Terkuak, 3 Pengakuan Mengejutkan Pasien yang Sembuh dari Virus Corona

SYAFRINA SYAAF | Insertlive
Senin, 16 Mar 2020 19:16 WIB
Pengakuan tiga pasien yang positif virus corona (COVID-19) dari tiga negara yang berbeda. Foto: Istimewa
Jakarta, Insertlive - Indonesia tengah dilanda kepanikan dan keresahan akibat penyebaran virus corona yang cepat. 

Kondisi ini tak ayal mengubah kehidupan banyak orang menjadi cemas dalam menjalani keseharian. 

Indonesia bisa dibilang cenderung lambat dalam mengantisipasi virus corona yang telah menyebar dari Wuhan, China, semenjak Desember 2019 lalu. 

ADVERTISEMENT

Selain itu, kondisi fasilitas dan pakar medis di Tanah Air yang acap kali tidak memadai kian menambah kekhawatiran banyak warga. 

Namun, sebaiknya rakyat Indonesia jangan panik. Gunakan akal sehat dan tetap semangat waspada melakukan rangkaian pencegahan diri. 

Sebab, virus corona bisa ditaklukan selama penanganan dan perawatan yang dilakukan tepat serta tak luput dari pengawasan pemerintah. 

Simak tiga pengalaman pasien terinfeksi COVID-19 yang berhasil sembuh berikut ini:
Tiger Ye merupakan salah satu pasien terinfeksi virus corona COVID-19 yang berasal dari China. Dia mengatakan merasakan gejala tidak enak badan pada 21 Januari 2020 ketika berada di rumahnya di Wuhan yang merupakan sentral epidemi corona.

Dia mengatakan tubuhnya terasa lemas sehingga menyelesaikan makan malam pun tak sanggup. Seiring waktu, suhu tubuhnya meningkat tajam.

Tiger pun mulai khawatir dan segera mendatangi Rumah Sakit Tongji untuk menjalani pemeriksaan. Dia ingat, puluhan warga sudah memenuhi ruang tunggu, mereka juga memiliki kekhawatiran yang sama dengan dirinya.

Akhirnya, dokter pun meng-klaim Tiger positif COVID-19.

"Aku demam tinggi dan merasakan nyeri yang menyiksa di setiap bagian tubuh. Aku batuk dan rasanya seperti akan mati," jelas Tiger kepada Bloomberg mengenai empat hari pertama menderita COVID-19.



Tim medis meminta Tiger untuk mengisolasi karena gejalanya terus memburuk, suhu tubuhnya naik hingga 39 derajat Celcius. Dia mengatakan seperti sudah mendekati ajal.

Beruntung, pihak rumah sakit Wuhan yang sudah kewalahan menerimanya dan memberikan obat antivirus untuk menurunkan suhu.

Lalu, gejalanya pun mulai mereda. Dia diizinkan pulan dengan obat-obatan karena rumah sakit kehabisan kasur.

Pada 7 Februari 2020, Tiger dipindahkan ke sebuah hotel yang berubah fungsi menjadi rumah sakit dadakan. Tiger menjalani karantina di bawah pengawasan medis yang berlangsung sangat ketat, bahkan polisi pun turut hadir untuk menghentikan pasien yang hendak kabur.

Barulah pada 12 Februari Tiger dibolehkan pulang setelah gejalanya hilang dan tes memperlihatkan dia sudah negatif corona.

Dia menambahkan bahwa lonjakan pasien terjadi ketika warga diperiksa menggunakan CT Scan.

Selain itu, pakar medis di China juga menggunakan ramuan tradisional China berusia ribuan tahun dalam uji klinis virus corona, salah satunya adalah shuanghanglian.

Shuanghanglian adalah obat herbal yang mengandung ekstrak Lian Qiao, buah kering ini telah digunakna untuk mengobati infeksi semenjak 2.000 tahun lalu. Liz terinfeksi virus corona setelah menghadiri pesta di rumah salah satu teman di Seatlle, Amerika Serikat.

Dia mengatakan bahwa pada pesta tersebut para undangan tidak ada yang memperlihatkan gejala sakit, bahkan seingatnya tidak ada yang batuk atau bersin.

Namun, lebih kurang 40 persen tamu jatuh sakit tiga hari setelah menghadiri pesta.

Dia mengetahui dirinya terinfeksi corona dengan cara mengirimkan sampel cairan tubuh pada sebuah rumah sakit di AS. 

Liz menggambarkan gejala COVID-19 yang dia rasakan pada unggahan Instagram.

"Aku merasakan sakit kepala, demam tinggi, tubuhku sakit semua dan nyeri sendi. Aku juga merasakan luar biasa lelah," sebut Liz seperti dikuti Mirror UK.



Dia menambahkan suhu tubuhnya sangat panas mencapai 39 derajat Celcius dan sempat turun.

"Saya merasa mual setiap hari. Ketika demam hilang saya merasa hidung tersumbat, sakit tenggorokan. Durasi penyakit total 10 sampai 16 hari," imbuhnya.

Liz mengaku selama sakit tidak dirawat di rumah sakit dan bahkan tidak pergi ke dokter.

"Saya sembuh sendiri. Saya merasa itu hanya jenis flu menyebalkan yang sedikit berbeda dari jenis flu yang sudah saya vaksin musim ini," pungkasnya. Bulan Februari 2020 Bridget bertolak dari London ke Singapura untuk memenuhi undangan pernikahan seorang teman.

Tak lama pulang dari pernikahan tersebut, Bridget merasakan demam tinggi dan sakit kepala.

Lalu, tenggorokannya pun sangat sakit seperti radang serius dan tubuhnya jadi cepat lelah.

Awalnya, dia berpikir kondisi itu karena jetlag penerbangan jarak jauh.



Berdasarkan hasil wawancara dengan Australia's 7NEWS, gejala yang dia rasakan sekilas seperti flu pada umumnya.

"Banyak sekali kegaduhan dan histeria di media seputar virus corona. Hal itu memang seharusnya diberitakan dengan besar, ini sangat serius khususnya untuk pasien lanjut usia dan orang-orang yang sudah memiliki penyakit penyerta," jelas Bridget.

Namun, dia mengingatkan bahwa setiap orang harus berusaha tenang dan jangan panik menghadapi virus corona. 

"Jangan panik. Contoh saja saya, saya tidak panik, ini hanya penyakit flu yang bisa kita kalahkan," ungkapnya.
(syf/syf)
1 / 4
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER