True Crazy Rich, 3 Orang Kaya Lama Indonesia yang Pantang Pamer Harta

SYAFRINA SYAAF | Insertlive
Minggu, 27 Mar 2022 17:00 WIB
Axton Salim, Grace Tahir, dan Martin Hartono Foto: Istimewa
Jakarta, Insertlive -

Dulu, anak era 90-an mendefinisikan kelompok orang kaya raya atau konglomerat sebagai sosok yang tajir melintir tujuh turunan atau Orang Kaya Lama (OKL). 

Kini, berkat Kevin Kwan dan bukunya Crazy Rich Asians yang populer di seluruh dunia, anak-anak zaman sekarang menyebut orang bergelimang harta dengan sebutan Crazy Rich. 

Kaum Crazy Rich memiliki hobi flexing atau pamer harta di media sosial, mereka umumnya tak ragu memperlihatkan kegemaran foya-foya pada khalayak, kebiasaan yang menjadi ciri khas Orang Kaya Baru (OKB). 

ADVERTISEMENT

Sebaliknya, kelompok orang kaya lama yang jumlah kekayaannya bisa membeli semua aset para Crazy Rich dadakan tersebut justru bersikap santai dan nyaris tidak pernah memperlihatkan kemewahan. 

Para OKL menggunakan media sosial untuk menyalurkan hobi seperti kebanyakan orang, mereka banyak mengunggah promosi produk-produk dari gurita bisnis perusahaan keluarga, dan menyiarkan kegiatan sosial.

Tidak ada memperlihatkan foto-foto angkat gelas sampanye dalam jet pribadi, tidak ada foto koleksi tas atau jam tangan mewah, dan bahkan nihil gambar garasi dengan jejeran mobil senilai miliaran rupiah. Gaya hidup norak yang demikian tentu saja bukan kelas para orang kaya lama. Sebab, semua yang orang-orang pandang sebagai kemewahan adalah keseharian mereka semenjak baru berusia satu hari. 

Selain itu, fakta dan sejarah telah menuliskan bahwa kerajaan perusahaan mereka terbukti sukses menciptakan lapangan kerja bagi puluhan juta rakyat Indonesia secara turun temurun, mereka tak perlu memamerkan harta dan tahta untuk sekadar menegaskan level status sosial. 

Siapa saja kah mereka? Simak sosok dan profil para penerus kerajaan bisnis terbesar di Indonesia yang jauh dari sikap norak pamer harta sana-sini: 


Martin B Hartono 

Martin B Hartono adalah putra dari orang terkaya nomor satu di Indonesia. Sang ayah, Robert Budi Hartono merupakan pemilik grup bisnis Djarum.

Kekayaan Robert Budi Hartono, berdasarkan laporan Forbes, mencapai Rp217,6 triliun! 

Besarnya gurita bisnis Grup Djarum tentunya tidak lepas dari peran sang pendiri usaha, Oei Wie Gwan, kakek Martin Hartono. Berawal dari perusahaan rokok, Djarum kini merambah banyak sektor, berkembang dari generasi ke generasi berikutnya. 

Terlahir dari keluarga mapan, ternyata Martin tidak terpaku menekuni bidang bisnis yang sama dengan sang ayah. Dia lebih memilih mengembangkan sayap bisnis baru di bidang yang ia gemari, yaitu teknologi.

Salah satu gebrakan Martin Hartono dalam hal investasi perkembangan bisnis di ranah teknologi adalah dengan membeli sejumlah perusahaan digital. 

Pada 2010 Martin memutuskan untuk mendirikan perusahaan dengan nama Global Venture Prima Digital sebagai induk usaha untuk mengakuisisi banyak perusahaan internet. Perusahaan suami dari Grace L. Katuari (putri pemilik Wings Group) ini tercatat telah banyak mengakuisisi perusahaan internet di antaranya Kaskus, Infokost, Blibli, Tiket.com, dan masih banyak lagi. 

Martin bahkan pernah mengungkapkan bahwa dia tidak terlalu memiliki perkembangan perusahaan digital miliknya tersebut, dia sepenuhnya mempercayakan kepada tim dan karyawan-karyawan. 

Tampaknya, uang dan profit bukan prioritas utama Martin. Sejumlah karyawan Martin bahkan mengakui bahwa sang bos benar-benar seseorang yang rendah hati meskipun memiliki aset kekayaan yang tidak habis hingga lebih dari tujuh turunan. 

[Gambas:Instagram]


Pantauan media sosial Martin juga sepi dari aksi pamer-pamer kekayaan. Keseluruhan media sosialnya terutama Instagram hanya menampilkan foto-foto panorama, jalanan, arsitektur gedung, dan kuliner.

Selain itu, dia juga bukan seseorang yang haus publikasi, tak banyak artikel-artikel media yang melakukan wawancara khusus dan eksklusif dengannya. 

Grace Tahir 

Dato Sri Tahir menduduki peringkat 16 orang terkaya di dunia 2021 versi Forbes. Jumlah kekayaannya mencapai Rp35 triliun. 

Namun, gelimang harta tak membuat Dato Tahir merasa sombong. Dia justru mengajarkan kesederhanaan kepada anak-anaknya, salah satunya Grace Tahir.

