Pernah Alami KDRT, Ini 5 Fakta Wanita Sulawesi yang Kini Sukses di Dubai

4. Sering Berganti Majikan
Pada tahun 2014, Ani sampai di tempat majikannya. Ani mengungkapkan bahwa ia dituntut untuk mampu melakukan semua pekerjaan rumah tangga.
Dia bertugas untuk menyiapkan sarapan untuk anak-anak majikan, hingga pekerjaan laki-laki seperti mencuci mobil. Menurutnya, pekerjaan tersebut tidak sebanding dengan penghasilannya.
"Gaji saat itu Rp2,5 juta. Tidak ada jam kerja. Pokoknya bangun pagi lantas siapkan sarapan, cuci mobil, cuci karpet," katanya.
Ani juga sempat lima kali ganti majikan dalam waktu tujuh bulan. Kala itu, ia merasa jenuh dan ingin kembali ke Indonesia.
"Saat itu, pasrah ma. May ma pulang Indonesia," ucapnya.
Namun, suatu hari, ia mendapat tawaran untuk menajdi cleaning service. Tak bertahan lama, Ani ganti pekerjaan sebagai staf di kantor konsultan penyalur tenaga kerja dengan gaji Rp10 juta per bulan.
5. Bangun Perusahaan Sendiri
Sukses menjadi staf di kantor konsultan penyalur tenaga kerja, Ani memutuskan untuk membangun perusahaan sendiri di bidang serupa.
Dia bahkan telah mengantongi kepercayaan relasinya di Dubai untuk mendirikan perusahaan tersebut dengan namanya.
Perusahaan penyalur tenaga kerja itu diberi nama Alichani Human Resources Consultancy yang mengatur tenaga kerja seperti asisten rumah tangga, sopir, pengurus panti jompo, dan sebagainya.
"Tidak sembarangan orang bisa buat kantor begitu. Di Dubai itu harus bikin surat izin yang harus ada orang Arab yang menjadi atas nama, saya menjadi owner dan saya yang kelola itu kantor," tuturnya.
Pencapaiannya saat ini tidak pernah terlintas di pikiran Ani. Kini dia mampu hidup lebih nyaman tanpa bayang-bayang utang.
"Semua utang sudah saya bayar," pungkasnya.
TERKAIT