Deddy Dhukun Bicara soal Sulitnya Perjuangkan Royalti Musik: Memprihatinkan

Deddy Dhukun merupakan musisi senior Tanah Air yang sudah berkarya sejak 1983. Kala itu, Deddy Dhukun debut dalam duo 2D yang beranggotakan dirinya dan alm. Dian Pramana Poetra.

Berkarier puluhan tahun di blantika musik Indonesia, terdapat satu hal yang cukup meresahkan Deddy Dhukun, yaitu pembagian royalti yang tidak adil.

Menurut Deddy Dhukun, persoalan royalti musik di Indonesia masih menguntungkan sebelah pihak saja.

Deddy Dhukun mengungkapkan dirinya hanya mendapatkan keuntungan sebesar Rp25-30 juta per enam bulan dari lagu-lagu ciptaannya.

"Masih tanda tanya semuanya, royalti nggak jelas, dalam arti kata masih diabu-abukan sama mereka. Mereka bisa beli kapal, beli rumah di luar negeri," kata Deddy Dhukun saat ditemui pada Jumat (18/8).

"Kita sebagai komposernya, contohlah seperti saya salah satu yayasan yang mengurus lagu saya, gaji saya per enam bulan paling top Rp25-30 juta, seharusnya seperti saya itu di luar negeri bikin satu hit bisa miliyaran, dan lagu saya lebih dari 30 yang hit," sambungnya.

Berbagai upaya pernah dilakukan Deddy Dhukun memperjuangkan royalti. Ia bahkan pernah meminta bantuan DPR dan MPR. Namun, tidak pernah membuahkan hasil.

"Dari zaman dulu sama Om Dodo sudah ke DPR, ke MPR, mental. DPR, MPR bilang oke, sampai sekarang banyak teman-teman bilang kita mau ini mau itu, tapi semua itu nggak ada hasilnya, ngambang semuanya," ungkapnya.

"Itulah yang memprihatinkan untuk kita," imbuhnya.

Deddy Dhukun berharap kedepannya urusan royalti ini semakin baik, sehingga musisi di Indonesia bisa hidup sejahtera.

"Saya ingin musik Indonesia ini diakui oleh masyarakat Indonesia, diterima produser musik Indonesia, dan sistem pembayaran musik dan lagu benar-benar adil, karena dari tahun 80 sampai saat ini yang makan uang lagu, royalti semua adalah para produser, saya minta produsernya jujur," pungkasnya.