Nama Grace Tahir menjadi viral dan akhirnya dikenal banyak orang berkat konten video YouTubenya yang bertajuk Crazy Rich Glodok.

Pada, video tersebut Grace menciptakan sosok Indrie Benz, seorang Crazy Rich yang hobi pamer harta dan sibuk mencitrakan diri sebagai seseorang yang sukses memiliki banyak uang. 

Hal tersebut menjadi satir, mengingat Grace berasal dari keluarga konglomerat Indonesia pemilik Mayapada Group. Namun, banyak orang terhibur dan salut dengan video buatan Grace. 

Terlahir dari keluarga konglomerat, Grace Tahir tampak sangat sederhana, sehari-hari dia tidak mengenakan tas mewah dan busana-busana dengan tulisan jenama papan atas. 

Ternyata, sikapnya yang demikian itu merupakan hasil didikan kedua orang tuanya, terutama sang ayah. 

Pada video youtube Denny Sumargo, Grace mengungkapkan bahwa sang ayah menganggap memesan jus di restoran itu sesuatu yang eksklusif. 

"Dia (Dato Tahir) lihat orang pesan jus, katanya 'wah, jus itu eksklusif lho'.", papar Grace. 

Dato Tahir, kata Grace, mengingatkan anak-anaknya jangan memesan sesuatu yang melebih si pemilik hajat ketika datang menghadiri sebuah undangan. 

Grace bahkan jarang sekali mengenakan tas bermerk yang harganya bisa mencapai ratusan juta.

Wanita berusia 46 tahun itu menceritakan kepada Denny Sumargo saat dia bertemu temannya ketika sedang berbelanja, dia mengaku hanya membawa tas daur ulang.

"Jadi saya ketemu Wanda (teman Grace) di Hyatt, terus saya belanja di food hall kan saya bawa tas daur ulang dan bawa itu saja," tutur Grace.

"I never wear handbag (aku tidak suka tas tangan). Handbag buat saya malah jadi ribet. Kalau handbag mahal harus hati-hati kalo kena ini aduh rusak sayang," pungkasnya.

Semua orang Indonesia pasti tahu Indomie, makanan instan tersebut merupakan sahabat karib anak-anak kos dan karyawan muda saat tanggal tua. Namun, tidak semua konsumen Indomie mengenai Axton Salim.

Sosok Axton Salim memang tidak sepopuler produk makanan instan produksi bisnis keluarganya, tetapi kalangan pebisnis pasti tahu benar soal kiprah sang generasi ketiga dari Kerajaan Salim Grup, putra Anthony Salim, dan cucu Liem Sioe Liong atau Sudono Salim pengusaha sukses zaman Presiden Soeharto tersebut. 

Berdasarkan Forbes, Anthoni Salim sang taipan ritel adalah orang ketiga terkaya di Indonesia dengan jumlah kekayaan mencapai Rp121,5 triliun.

Axton Salim menjadi Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) (ICBP) sejak 2009. Pewaris bisnis Indofood ini juga pernah menjabat sebagai Kepala Dairy Divisi serta Divisi Pemasaran Korporat, Wakil Presiden Direktur PT Indolakto, Direktur Non-Eksekutif Indofood Agri Resources Ltd dan Gallant Venture Ltd, Direktur Pacsari Pte Ltd, Direktur Codigo Pte Ltd, dan menjabat sebagai Komisaris PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk, dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk.

Latar belakang pendidikan Axton tentu saja mentereng, dia menyelesaikan pendidikannya dan mendapat gelar Bachelor Administrasi Bisnis di Colorado pada 2002.

Lahir dari keluarga konglomerat yang serba ada, Axton tidak tumbuh menjadi seseorang yang arogan. Sebaliknya, dia tidak memamerkan kemewahan secara berlebihan.

Pada akun Instagram-nya, Axton tak memperlihatkan koleksi mobil, apartemen, dan rumah mewah. Kebanyakan unggahan Axton adalah foto dirinya dengan produk-produk dari Indofood. 

Urusan mode, Axton tampak lebih sering berbusana yang berasal dari jenama lokal dibandingkan produksi rumah mode dunia papan atas. 

Namun, tak berarti dia tidak memiliki barang-barang mewah dengan kualitas terbaik dari jenama luar negeri, tentu saja dia mempunyai semua itu dengan mudah, dia hanya tidak memamerkannya ke khalayak ramai. 

Berdasarkan pantauan dari media sosial Axton, sang putra mahkota Indofood group ini sering mengenakan jas rancangan Thom Browne jenama mewah yang berbasis di New York, Amerika Serikat.

Perlu kamu ketahui, harga koleksi satu setelan jas Thom Browne itu mulai dari angak Rp50 juta. Saat mengenakannya, Axton bahkan tidak meng-tag atau menyebutkan merek jas mahalnya tersebut.

[Gambas:Instagram]



Selain itu, Axton juga beberapa kali mengenakan jaket koleksi Louis Vuitton (LV), dia lagi-lagi tidak menuliskan atau menandai akun Instagram LV pada unggahannya. 

Pada kesehariannya, Axton tampak lebih sering mengenakan batik atau kaus kasual yang bisa jadi harganya melebihi harga motor atau mobil sejuta umat orang Indonesia yang sering makan Indomie. 

(syf/syf)
1 / 2
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER