WHO Wanti-wanti Ancaman Reinfeksi COVID-19

nap | Insertlive
Senin, 07 Dec 2020 00:03 WIB
COVID-19 named by WHO for Novel coronavirus NCP concept. Doctor or lab technician in PPE suit holding blood sample with novel (new) coronavirus  in Wuhan, Hubei Province, China, medical and healthcare WHO Wanti-wanti Ancaman Reinfeksi COVID-19/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Pornpak Khunatorn
Jakarta, Insertlive -

Direktur Eksekutif WHO Program Darurat, Dr Mike Ryan mewanti-wanti masyarakat di seluruh dunia akan adanya ancaman infeksi ulang atau reinfeksi COVID-19 yang bisa terjadi ketika respons antibodi berkurang.

"Kami telah melihat jumlah orang yang terinfeksi terus bertambah, tetapi kami juga melihat data yang muncul bahwa proteksi mungkin tidak seumur hidup, dan oleh karena itu kami mungkin melihat infeksi ulang mulai terjadi," jelas Dr Ryan dikutip dari detikHealth, Minggu (6/12/2020).

Sementara itu menurut CDC Amerika Serikat, reinfeksi berarti seseorang telah terinfeksi virus, sembuh, dan kemudian terinfeksi lagi.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan pengalaman CDC terhadap virus lain, infeksi ulang COVID-19 bisa mungkin terjadi. Namun para peneliti berusahaa menentukan seberapa mungkin dan seberapa sering infeksi ulang ini terjadi.

Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO, Maria van Kerkhove mengatakan mereka masih terus mencoba menentukan berapa lama respons antibodi akan bertahan setelah seseorang terinfeksi COVID-19.

"Yang kami pahami adalah 90 persen hingga 100 persen orang yang terinfeksi virus Corona mengembangkan antibodi, apakah kamu mengalami infeksi ringan, infeksi tanpa gejala, hingga infeksi parah," ungkapnya.

Maria mengatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan respons antibodi bisa berlangsung selama 6 bulan atau lebih.

Sedangkan studi di Oxford baru-baru ini menemukan orang yang tertular virus Corona sangat tidak mungkin untuk tertular penyakit itu lagi, setidaknya selama 6 bulan.


Studi ini dilakukan pada April-November 2020 kepada 12.180 petugas kesehatan di Rumah Sakit Oxford.

Hasilnya 89 dari 11.052 staf tanpa antibodi terinfeksi virus COVID-19 dengan gejala. Kemudian, tidak ada satu pun dari 1.246 staf dengan antibodi mengembangkan gejala infeksi.

"Pada beberapa orang ini mungkin berkurang setelah beberapa bulan, tapi kamu mendapatkan indikasi yang baik bahwa respons imun infeksi alami berlangsung selama beberapa bulan," kata van Kerkhove.

Masih berkaitan dengan reinfeksi, pada Agustus lalu peneliti Hong Kong melaporkan adanya kasus reinfeksi COVID-19 pertama kali yang dialami pria berusia 33 tahun pada akhir Maret dan kembali terinfeksi 4 bulan kemudian.

"Ini tidak berarti hal itu (reinfeksi) sering terjadi. Kami tahu itu mungkin terjadi," katanya.

Guna menghindari infeksi maupun reinfeksi COVID-19, maka teruslah #IngatPesanIbu untuk tetap memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan minimal 20 detik atau yang lebih dikenal dengan 3M.

[Gambas:Video Insertlive]



(nap/nap)
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER