Komeng Cairkan Suasana Rapat, Singgung Isu Banjir Jakarta Lewat Guyonan Kocak
Komedian Alfiansyah Bustami atau yang lebih dikenal sebagai Komeng selalu menemukan cara untuk membuat suasana serius menjadi cair bahkan dalam rapat resmi sekali pun.
Komeng baru-baru ini melontarkan celotehan yang menghibur dalam rapat resmi bersama dengan Kementerian Kehutanan. Tak hanya melontar guyonan yang mengundang tawa, Komeng juga menyampaikan sentilan tajam soal isu banjir.
Gaya khas Komeng saat membuka pembicaraan pada rapat itu mengundang sorotan dari publik. Ia menyapa pihak kementerian yang menurutnya sedang berulangtahun, sebuah plesetan daru singkatan Menteri Kehutanan (Menhut).
"Alhamdulillah dan terima kasih, eh bisa ketemu dengan kementerian yang lagi ulang tahun ya? Menhut," kata Komeng, mengundang tawa dari para peserta rapat dalam video yang beredar di media sosial, dikutip Rabu (17/9).
Meski menggunakan gaya yang santai, Komeng membawakan aspirasi serius dari daerah pilihannya yakni Jawa Barat. Pada momen itu, Komeng menyoroti masalah deforestasi atau penggundulan hutan yang telah sampai ke taraf mengkhawatirkan.
Komeng secara spesifik menyebut hilangnya hutan adat di salah satu wilayah sebagai bukti nyata ancaman tersebut dan meminta perlindungan serta solusi dari pemerintah pusat.
"Ya dari Jabar sebenarnya cuman mohon perlindungan masalah deforestasi. Makin hilangnya hutan, lahan hutan. Eh seperti di Ciamis, hutan adat sudah hampir hilang," kata Komeng dengan nada serius.
Lebih lanjut, Komeng kemudian menyinggung isu banjir Jakarta yang dikemas dalam balutan komedi yang cerdik. Ia menyentil Jakarta yang selalu menyalahkan Jawa Barat sebagai penyebab banjir.
Puncak komedi Komeng adalah saat ia menyebut hewan-hewan hutan sudah masuk tol dengan merujuk pada salah satu merek mobil.
"Permasalahannya memang kadang-kadang di Jakarta tapi kita selalu disalahkan, seperti banjir, katanya datang dari Jabar, karena Jakarta sendiri seperti Hutan Kayu dan Hutan Panjang sudah tidak ada. Walaupun hewannya sudah masuk ke tol seperti Kijang, dan Kijang itu Kijang Innova ya," kata Komeng, mengundang tawa riuh dari peserta rapat.
Pada kesempatan yang sama, Komeng juga mengakui bahwa adanya dilemma yang dihadapi di mana ada kebutuhan untuk membuka lahan demi ketahanan pangan, tetapi di satu sisi kebijakan itu berisiko mempercepat hilangnya kawasan hutan yang tersisa.
"Memang agak sulit, di satu sisi kita membuka hutan untuk pangan karena ingin menjadi lumbung pangan, dan di satu sisi hutannya jadi semakin hilang," pungkas Komeng.
(asw)