Ketika Susan Sarandon Bicara Politik, Haters hingga Piala Oscar

ikh | Insertlive
Senin, 07 Jun 2021 21:15 WIB
Susan Sarandon Ketika Susan Sarandon Bicara Politik, Haters hingga Piala Oscar (Foto: Instagram/susansarandon)
Jakarta, Insertlive -

Aktris Hollywood Susan Sarandon belum lama ini menyapa pemirsa Indonesia lewat tayangan di Mola Living Live. Tayangan wawancara langsung dengan Susan itu dipandu Dino Patti Djalal dan Andini Effendi.

Ada banyak hal yang dibahas Susan dalam kesempatan itu. Salah satunya membahas soal sosok Susan yang dikenal vokal dan kritis terhadap isu politik dan sosial di dunia.

Salah satu isu penting yang kerap disuarakan Susan mengenai pemerataan upah minimum pekerja. Susan yang menilai bahwa setiap orang berhak mendapatkan upah minimum US$15 atau Rp214 ribu setiap hari.

ADVERTISEMENT

"Ya aku merasa sangat kuat bahwa setiap orang harus mendapatkan upah minimum US$15, setidaknya aku rasa jika mereka bekerja, mereka harus memiliki kehidupan bahagia yang bermartabat," ungkap Susan dalam tayangan di Mola, Senin (7/6).

Susan merasa berbagai lini kehidupan sekarang sudah dijadikan alat untuk mengumpulkan keuntungan materi. Hal ini yang ditentang Susan lewat berbagai aksi di jalanan dan media sosial.

"Kau tak harus membayar demi mendapatkan pekerjaan. Menurut ku kesehatan itu juga sangat penting, pendidikan tidak harus mencari keuntungan, penjara bukan untuk mencari keuntungan, perawatan kesehatan harusnya tak mencari keuntungan," kata Susan.

"Jadi apapun yang menyentuh kehidupan banyak orang seperti pekerja, perempuan dan anak-anak, tidak boleh ada keuntungan yang diperas, selain itu aku pikir orang-orang harus diberi makan dan rumah, agar punya tingkat kebahagiaan dan martabat dalam hidup mereka," sambung Susan.

LANJUTKAN BACA DI HALAMAN SELANJUTNYA


Susan Sarandon juga membahas soal bagaimana dirinya menghadapi para haters. Susan merasa bahwa para haters ini sebetulnya tidak penting untuk diladeni.

Namun Susan mengaku akan berusaha meladeni haters yang memiliki jumlah pengikut besar di media sosial. Susan akan berusaha melawan dengan berdebat soal isu yang menjadi pokok pembahasan.

"Aku tidak membenci mereka (Haters). Namun jika seseorang dengan platform besar menyerang ku lewat informasi yang salah tentang sesuatu, maka aku akan menjawab dengan cara mengoreksi informasi itu, bukan informasi pribadi tapi tapi tentang masalah tersebut, karena dengan begitu aku tahu bahwa pengikut mereka akan mendapat informasi lain," ungkap Susan.

Meski begitu Susan tak akan mau meladeni haters yang tidak memiliki banyak pengikut. Hal itu dianggap Susan hanya buang-buang waktu dan menambah pamor dari haters tersebut.

"Tapi jika mereka tidak memiliki pengikut yang banyak, maka aku hanya akan membuang banyak waktu untuk menjawabnya, karena terkadang orang juga kecanduan dengan kebencian, apalagi kini cara mendapatkan lebih banyak pengikut adalah dengan menyerang seseorang," kata Susan.

Susan Sarandon ikut berperan dalam film lawas berjudul The Rocky Horror Picture Show.  Susan beperan sebagai Janet Weiss dalam film yang dirilis pada 1975 itu.

Ada fakta menarik yang diungkap Dino Patti Djalal soal peran Susan di film itu. Susan disebut tetap bersikeras untuk melanjutkan proses syuting meski mengalami radang paru-paru akibat cuaca dingin di Inggris kala itu.

"Ya ketika kau hanya mengenakan bra, sedangkan cuaca di Inggris sangat dingin, dan tidak ada kehangatan, itu yang akan terjadi. Aku tidak tahu ya, tapi ketika kita harus bekerja kau pasti menemukan cara untuk melewatinya," ungkap Susan.

Susan juga sempat ditanyakan soal menerima tawaran jadi pemeran pendukung di dalam film. Susan merasa tak masalah untuk menerima tawaran tersebut selama dirinya senang.

"Iya jika itu menyenangkan, ya aku sangat suka senang-senang," kata Susan.

Susan kemudian bercerita soal peran sebagai Suster Helen di film Dead Man Walking yang rilis 1995. Peran itu mengantarkan nama Susan menjadi pemenang penghargaan Oscar 1996 untuk nominasi Aktris Terbaik

Aktris berusia 74 tahun itu mengaku punya beban moral dan tanggung jawab yang besar ketika memerankan karakter yang benar-benar ada di dunia nyata. Karakter Suster Helen ini merupakan sosok yang menemani seorang terpidana mati bernama Matthew Poncelet.

"Itu sangat berisiko besar, lebih mudah jika mereka sudah mati, karena kau tidak perlu merasa ada tanggung jawab. Beban Itu semakin berat den berbeda ketika berperan sebagai Suster Helen, aku hampir berdoa setiap hari," kata Susan.

Wanita yang lahir di New York ini bahkan mengaku sudah bertemu dengan karakter Suster Helen yang diperankannya. Susan berujar bahwa peran itu yang mengubah pandangan dirinya soal hukuman mati.

"Ya aku telah bertemu langsung dengan suster Helen di New Orleans, kami menikmati makan malam yang luar biasa, dia orang yang luar biasa. Butuh waktu satu tahun meyakinkan dia untuk mengizinkan aku melakukan itu (Akting sebagai Suster Helen). Memerankan film itu juga menjadi salah satu alasan aku menolak hukuman mati," ungkap Susan.

Susan bersyukur karena mendapat kesempatan untuk menjadi seorang aktris. Ia merasa bahwa dunia akting telah membuka mata hatinya dan merasakan bagaimana hidup ini berjalan.

"Akting adalah semacam belas kasih yang dipaksakan, itu mengarahkan mu ke politik, karena kau membayangkan dirimu sendiri dalam posisi orang lain, yang kemudian mengembangkan empati, lalu dari empati akan berlanjut ke semacam aktivisme, tapi saat kau melakukan semua bagian yang berbeda ini, kau menyadari bagaimana kau dapat merasakan dan melakukan hal-hal yang kau sendiri tak pernah berpikir kau akan bisa melakukan itu, dan kau bisa mengalami semua kehidupan lain yang merupakan anugerah," tutup Susan.

(ikh/fik)
1 / 3
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER