar daripada total emisi yang dihasilkan dari gabungan industri jasa pengiriman dan penerbangan.

ADVERTISEMENT

Hal tersebut yang akhirnya memicu sejumlah gerakan untuk menekan tingkat emisi karbon dunia terutama dari industri fashion.

Salah satu gerakan yang masif dilakukan adalah dengan cara mengurangi pembelian baju dengan jumlah berlebihan.

Berikut ini merupakan sejumlah fakta penting tentang limbah fashion dunia:

1. Ragam Rupa Limbah Fashion

Limbah fashion ternyata memiliki beragam bentuk dan salah satunya adalah limbah cairan.

Ada sekitar dua puluh persen limbah cairan di dunia yang berasal dari industri fashion.


Limbah cari tersebut berasal dari air sisa proses pewarnaan tekstil yang kemudian menjadi polutan air terbesar kedua di dunia.

Limbah ini bahkan mengandung zat-zat sisa pewarna kimia sintetis yang berbahaya bagi lingkungan.

Selain itu, ada juga limbah fashion yang berbentuk padat seperti sisa kain dari produksi pakaian di pabrik serta pakaian tak terpakai terbuang.

Miris, ada sebagian bahan pakaian yang tidak mudah terurai secara alami seperti polyester dan nilon.

Bahan-bahan pakaian yang terbuat dari polyester dan nilon ini membutuhkan waktu antara 20-200 tahun untuk bisa terurai.

Meski begitu, bahan pakaian yang terbuat dari katun terutama dengan kemurnian 100 persen dapat terurai secara alami.

Bahan pakaian dari katun tersebut dapat terurai dalam hitungan satu minggu hingga lima bulan.

2. Industri Fashion Berdampak Terhadap Krisis Iklim

Setiap tahap rantai pasokan fashion dan siklus produk dari industri fashion menghasilkan emisi karbon yang sangat besar.

Bagian hulu industri fashion seperti produksi dan pemrosesan bahan mentah menjadi pengasil sekitar 70% emisi karbon.

Berbagai dampak industri fashion terhadap krisis iklim di antaranya terkait air, bahan kimia, penggundulan hutan, limbah tekstil, serta mikroplastik yang tidak bisa terurai secara alami.

Industri fashion juga menyerap sumber daya air yang sangat banyak. Sebagai contoh, produksi satu celana jeans bisa menghabiskan 7.500 liter air.

Sementara itu, produksi sehelai kaus katun bisa menghabiskan sekitar 700 galon air.

Hal tersebut yang membuat industri fashion menjadi salah satu pemakai terbanyak stok air dunia.

Tingkat konsumtif terhadap beragam produk pakaian terus meningkat di dunia dari tahun ke tahun.

Salah satu faktor penyebab meningkatnya komsumtif pakaian adalah budaya fast fashion.

Budaya fast fashion ini identik dengan produksi berbagai model pakaian dalam waktu singkat serta menggunakan bahan baku yang buruk dan murah.

Frekuensi rata-rata sebuah brand dulunya hanya merilis dua jenis koleksi, yaitu untuk musim panas dan musim dingin.

Namun, sekarang ada brand global yang berani merilis hingga belasan hingga puluhan koleksi busana per tahun.

Sejumlah gerakan melawan budaya fast fashion ini memilih model dan warna pakaian yang tak lekang oleh waktu.

4. Peran Perilaku konsumen

Perilaku konsumtif masyarakat juga menjadi faktor pendorong yang meningkatkan jumlah produksi fashion di dunia.

Model pakaian yang terus berkembang lantas disambut dengan minta belanja yang tinggi dari masyarakat.

Permintaan yang besar dari pasar membuat tingkat produksi semakin meningkat.

Peningkatan jumlah produksi akhirnya juga memperbanyak limbah fashion dari pabrik.

Tak hanya itu, perkembangan industri pakaian bekas juga menjadi momok.

Industri pakaian bekas bisa berkembang karena banyaknya sisa pakaian yak tak terpakai dan kemudian dijual kembali.

5. Limbah fashion Bisa Ditekan

Salah satu cara untuk menekan budaya konsumtif dan limbah fashion adalah dengan mengurangi tingkat belanja produk fashion.

Cara lain yang paling sederhana menekan limbah fashion adalah dengan menjual kembali atau mendonasikan pakaian lama yang masih layak pakai.

Selain itu ada juga cara menekan limbah fashion dengan memaksimalkan kreativitas dalam mendesain ulang pakaian yang sudah lama agar menjadi baru kembali.

Meski begitu, mengatur seseorang untuk lebih bijak dalam berbelanja tentu bukan perkara mudah.

Namun, menjadi konsumen yang cerdas dan bertanggung jawab bukan hal yang tak bisa dilakukan.

Salah satu cara menjadi konsumen yang cerdas adalah dengan memastikan pakaian tersebut diproses secara berkelanjutan seperti penggunaan bahan daur ulang dan tahan lama.

(ikh/syf)
1 / 2
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER