Inikah Negara Pertama yang Tolak Ustaz Abdul Somad Sebelum Singapura?
Ustaz Abdul Somad (UAS) baru-baru ini menjadi pembicaraan usai mengaku dideportasi dari Singapura pada Selasa (27/5).
UAS menyampaikan langsung hal tersebut melalui Instagram miliknya dengan unggahan foto dirinya berada di dalam ruangan sempit.
"Uas di ruang 1x2 meter seperti penjara di imigrasi, sebelum dideportasi dari singapore," tulis Ustaz Abdul Somad.
UAS tiba di Singapura pada Senin (16/5). Ketika melewati imigrasi, ia dilarang masuk dan dipisahkan dari rombongannya.
Menurut keterangan Duta Besar Indonesia untuk Singapura, UAS dilarang masuk ke Singapura karena UAS lantaran tidak memenuhi kriteria untuk berkunjung ke negara tersebut.
Bahkan pihak Otoritas Imigrasi dan Pemeriksaan Singapura (ICA) telah menetapkan status not to land (larangan mendarat atau masuk) kepada UAS.
Diketahui ini bukan pertama kalinya UAS ditolak kedatangannya di sebuah negara. Sebelum Singapura, negara lainnya, seperti Inggris, Jerman, Belanda dan Swiss sempat melarang UAS berkunjung ke negaranya.
Sementara negara pertama yang melarang tokoh Muslim tersebut untuk datang ke negaranya adalah Hong Kong. Ia dilarang masuk Hong Kong pada Desember 2017 lalu.
Ia ditolak oleh otoritas setempat untuk memasuki Hong Kong setibanya di bandara. UAS lantas kecewa karena batal berdakwah untuk Tenaga Kerja Indonesia di Hong Kong.
Melalui media sosial Facebook, UAS menjelaskan kronologi penolakannya di Hong Kong.
Saat itu, ia tiba di bandara Hong Kong pukul 16.00 waktu setempat dan sejumlah orang yang diduga petugas imigrasi menghadang dirinya dan dua asistennya ketika hendak turun dari pesawat.
"Keluar dari pesawat, beberapa orang tidak berseragam langsung menghadang kami dan menarik kami secara terpisah," tulis Ustaz Abdul Somad di akun Facebook pribadi.
Kemudian, UAS merasa makin disudutkan usai diminta membuka dompet untuk pemeriksaan identitas, termasuk pemeriksaan kartu anggota Rabithah Alawiyah (Organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia).
Dia mengatakan bahwa pihak imigrasi Hong Kong sepertinya curiga dengan kartu tersebut karena terdapat logo bintang dan tulisan dengan huruf Arab.
"Saya jelaskan. Di sana saya menduga mereka tertelan isu terorisme," katanya.
"Saya jelaskan bahwa saya murni pendidik. Intelektual Muslim lengkap dengan latar belakang pendidikan saya," ujarnya.
Setelah melakukan pemeriksaan, ia langsung dibawa menuju ke pesawat untuk kembali ke Jakarta tanpa penjelasan apa pun.
UAS pun meminta maaf kepada para TKI di Hong Kong karena kejadian tersebut dirinya harus membatalkan jadwal berdakwah.
(fik)