Review Film 'Tron: Ares', Tontonan Kaya Visual & Audio Masa Depan
Satu film fiksi ilmiah berjudul Tron: Ares baru saja rilis di bioskop Indonesia pada Rabu (8/10).
InsertLive pun berkesempatan untuk menonton film garapan sutradara Joachim Rønning ini di gala premiere yang berlangsung di Gandaria City pada Selasa (7/10).
Sebagai sutradara, nama Joachim Rønning tentu sudah tak perlu diragukan lagi. Ialah yang menggarap film-film ternama, seperti dokumenter Beatles, Kon-Tiki, Pirates of The Caribbean: A Day at The Sea, Pirates of The Caribbean: Dead Man Tell No Tales, hingga Maleficent: Mistress of Evil.
Deretan film tadi tentu saja sudah jadi portofolio yang sangat mumpuni bagi Joachim Rønning untuk menggarap Tron: Ares.
Berbicara Tron: Ares, film ini bukanlah yang perdana. Sebelumnya sudah ada dua film berjudul serupa, yakni Tron (1982), Tron: Legacy (2010).
|
Secara tema, film Tron: Ares tentu saja mengangkat kisah-kisah fiksi ilmiah mengenai kehidupan manusia di masa depan.
Film ini merajut kembali kisah dari dua film sebelumnya yang menggambarkan bagaimana bila manusia akhirnya bisa menembus masuk ke dunia digital ciptaan mereka.
Nama Kevin Flynn (Jeff Bridges) sebagai kreator utama dunia simulasi digital, kembali masuk dalam skenario cerita di Tron: Ares.
|
Kali ini, warisan utama Flynn dari dunia digital jadi rebutan dua raksasa perusahaan gim digital bernama ENCOM dan Dillinger System.
Warisan yang dimaksud adalah kode untuk membuat produk di dunia digital jadi bisa bertahan lama di dunia nyata.
Kalau sebelumnya di Tron dan Tron: Legacy, umat manusia dikisahkan berusaha masuk ke dunia digital.
Kali ini giliran produk digital yang berusaha dibawa masuk ke dunia manusia.
|
Salah satu produk digital yang rencananya akan dibawa ke dunia nyata adalah Ares (Jared Leto).
Ares merupakan produk sistem keamanan berbasis kecerdasan buatan (AI) ciptaan Julia Dillinger (Evan Peters), yang tak lain bos besar di perusahaan Dillinger System.
Sayangnya, kehadiran Ares di dunia nyata hanya bisa bertahan selama 29 menit saja.
Kondisi itu yang membuat Julian sangat berambisi untuk mendapatkan kode permanen warisan Flynn.
Siapa sangka, bos besar ENCOM bernama Eve Kim (Greta Lee) ternyata berhasil memecahkan teka-teki dari mendiang saudarinya dan mendapatkan data terkait kode permanen tersebut.
Julian lantas memerintahkan unit Ares yang dibantu Athena (Jodie Turner-Smith) untuk merebut kode tersebut dari Eve.
|
Namun, di tengah proses pengejaran, Ares yang merupakan sebuah produk AI, justru mulai menemukan arti dari perasaan, hingga akhirnya membangkang dari sistem yang diinstruksikan.
Secara visual, waralaba Tron sudah terkenal dengan tampilan yang luar biasa mengenai dunia digital di masa depan.
Film Tron: Ares pun kembali menampilkan visual tersebut dengan kualitas CGI yang lebih bagus dan tajam.
Tak ketinggalan, visual dari lampu neon yang sangat ikonik dari film Tron juga turut hadir memanjakan mata penonton.
Sejumlah objek, mulai dari motor, mobil, hingga pesawat canggih juga meramaikan film Tron: Ares.
|
Kehadiran mesin canggih mirip printer digital raksasa yang sekarang marak di dunia nyata, juga jadi objek yang menarik perhatian di film ini.
Di lain hal, bicara soal musik yang jadi soundtrack di film ini juga sangat memanjakan telinga.
Campur tangan dari Trent Reznor dan Atticus Ross yang tergabung dalam Nine Inch Nails, menghadirkan elemen suara industrial dan instrumental atmosferik.
Secara garis besar, film ini sangat industrial dan tekno untuk urusan visual dan audio.
Penonton diajak masuk ke dalam dunia digital yang mungkin saja nanti benar-benar hadir di masa depan.
Film Tron: Ares sudah mulai bisa ditonton di bioskop Indonesia mulai hari ini, Kamis (8/10).
(ikh/and)