Pernah Alami KDRT, Ini 5 Fakta Wanita Sulawesi yang Kini Sukses di Dubai

Insertlive | Insertlive
Kamis, 05 May 2022 14:36 WIB
Pernah Terlilit Utang, Ini 5 Fakta Wanita Sulsel yang Sekarang Sukses di Dubai Pernah Alami KDRT, Ini 5 Fakta Wanita Sulawesi yang Kini Sukses di Dubai (Foto: Agung Pramono/detikSumSel)
Jakarta, Insertlive -

Tidak ada kesuksesan yang diraih dengan mudah. Di balik kesuksesan seseorang, pasti terdapat pengorbanan dan perjuangan yang telah dilalui.

Seperti Nur Afni Ramang, seorang wanita asal Sulawesi Selatan yang kini menjadi pebisnis sukses di Dubai menyimpan kisah penuh haru dalam perjalanannya menuju sukses.

Seperti apa kisah Nur Afni Ramang yang dulu hidup kesulitan hingga berhasil membangun perusahan di Dubai? Merangkum dari detikcom, berikut fakta-faktanya:

ADVERTISEMENT

1. Pernah Alami KDRT oleh Mantan Suami

Nur Afni Ramang telah hidup sulit lantaran kedua orang tuanya meninggal dunia sejak dirinya masih kecil. Setelah menikah pun ia harus merasakan pedihnya perceraian.

Nur Afni menikah dengan seorang ASN di Dinas Sosial Pemkab Soppeng pada tahun 2002. Namun, pernikahannya tidak berjalan dengan mulus.

Setelah dikaruniai oleh dua orang anak, pasangan tersebut memutuskan untuk bercerai karena sang suami kerap bersikap kasar.

"Saya cerai karena (mantan suami) suka mabuk, sering begadang, kalau pulang sering marah-marah dan berlaku kasar," ungkap Nur Afni Ramang seperti dikutip detikcom.

2. Pernah Terlilit Utang

Sebelum memutuskan ke Dubai, ibu dari dua orang anak ini bahkan memiliki utang hingga Rp200 juta yang membuatnya terpaksa menggadaikan sertifikat rumahnya.


"Sekitar Rp200 juta utangku dulu. Orang-orang pada datang ke rumah menagih, sampai sertifikat rumah saya jaminkan sama orang untuk bayar utang sebagian," ungkap Nur Afni.

Nur Afni terjerat utang tersebut akibat menjalankan usaha pinjam uang. Pada awalnya, usaha pinjam uangnya itu berjalan sukses. Dia berhasil menarik banyak nasabah hingga dia berani untuk menambah modal mencapai Rp450 juta yang dia terima dari kerabatnya sebagai pinjaman.

"Ada dulu kepala dinas di Soppeng, saya kasih pinjamkan uang sekitar Rp450 juta, itu modal keluarga yang saya kasihkan (pinjamkan)," ujarnya.

Rupanya, kepala dinas Soppeng tersebut terjerat kasus yang membawanya ke dalam penjara. Sejak saat itu, bisnis pinjam uang Nur Afni terguncang. Uang sejumlah Rp450 yang ia pinjamkan kepada kepala dinas mustahil untuk dikembalikan seutuhnya.

"Cuma ditangkap mi itu orang (kepala dinas) padahal pembayaran baru setengah. Baru setengah dilunasi," sambungnya.

3. Memutuskan Jadi TKW

Masalah hidup yang ia hadapi membawa wanita yang disapa Ani ini untuk merantau ke Dubai menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW).

Dia pun dibantu temannya untuk mengurus keberangkatan Ani menuju Jakarta.

"Setelah terlilit banyak utang, pasrah sekali. Saya tanya teman urus ka ke luar negeri, ke mana saja yang penting kutinggalkan ki Soppeng," katanya.

Sesampainya di Jakarta, Ani diarahkan ke salah satu agen TKW yang mengurus keperluannya seperti tiket dan visa ke luar negeri.

"Kita TKW dulu tidak tahu apa-apa. Semua ditanggung. Tidak ada uangku keluar sepeser pun. Nanti di Dubai ada juga yang jemput ki langsung diarahkan ke kantor agen TKW. Nanti di sana baru langsung dibawa ke rumah majikan," jelasnya.

Baca halaman selanjutnya.

Pada tahun 2014, Ani sampai di tempat majikannya. Ani mengungkapkan bahwa ia dituntut untuk mampu melakukan semua pekerjaan rumah tangga.

Dia bertugas untuk menyiapkan sarapan untuk anak-anak majikan, hingga pekerjaan laki-laki seperti mencuci mobil. Menurutnya, pekerjaan tersebut tidak sebanding dengan penghasilannya.

"Gaji saat itu Rp2,5 juta. Tidak ada jam kerja. Pokoknya bangun pagi lantas siapkan sarapan, cuci mobil, cuci karpet," katanya.

Ani juga sempat lima kali ganti majikan dalam waktu tujuh bulan. Kala itu, ia merasa jenuh dan ingin kembali ke Indonesia.

"Saat itu, pasrah ma. May ma pulang Indonesia," ucapnya.

Namun, suatu hari, ia mendapat tawaran untuk menajdi cleaning service. Tak bertahan lama, Ani ganti pekerjaan sebagai staf di kantor konsultan penyalur tenaga kerja dengan gaji Rp10 juta per bulan.

5. Bangun Perusahaan Sendiri

Sukses menjadi staf di kantor konsultan penyalur tenaga kerja, Ani memutuskan untuk membangun perusahaan sendiri di bidang serupa.

Dia bahkan telah mengantongi kepercayaan relasinya di Dubai untuk mendirikan perusahaan tersebut dengan namanya.

Perusahaan penyalur tenaga kerja itu diberi nama Alichani Human Resources Consultancy yang mengatur tenaga kerja seperti asisten rumah tangga, sopir, pengurus panti jompo, dan sebagainya.

"Tidak sembarangan orang bisa buat kantor begitu. Di Dubai itu harus bikin surat izin yang harus ada orang Arab yang menjadi atas nama, saya menjadi owner dan saya yang kelola itu kantor," tuturnya.

Pencapaiannya saat ini tidak pernah terlintas di pikiran Ani. Kini dia mampu hidup lebih nyaman tanpa bayang-bayang utang.

"Semua utang sudah saya bayar," pungkasnya.

1 / 2
Loading
Loading
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER