Rayakan Kebahagiaan yang Ditutup Walking Art lewat 'Benang Merah Festival'
Sejumlah aktivis mulai dari kelas seni tari, pertunjukkan musik, pameran produk, hingga ruang berbincang akan dihadirkan melalui Benang Merah Festival yang akan digelar pada akhir pekan ini.
Festival ini bukan hanya menjadi ajang para seniman, sutradara, maupun koreografer saja melainkan menjadi ruang bagi warga berkumpul, bertemu dan melakukan sejumlah aktivitas.
"Kami membayangkan festival itu bisa menjadi ruang pertemuan untuk kemudian saling merayakan setiap pengetahuan, setiap pengalaman, setiap pergerakan kita di dalamnya," kata Josh Marcy, direktur Benang Merah Festival.
"Ada sekitar 40-an komunitas dari sanggar, komunitas tari, ada komunitas seni rupa yang berpartisipasi," sambungnya.
Chriskevin yang menjadi bagian dari terselenggaranya festival ini menambahkan bahwa acara ini juga ramah untuk diikuti para disabilitas.
"Ini termasuk para penyandang disabilitas. Sebab, festival dirancang agar dapat dinikmati mereka dengan kebutuhan khusus seperti teman tulis," tandasnya.
Menariknya, acara ini akan ditutup dengan Walking Art bersama Ibe S Palogai yang akan jalan dari TIM menuju Hutan Universitas Indonesia (UI).
"Sebuah perjalanan untuk memaknai ulang, apa sih artinya bebas? Dan juga melihat lagi kedekatan kita sama pengalaman inderawi yang mungkin makin susah sekarang karena ada sosial media," pungkas Rebecca Kezia.
(dis/dis)