Profil Meutya Hafid Menkominfo Kabinet Prabowo-Gibran yang Pernah Disandera ISIS
Sosok Meutya Hafid menjadi sorotan setelah resmi ditunjuk sebagai Menteri Komunikasi dan Digital yang sebelumnya bernama Menteri Komunikasi dan Informatika.
Meutya menjadi Menteri Komunikasi dan Digital menggantikan Budi Arie Setiadi yang kini menjabat sebagai Menteri Koperasi pada masa pemerintahan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming.
Publik pun menyoroti sosok Meutya yang merupakan seorang jurnalis sebelum dirinya terjun ke dunia politik. Wanita kelahiran Bandung itu juga pernah disandera oleh ISIS.
Profil Meutya Hafid
Meutya Viada Hafid menempuh pendidikan dasar di SD Menteng 02 dan melanjutkan di SMPN 1 Jakarta. Ia lalu menamatkan pendidikan menengah atas di SMAN 8 Jakarta.
Meutya lalu melanjutkan pendidikannya di Manufacturing Engineering The University of New South Wales Sydney pada 1996-2000 dan Universitas Indonesia untuk program S-2 Ilmu Politik.
Setelah selesai menempuh pendidikan, ia mengawali kariernya sebagai reporter di Metro TV. Sosok Meutya sempat membuat heboh Indonesia ketika dia bertugas di Irak pada tahun 2005 silam.
Saat itu hari Jumat (18/2) tahun 2005, Associated Press Television News menerima sebuah tayangan video yang memperlihatkan dua reporter Metro TV yang hilang sedang didampingi dua pria bersenjata.
Reporter itu adalah Meutya Hafid dan kameramen Budiyanto. Mereka terlihat sedang berdiri di bawah terik matahari sambil memegang paspor dan ID Card Metro TV.
Dalam rekaman tersebut terdengar suara yang menanyakan maksud keberadaan Meutya dan Budiyanto serta mengancam jiwa mereka.
"Kami sedang menyelidiki alasan mereka di negara ini. Kami meminta pemerintah Indonesia untuk mengklarifikasi status mereka dan mengatakan kepada kami alasan mereka berada di negeri ini. Jika tidak, jiwa mereka terancam," suara dalam rekaman tersebut.
Dilaporkan bahwa kelompok Mujahidin Irak yang telah menyandera mereka. Kemudian, setelah video itu diproses, akhirnya Meutya dan Budiyanto bebas dari sandera. Mereka lantas mendapatkan cendera mata berupa Al-Qur'an dan kerudung warna biru bercorak. Sementara itu, Budiyanto mendapatkan Al-Qur'an, tasbih, dan peci berwarna putih.
(agn/and)